“Mungkin sejauh ini adalah diri sendiri kadang-kadang merasa bahwa sudah cukup. Kok rasanya letih, bukan secara fisik ya. Kadang kita lelah untuk berinovasi karena properti itu harus kuat inovasinya. Karena dalam bisnis properti itu, penjualan tidak jalan ya akan kacau, jadi kendala terbesar itu adalah mengalahkan diri sendiri dan bagaimana kita mengalahkan comfort zone,” tulis CEO PT Triniti Property Group, Bong Chandra.
Setiap orang di Indonesia pasti mengenal dengan sosok Bong Chandra (29). Pria kelahiran 25 Oktober 1987 ini adalah seorang pebisnis properti, pembicara, dan juga motivator populer asal Indonesia.
Di usianya yang masih cukup muda, Bong mampu mendapatkan berbagai penghargaan. Kemampuan di bidang speaker alias motivator membuat dirinya menyabet gelar “Motivator Termuda se Asia” di tahun 2010 pada usia 23 tahun.
Prestasinya semakin menanjak setelah ia menapaki bisnis properti dengan bendera Trinity Property Group. Berbagai proyek ia garap salah satu yang paling dikenal adalah Ubud Village.
Baca juga: Ini Resep Jadi Pengusaha Sukses Ala Bong Chandra
Namun di balik kesuksesan yang dia terima sekarang, Bong Chandra tetaplah manusia biasa. Bahkan ia mengaku pernah mengalami hidup susah saat bisnis kue yang digarap ayahnya bangkrut akibat krisis di tahun 1998.
Pada saat itu, Bong melakukan berbagai kegiatan agar bisa bertahan termasuk yang paling dia kenang adalah pernah membuka lapak jualan baju di Taman Puring, Jakarta Selatan. Bagaimana kisahnya?
Berikut ini penuturan Bong Chandra kepada indotrading.com, Selasa (4/10/2016).
“Ya, saya dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa saja tidak kaya ataupun tidak terpuruk. Kemudian pada saat saya kelas 6 SD tahun 1998 terjadi krisis ekonomi. Bisnis ayah saya yaitu bisnis kue bangkrut, ada sekitar 1000 meter persegi pabrik kue mlik ayah saya dan ayah saya terlilit hutang,” ungkap Bong.
Akibat kejadian itu, keluarga Bong Chandra kehilangan pabrik kue yang menjadi sumber utama pendapatan. Pabrik kue harus diserahkan dan disita oleh pihak perbankan.
Baca juga: Ngeri, 3 Pengusaha Ini Sulap Kulit Ular dan Buaya Jadi Barang Mewah
Setelah kejadian itu, Bong bersama sang ayah sampai memungut besi dan beberapa peralatan yang ada di pabrik untuk dijual. Uangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
“Saya kemudian membantu ayah saya ngumpulin besi-besi sisa dari pabrik untuk dijual,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Bong juga bercerita untuk membantu sang ayah memperoleh pendapatan tambahan, ia pernah membuka lapak jualan baju di Taman Puring dan Senayan, Jakarta Selatan. Baju sendiri ia datangkan dari
Bandung, Jawa Barat.
“Karena bangkrutnya usaha ayah saya itu, menjadikan saya sosok yang mandiri. Dari SMP hingga SMA saya mulai berjualan sendiri, yaitu jualan baju, makanan, CD musik dan lain-lain,” tuturnya.
Hingga akhirnya ia bisa menempuh pendidikan lanjutan ke level sarjana. Untuk mendapatkan uang jajan dan membayar biaya kuliahnya, Bong lantas bergabung dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Tetapi siapa sangka, Bong yang pandai berbicara ini mulai merasakan angin keberuntungan setelah bergabung dengan MLM.
“Gabung selama dua tahun dan sempat mendapatkan sales seribu downline. Karena saya punya seribu downline itu saya dikirim keluar negeri oleh perusahaan seperti ke Brunei dan lain-lain,” ucapnya.
Mulai Menekuni Bidang Motivator
Memiliki kemampuan berbicara menjadi modal bagi Bong Chandra menekuni bisnis MLM. Kemampuan ini ia terus asah dengan membaca buku dan melihat berbagai seminar motivator melalui internet. Hingga Bong Chandra benar-benar mahir menjadi seorang speaker atau motivator.
Baca juga: Kisah Darwin Manurung: Dari Karyawan Pipa Toko Kini Jadi Bos Pipa
“Saya juga mulai menjadi pembicara skala kecil, mulai di depan orang sebanyak 100 orang dan itu grup saya sendiri. Itu adalah awal mulanya saya masuk ke dunia speaker,” ungkapnya.
Kemampuan sebagai seorang motivator kian terasah ketika Bong mengikuti kelas motivasi dari James Gwee. James Gwee adalah seorang trainer sekaligus speaker handal asal Singapura.
“Saya pernah ikut kelasnya James Gwee. Setelah itu usia saya baru 20 tahun,” katanya.
Percaya kemampuan dirinya di bidang speaker mampu dikembangkan, Bong memutuskan berhenti menjalani pendidikan sarjana. Setelah itu, Bong aktif mengikuti berbagai kelas motivasi untuk memperdalam bakatnya di bidang speaker dan trainer.
“Karena biayanya cukup mahal saya sampai jual komputer dan motor saya untuk biaya kelas seminar,” tambahnya.
Bong mencertakan pada Mei 2008, ia sedikit demi sedikit mulai mempraktikan kemampuan dirinya sebagai speaker. Dengan kemampuan seadanya, Bong berani mengadakan kelas motivasi gratis dengan dia sendiri sebagai speaker utama. Lalu Bong juga mulai berani mendatangi berbagai perusahaan untuk memberikan seminar gratis tentang sales.
Baca juga: Pernah Hidup Susah, Livienne Russellia Bangkit dan Sukses Berbisnis Kosmetik
“Berkat seminar saya, sales mereka meningkat, hingga jasa saya kepakai dan saya diundang lagi sama mereka tapi kali ini nggak gratis saya dipaksa untuk menerima pembayaran,” ucapnya.
Kariernya sebagai motivator kian mentereng. Dengan cepat Bong menerima banyak sekali tawaran dari berbagai perusahaan besar untuk memberikan motivasi.
“Kemudian dari sana saya mulai memasuki seminar ke kantor perbankan, properti, insurance, keuangan, otomotif,” sebutnya.
Nama Bong Chandra semakin melejit dan populer. Penghasilan sebagai seorang motivator pada saat itu dirasa cukup besar. Hingga pada akhirnya, ia menuangkan semua ceritanya itu ke dalam sebuah buku yang berjudul Unlimited Wealth.
“Waktu saya kelling itu mulailah saya ditawari membuat buku pertama saya judulnya Unlimited Wealth, dari kedua buku saya itu terjual 600 ribu copy dalam waktu 3 tahun. Setelah itu saya bicara di Tvone selama 13 episode,” ujarnya.
Merintis Menjadi Pengusaha Properti
Karier Bong Chandra sebagai seorang trainer dan speaker kian menanjak. Berbagai undangan untuk mengisi acara di berbagai perusahaan besar kerap ia datangi.
Baca juga: Dari Bandung Tegep Boots ‘Terbang’ ke Australia Hingga Jerman
Bong mengungkapkan, salah satu yang paling berkesan adalah ketika dirinya diundang untuk mengisi seminar properti di Surabaya. Namun siapa sangka, nasib baik Bong berlanjut. Saat perjalanan menuju Surabaya, Bong berkenalan dengan salah satu pengusaha properti.
“Nah ketika usia 21, saya diundang ke Surabaya untuk memberikan seminar properti. Saya satu pesawat dengan salah satu speaker di acara tersebut juga namanya pak Matius Jusuf dia pengusaha properti. Akhirnya kita kenalan,” kenang Bong.
Singkat cerita, setelah Bong mengisi seminar properti, ia ditawari untuk bergabung menggarap sebuah proyek properti.
“Beliau mengatakan Pak Bong jangan jadi motivator aja harus jadi pebisnis juga dan bisnis yang lagi bagus adalah bisnis properti. Terus kata saya bagaimana caranya? kemudian beliau mengajak saya untuk bergabung,” tuturnya.
Setelah itu, Bong membeli sebuah bidang tanah di daerah Ciledug, Tangerang, Banten. Ia mengatakan saat itu harga tanah di daerah tersebut relatif cukup murah. Di kawasan tersebut juga akan dibangun akses tol dan terbilang cukup strategis.
“Sekarang tolnya sudah beroprasi. Seharga Rp 30 miliar tapi bisa dicicil selama tiga tahun. DP (Down Payment) pertamanya itu 5%,” katanya.
Baca juga: Decopatch: Bisnis Piring dan Gelas Bekas Ala Diah yang Bernilai Jutaan Rupiah
Setelah lahan berhasil dibeli, Bong kemudian mendirikan perusahaan dengan nama PT Trinity. Uang yang digunakan sebagai DP adalah uang tabungan miliknya selama menjadi speaker.
“Nah bagaimana untuk 6 bulan kemudian? Karena setiap 6 bulan harus bayar sebesar 20%. Dan itu nilainya besar sampai Rp 7,5 miliar, akhirnya kita bayar dengan penjualan properti,” tambahnya.
Bong latas menyulap sebidang tanah di kawasan Ciledug menjadi kawasan perumahan mewah dengan konsep Ubud Village. Semua rumah, setting, hingga pedestrian yang dibangun di kawasan itu bergaya Bali.
“Semua setting, jalanan bergaya Bali, kita bikin green. Di bagian depannya kita buat teras yang seperti di Ubud dan ada padi-padinya,” tuturnya.
Dengan cepat, proyek Ubud Village kebanjiran order oleh para calon penghuni. Hasil dari penjualan itu digunakan untuk membayar sisa cicilan pembelian tanah.
“Pada waktu itu banyak peminatnya karena konsep kita beda, biasanya orang-orang kan jual rumah hanya jual aja yang penting laku. Nah itu terus kita lakukan selama dua tahun dan ternyata berhasil, itu project properti pertama saya,” paparnya.
Baca juga: Mantan PNS Ini Sukses Jadi Pengusaha Art Interior Beromzet Puluhan Juta
Meskipun Ubud Village adalah proyek properti pertama yang digarap Bong, tetapi ia untung besar. Keuntungan yang menjadi modal bagi Bong untuk mulai menekuni bisnis properti di Tanah Air. Setelah itu, Bong mulai melakukan ekspansi bisnis properti dengan membangun apartemen High Rest Building di Alam Sutera dan sebuah kos-kosan di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat.
“Namanya itu Apartemen Brooklyn, jadi di Alam Sutera itu tanahnya satu hektar. Nah kita beli ini bersama PT Waskita Karya dengan kepemilikan saham 51% dan 49% atau hampir 50:50. Kemudian kita pasarkan di Januari 2014,” tegasnya.
Strategi Ala Bong Chandra Gaet Pembeli Properti
Ubud Village adalah proyek properti pertama yang digarap oleh seorang motivator kondang, Bong Chandra. Dengan model ala Bali, dalam sekejap penjualan seluruh unit properti rumah tapak Ubud Village habis tak tersisa. Ini adalah langkah sukses awal yang diraih Bong Chandra saat menekuni bisnis barunya yaitu di bidang properti.
Sukses menjual unit properti berlanjut setelah 2 proyek lain yang digeber Bong Chandra yaitu apartemen High Rest Building di Alam Sutera dan sebuah kos-kosan di kawasan Kemanggisan juga ludes dibeli calon penghuni. Dengan persaingan pasar properti yang semakin ketat, apa rahasia Bong Chandra?
“Nggak mudah saat kita memasarkan ini, banyak orang yang awalnya nggak tertarik. Saya sih mengerti karena kita pemain (develop) baru, banyak banget saingan kita yang lebih besar. Akhirnya pemasaran agen sulit,” kata Bong.
Strategi khusus kemudian ia siapkan guna melakukan pendekatan terhadap pasar. Misalnya membangun papan iklan di area macet, membuat website perusahaan hingga menyelenggarakan pameran properti. Hal ini dilakukan agar proyek properti yang dibuatnya bisa dilihat banyak orang.
Baca juga: Sepatu Sandal Kayu Made in Nadya ‘Terbang’ Hingga ke Qatar
Bong juga membangun sebuah tim yang di dalamnya terdapat orang-orang yang tidak berpengalaman. Tetapi ia justru sukses dari kegigihan timnya menawarkan proyek properti kepada calon penghuni. Apalagi Bong membangun berbagai proyek properti dengan konsep yang unik.
“Tapi karena kita punya konsep soho di Alam Sutera itu booming dalam 45 hari. Sebanyak 900 unit (habis) dengan omzet Rp 1,2 triliun,” imbuhnya.
Kemudian Bong juga berani melakukan dobrakan di saat pasar properti sedang lesu. Misalnya, Bong mendirikan proyek properti dengan konsep yang unik seperti membangun kos-kosan di wilayah Kemanggisan, Jakarta Barat.
“Kemudian saya juga lihat ada Binus University. Biasa kampus memiliki kapasitas 10-20 ribu murid dan kebanyakan dari mereka itu orang luar kota,” katanya.
Sedangkan khusus di Alam Sutera, Bong tetap memilih proyek apartemen. Sudah ada 3 proyek yang sedang dikerjakan dan hampir selesai yaitu Brooklyn, Springwood hingga Yukata Switch dan masing-masing memiliki keunikan.
“Brooklyn adalah soho pertama, Springwood adalah apartemen bagi student dan Yukata adalah apartemen berkonsep Jepang. Jadi kita memiliki unik. Kita memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh pengusaha properti yang lain,” sebutnya.
Selain unik, biasanya unit properti yang dibangun oleh Bong memiliki konsep ‘hijau’. Maksudnya adalah porsi pembangunan taman dan ruang terbuka hijau lebih besar dibandingkan unit properti. Perbandingannya adalah 60% berbanding 40%.
Baca juga: 3 Pemuda Ini Raup Untung Jual Kacamata Dari Papan Skateboard Bekas
“Kenapa kita mau membangun High Rest Building itu adalah kunci untuk green building. Bayangkan kalau semua bangunan itu ke samping maka keresapan tanah akan habis dan terkikis. Jadi sebenarnya apartemen itu sangat membantu untuk penyerapan dan membangun penghijauan,” jelasnya.
Terakhir adalah dengan menyediakan berbagai fasilitas di dalam apartemen yang memanjakan para pemilik hunian. Meskipun memiliki harga yang lebih mahal, tetapi apartemen yang menawarkan banyak fasilitas lebih banyak peminat.
“Nah The Smith ini adalah office dan soho dengan fasilitas silicon valley. Di lantai tiga tersedia 10 room lengkap dengan media fasilitator, ada floor, itu ada meeting room, receptionis. Jadi mau kantornya di lantai 10, client dan karyawan kita bisa diajak meeting di lantai 3. Kemudian juga ada business center. scanner, printer, mesin
fotocopy. Kalau ada tamu mereka bisa nunggu di business lounge, ada ruang tunggu, coffee shop, ada game room dan lain-lain. Nah kalau kita membeli office tapi kita bisa menikmati fasilitas yang tadi,” tukasnya.
Arti Penting Bisnis Properti dan Rencana Garap Bisnis Pendidikan
Selain menjadi motivator kondang, Bong Chandra adalah seorang developer properti handal. Berbagai proyek ia garap misalnya yang paling dikenal adalah Ubud Village di Ciledug, Tangerang, Banten. Selain itu, Bong kini telah mengembangkan berbagai proyek properti di Alam Sutera seperti Brooklyn, Springwood hingga Yukata Switch.
Bong mengungkapkan bila pasar properti di Indonesia tumbuh setiap tahunnya. Selain itu, kian pesatnya pertumbuhan masyarakat kelas menengah ke atas jelas membutuhkan unit hunian yang mewah dan memberikan rasa aman dan nyaman.
“Karena saya melihat kebutuhan masyarakat terhadap properti ini masih tinggi. Karena properti ini kan adalah kebutuhan primer dan masih banyak orang yang belum memliki properti. Kita memasarkan properti tidak semata-mata kepada investor tapi kita fokus 60% kepada end user,” tegas Bong.
Baca juga: Garap Busana Khusus Pria, Feby Haniv Justru Raih Sukses dan Terkenal
Dalam membangun proyek properti, Bong membuat konsep yang berbeda. Misalnya membangun fasilitas yang memanjakan calon penghuni seperti taman, ruang terbuka hijau, arena olahraga dan parkir kendaraan yang cukup luas.
“Jarang Develop memberikan parkir lot satu banding satu biasanya satu banding 4. Jadi 4 unit apartemen hanya disediakan 1 parkir lot. Jadi dengan dikurangin parkir lot akan mendapatkan margin lebih tinggi. Supaya apa? supaya dijual lebih murah dan mereka lebih mudah mendapatkan investor. Sementara kami berpikir lain, kami menjual lebih tinggi dan mungkin hal ini tidak menarik buat investor karena harganya lebih tinggi. Tapi end user dia akan senang karena yang penting mereka mendapat parkir lot dan itulah strategi yang kita terapkan,” tuturnya.
Sementara itu, selain menekuni bisnis menjadi motivator dan pengusaha properti, Bong juga punya rencana bisnis lain. Ia berencana menggarap bisnis pendidikan. Hal ini dilakukan karena melihat pesatnya perkembangan bisnis pendidikan di Tanah Air.
“Di bidang edukasi itu namanya Innovation Startup School, ini kita masih breading kampus. Karena tahun depan kampusnya ada di Alam Sutera masih under construction tapi sekarang sudah ada student-nya,” ungkapnya.
Baca juga: Para Pengusaha Ini Akhirnya Sukses Dengan Modal Nekat dan Berani Ambil Resiko
Sebenarnya menurut Bong, sekolah ini adalah kelanjutan dari program bisnis pendidikan yang pernah ia garap sebelumnya bernama Bong Chandra School Billionare. Bong Chandra School Billionare sekolah bisnis yang berdiri di tahun 2010 dan dioperasikan sampai tahun 2014. Sekolah ini telah memiliki 10 angkatan dengan jumlah murid sekitar 1000 orang.
“Jadi lanjut tapi ganti nama menjadi Innovation Startup School, basicly ini program untuk 18 minggu kita mempersiapkan murid untuk tahu bagaimana mempersiapkan dirinya untuk membangun sebuah startup, tidak hanya startup digital tapi apapun itu. Kita juga nanti akan membekali student untuk magang dan modal awal untuk ide pertama startup mereka,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat