“Karena kalau saya semakin diremehkan maka semakin maju dan itu acuan buat saya. Selain itu ada semangat hidup karena kalau tidak semangat hidup, saya justru takut tidak bisa bangkit. Saya sendiri masih belajar, belum bisa disebut pebisnis ulung. Tapi yang pasti jangan patah semangat, bahan apapun bisa dibuat untuk ide dan lain sebagainya. Yang pentng ada kreatifitas dan kemauan,” tulis pemilik Pangjati Rustic Furniture & Crafts, Andra Prasetyo.
Indonesia memang dikenal sebagai salah satu pusat kerajinan tangan (craft) dan kayu (furniture) terbesar di dunia. Berbagai barang kerajinan dan furnitur asal Indonesia bahkan sudah sampai menembus pasar internasional seperti Eropa, Amerika hingga kawasan Afrika dan Asia.
Baca juga: Jadi Miliuner, 4 Pengusaha Ini Dulunya Pernah Hidup Susah
Maka tidak heran bila barang kerajinan dan furnitur menjadi salah satu penyumbang terbesar devisa Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri terus menggalakan serta menggenjot pertumbuhan bisnis ini dari tahun ke tahunnya.
Salah satu orang yang menikmati keuntungan dengan berbisnis kerajinan dan furnitur adalah Andra Prasetyo (42). Buktinya, pria kelahiran Tuban 15 September 1974 itu mampu meraup omzet hingga miliaran rupiah setiap tahunnya. Selain itu barang kerajinan dan furnitur buatannya juga sudah dipasarkan ke mancanegara seperti Belanda, Jerman dan Yunani. Bagaimana bisa?
“Usaha saya ini bergerak di bidang furniture export. Saya bekerja di bidang ini sudah cukup lama sudah 16 tahun-an,” kata Andra kepada indotrading.com, Selasa (18/10/2016).
Selama 16 tahun menekuni bisnisnya ini, Andra telah menghasilkan berbagai macam jenis produk kerajinan dan furnitur. Sebut saja ada meja, rak meja, sofa hingga kursi.
Baca juga: Gitar Batik Buatan Guruh: Dipakai Gitaris Terkenal Sampai ‘Terbang’ ke 5 Negara
“Ada table, table rak, sofa, dan kursi,” tambahnya.
Andra mencatat, sedikitnya sudah ada 300 jenis model craft dan furniture yang berhasil dia buat. Setiap bulan, Andra rutin membuat model baru dengan alasan agar tidak ketinggalan zaman dan bisa memberikan pilihan bagi para customer.
“Kalau saya sudah bikin 300 desain dan sudah banyak dicontoh sama orang-orang. Setiap kali desain saya di contoh. Saya bikin lagi jadi yang cape tuh yang nyontek kalau saya nggak pernah cape. Desain unggulan saya tuh seperti resin, tools recycle, ada meja multifungsi alias bisa dijadikan meja, kursi dan ada lacinya, kemudian ada juga copy table,” sebutnya.
Bangun Usaha Tanpa Modal Dengan Manfaatkan Limbah Kayu
Sejak pertama kali usahanya dibangun di tahun 2000 dengan nama Pangjati Rustic Furniture & Crafts, Andra Prasetyo mengaku sama sekali tidak mengeluarkan modal. Andra awalnya hanya memanfaatkan limbah bekas seperti kayu dan ranting sebagai bahan baku utama pembuatan berbagai macam produk kerajinan dan furnitur.
Baca juga: Resep Cap Lang Singkirkan Kompetitor Hingga Kuasai Pasar Lokal dan Internasional
“Kalau modal awal tidak ada mungkin kemauan aja ya. Furnitur nya ini sebenarnya memanfaatkan barang-barang bekas seperti kayu-kayu bekas yang tadinya tidak bermanfaat jadi bermanfaat,” katanya.
Kebanyakan kayu bekas yang digunakan Andra adalah kayu jenis mahoni atau jati. Kedua kayu tersebut memiliki struktur yang kuat dan cocok digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan dan furnitur.
Kayu dan ranting bekas yang didapat kemudian dipilih oleh Andra. Usai dipilih kayu tersebut masuk ke tahapan penggergajian untuk mengupas kulit kayu. Setelah digergaji, kayu lalu dibelah dan diserut. Tahapan selanjutnya adalah mendesain dan merakit kayu siap pakai tersebut sesuai dengan kebutuhan. Misalnya apakah diperuntukan menjadi kursi, sofa atau meja.
Proses terakhir adalah finishing yang merupakan proses pelapisan akhir permukaan kayu yang bertujuan untuk memperindah permukaan kayu sekaligus memberikan perlindungan furnitur dari serangan serangga ataupun kelembaban udara. Dalam beberapa jenis dan tipe furnitur, proses finishing harus dilakukan sebelum komponen dirakit. Hal ini dilakukan karena finishing lebih mudah dilakukan sebelum komponen dirakit.
Baca juga: Anniesa Hasibuan: Desainer Ternama yang Sempat Jualan Pulsa dan Hamburger
“Pertama karena saya suka, terutama skatch drawing, selain itu kan produk ini adalah recycle karena hobi saya membuat barang-barang yang aneh dan unik dari barang yang sudah tidak terpakai,” tambahnya.
Dengan menggunakan kayu dan ranting bekas, Andra menegaskan juga ikut menjaga keberlangsungan lingkungan.
“Jadi yang saya buat adalah recycle, kalaupun kayu itu dari rantingnya karena ranting tidak akan habis untuk digunakan dan tidak merusak lingkungan juga karena tidak menebang pohon-pohon besarnya,” tegasnya.
Tembus Pasar Eropa
Tidak hanya membuat meja, berbekal ketekunan dan kerja keras, Andra mengembangkan lagi limbah kayu menjadi aneka barang furnitur dan kerajinan. Yang berbeda dari barang furnitur buatan Andra adalah bentuknya yang unik serta desain dan pola yang berbeda dengan buatan lain.
Baca juga: Tips Mimpi Sejuta Dolar Dari Merry Riana: Percaya Diri dan Punya Komitmen!
Dengan keunikan tersebut, kini produk racikan Andra tak hanya diminati pembeli lokal, melainkan juga diburu konsumen di Benua Eropa.
“Saya memasarkan ini ke Eropa dimana 95% itu ke Belanda dan Jerman, ada juga yang ke Yunani,” sebutnya.
Di luar negeri, furnitur buatan Andra dipasarkan di berbagai ritel. Ada juga beberapa coffee shop dan restoran yang sengaja memesan langsung kursi dan meja kepada Andra. Sedangkan di dalam negeri, penjualan terbesar adalah di Jakarta dan Bali.
“Mereka (pembeli) rata-rata punya jaringan toko dan ritel. Kalau di Indonesia sendiri tidak begitu banyak, yang memesan itu paling coffee shop. Seperti project cafe dan restoran. Itu biasanya yang pesan dari Bali dan Jakarta,” tuturnya.
Baca juga: Perjuangan Merry Riana Jadi Miliarder: Pernah Jadi Penyebar Brosur Sampai Pelayan Hotel
Untuk melebarkan sayap penjualannya baik di dalam maupun keluar negeri, Andra kerap menghadiri berbagai pameran. Dengan cara ini, Andra bisa bertemu langsung dengan calon pembeli (buyer) potensial. Calon pembeli awalnya bertanya-tanya terlebih dahulu atau beberapa diantaranya langsung melakukan transaksi pembelian.
“Kalau dari segi marketing, media saya itu ya pameran. Buyer reguler saya itu sudah ada 8 buyer sih. Terhitung dari tahun 2002 hingga sekarang mereka continue beli,” tukasnya.
Raup Omzet Rp 12 Miliar/Tahun
Andra Prasetyo mengaku telah memiliki pelanggan tetap yang setia membeli berbagai produk kerajinan dan furnitur buatannya. Kebanyakan pelanggan tetapnya berasal dari luar negeri seperti Belanda, Jerman dan Yunani.
Sementara itu di Indonesia, pembeli yang datang juga berasal dari kalangan menengah ke atas. Misalnya pengusaha cafe dan restoran yang ada di Jakarta dan Bali. Oleh karena itu, bila dihitung-hitung, omzet penjualan yang diterima Andra setiap tahunnya berkisar Rp 12 miliar.
Baca juga: Pernah Jualan Baju di Taman Puring, Bong Chandra Kini Sukses Jadi Bos Properti
“Tahun kemarin itu saya dalam satu tahun mencapai Rp 12 miliar,” sebutnya.
Di tempat produksinya yaitu di Klaten (Jawa Tengah), Andra mengerjakan berbagai pesanan dari para pelanggannya dengan dibantu oleh 75 orang pengrajin. Saat ini ia sudah berhasil menciptakan 300 desain baik itu kerajinan maupun produk furnitur. Harga yang ditawarkan berkisar antara ratusan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah.
“Kalau untuk ekspor itu dari harga US$ 10 hingga US$ 100. Sebenarnya harga di Indonesia juga tidak jauh beda. Hanya saya jualnya kan ritel. Kalau ke luar negeri kan satu item saja bisa kirim ribuan pcs,” imbuhnya.
Meraup omzet yang cukup besar tidak membuat Andra besar kepala. Ia mengaku masih akan terus mengeluarkan idenya untuk membuat model-model kerajinan dan furnitur terbaru.
Baca juga: Ini Resep Jadi Pengusaha Sukses Ala Bong Chandra
“Ya saya memang selalu melakukan inovasi, perkembangan desain. Selain itu juga melakukan inovasi terhadap kulit. jadi dulu kan saya suka bikin bahan baku dari kulit tapi yang halus, terus berinovasi membuat dari kulit yang tekstur bulunya masih ada. Saya melihat tradisi di Texas, Amerika mereka menggunakan kulit rusa untuk bahan baku furnitur tapi bulunya tetap dibiarkan menempel,” jelasnya.
Pernah Diremehkan Karena Jualan Furnitur Dari Limbah Kayu
Perjuangan Andra Prasetyo dalam membangun bisnis Pangjati Rustic Furniture & Crafts tidaklah mudah. Andra harus mengalami jatuh bangun sampai diremehkan oleh rekan dan kerabat.
“Ya saya merasakan jatuh bangun saat merintis bisnis ini. Dari awal banyak yang mengejek dan meremehkan produk saya,” kata Andra.
Namun Andra pantang menyerah dan memilih bekerja keras agar bisa menampilkan berbagai model kerajinan dan furnitur yang menarik. Ia kemudian mulai rajin mengikuti pameran dan sampai akhirnya mendapatkan pembeli (buyer).
Baca juga: Kisah Darwin Manurung: Dari Karyawan Pipa Toko Kini Jadi Bos Pipa
“Jadi waktu itu tahun 2000 saat saya memamerkan produk saya ini, mereka bilang ini produk apaan kok dari barang bekas mana laku! Lama kelamaan setelah saya mengkuti dua kali pameran, saya kemudian mendapatkan buyer. Dan sekarang produk saya yang diremehkan justru banyak yang mencontohnya,” ucapnya.
Kemudian hal lain yang paling diingat Andra adalah usahanya hampir bangkrut saat terjadi krisis global. Pada waktu itu, Andra mengaku sama sekali tidak ada pesanan dari para pelanggannya. Alhasil pendapatannya anjlok dan hampir seluruh karyawannya memilih mengundurkan diri.
“Selain itu jatuh bangun yang saya rasakan adalah pada tahun 2000-an saat kerisis global. Usaha saya ini ambruk, itu sama sekali tidak ada yang order. Saya total tidak produksi, karyawan pun pada kabur karena tidak bisa digaji, dari yang sebelumnya 100 orang yang nyisa hanya tiga orang,” keluhnya.
Baca juga: Pernah Hidup Susah, Livienne Russellia Bangkit dan Sukses Berbisnis Kosmetik
Tetapi hal ini tidak menciutkan nyali Andra untuk tetap mempertahankan bisnisnya. Dibantu 3 orang karyawannya, Andra melanjutkan bisnisnya hingga akhirnya menggurita dan meraup omzet miliaran seperti saat ini.
“Tapi saya tetap bertahan pada masa itu, saya sekuat teaga berusaha produksi lagi dan saya pun terjun langsung bersama karyawan, desain sendiri, nukang sendiri,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat