Insight

Jadi Miliuner, 4 Pengusaha Ini Dulunya Pernah Hidup Susah

Menjadi seorang miliuner adalah mimpi setiap orang. Namun untuk mendapatkannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kerja keras dan usaha pantang menyerah!

Hal ini dirasakan oleh beberapa pelaku usaha/bisnis di Indonesia. Tak jarang dari mereka yang kini menjadi orang super kaya atau miliuner harus melewati masa-masa sulit seperti terpuruk atau pernah bangkrut.

Meski mengalami hal yang tidak menyenangkan, mereka tidak menyerah dan berhasil bangkit. Dengan fokus membangun serta mengembangkan bisnis yang dijalani, kini kehidupan mereka berubah dari hidup susah bermetamorfosis menjadi miliuner.

Dikutip indotrading.com, Senin (17/10/2016), berikut ini adalah sejumlah pengusaha asal Indonesia yang awalnya pernah mengalami hidup susah dan tidak memiliki apa-apa tetapi kini menjadi kaya raya atau miliuner. Sehingga hal ini bisa menjadi motivasi Anda terutama dalam membangun sebuah bisnis impian.

1. Livienne Russellia

Pengusaha pertama adalah Livienne Russellia. Livienne adalah Direktur PT Cakra Daya Makmur yang berhasil memproduksi berbagai macam kosmetik di dalam negeri. Salah satu brand yang paling dikenal adalah Vienna.

Sebelum Livienne benar-benar menjadi pengusaha sukses di bidang bisnis kosmetik, kehidupannya memang sudah berkecukupan. Apalagi suaminya berprofesi sebagai pengusaha.

Namun ia pernah mengalami periode masa-masa sulit ketika terjadi krisis ekonomi di tahun 1998. Kejadian itu membuat bisnis yang dijalani oleh sang suami mengalami berbagai kendala. Hal ini ditambah setelah Livienne melahirkan akan kedua di tahun 2001.

Kebutuhan yang cukup tinggi tidak diimbangi dengan pengeluaran yang sangat besar. Mau tidak mau Livienne harus turun gunung mencari pekerjaan hanya sekedar menambah penghasilan serta kebutuhan keluarganya.

Livienne mengatakan ia pernah menjalani berbagai profesi seperti menjadi agen asuransi, agen komoditas, hingga menjual sepatu, celana jeans, pakaian, dan lain-lain.

“Jadi sudah seperti agen karena apapun yang bisa dijual saya jalani. Saya orangnya suka belajar, suka dengan hal yang baru. Kondisi waktu itu tidak memberikan saya harus belajar bisnis dulu atau apa, melainkan bagaimana caranya saya usaha, menghasilkan penghasilan,” tuturnya.

Foto: Direktur PT Cakra Daya Makmur, Livienne Russellia/Dok: indotrading.com

Foto: Direktur PT Cakra Daya Makmur, Livienne Russellia/Dok: indotrading.com

Usaha yang telah dilakukannya ini sempat membuat keluarga besar Livienne kaget. Bahkan ia juga mengaku pernah membuat kue dan mengemas kacang lalu menjualnya di salah satu mal. Sayangnya kue yang dibuat oleh Livienne tidak laku dijual di mal hingga ia menderita kerugian.

Meski tidak laku, hal ini menjadi pelajaran dan ilmu tambahan bagi Livienne. Dengan berjualan, ia kini memiliki jaringan (network) yang cukup luas karena mengenal banyak orang. Akhirnya di tahun 2002 ia memilih banting setir menjadi importir produk makanan dan kosmetik.

Ia lalu mendirikan PT Cakra Daya Makmur di tahun 2002. Perusahaannnya bergerak di bidang trading and distribution untuk produk impor, berupa produk food & beverage, personal care dan lain-lain dari berbagai negara seperti dari Singapura, Malaysia, Australia, Amerika hingga Eropa.

Sayangnya bisnis ini tidak bertahan lama. Di tahun 2006, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru dengan membatasi produk impor. Akhirnya dengan adanya kebijakan ini memberikan dampak negatif bagi usaha yang dijalani Livienne. Ia mengalami kerugian yang cukup besar hingga gulung tikar.

Setelah kejadian itu, Livienne sempat membuka toko kosmetik sampai distributor kosmetik. Tetapi usaha baru yang dijalaninya ini lagi-lagi mengalami kegagalan dan ia menderita kerugian yang cukup besar.

Meski mengalami keterpurukan setelah usaha yang dijalani hancur lebur karena regulasi pemerintah, Livienne tidak patah arang. Dengan sisa aset yang dimilikinya, Livienne mulai bangkit lagi dan memikirkan bisnis apa yang akan dia bangun.

Foto: Direktur PT Cakra Daya Makmur, Livienne Russellia/Dok: indotrading.com

Foto: Direktur PT Cakra Daya Makmur, Livienne Russellia/Dok: indotrading.com

Latar belakang pendidikan di bidang kosmetik membantu dirinya untuk tetap memilih bisnis kosmetik. Di tahun 2008 masih dengan nama perusahaan yang sama yaitu PT Cakra Daya Makmur, Livienne mulai mengembangkan perusahaan manufaktur untuk produk kosmetik dan produk perawatan diri (personal care).

Kini Livienne telah berhasil membuat produk herbal, skincare, body care, personal care (seperti body lotion dan lulur), dan hair care seperti shampo. Kosmetik miliknya sudah diekspor ke berbagai negara seperti Korea, Teritori Amerika, dan Singapura.

Baca selengkapnya: Pernah Hidup Susah, Livienne Russellia Bangkit dan Sukses Berbisnis Kosmetik

2. Anniesa Hasibuan

Wanita yang memiliki nama lengkap Anniesa Desvitasari Hasibuan (30) adalah seorang desainer papan atas di Indonesia. Namanya melejit di tahun 2016 ini setelah menjadi desainer pertama asal Indonesia yang berhasil menembus gelaran acara New York Fashion Week (NYFW) 2016.

Sebelum NYFW 2016, nama Anniesa sudah lebih dulu dikenal di kota Wesfield, London, Inggris. Pada saat itu ia menghadiri gelaran Ziryab Fashion Show Kaftan Festival 2015.

Bagi Anniesa, menjadi desainer sukses seperti saat ini dilalui dengan proses yang cukup panjang bersama sang suami, Andika Surachman. Bahkan mereka berdua pernah mengalami kehidupan yang cukup sulit. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Anniesa dan Andika rela berjualan pulsa hingga hamburger.

Foto: Anniesa Desvitasari Hasibuan/Dok: indotrading.com

Foto: Anniesa Desvitasari Hasibuan/Dok: indotrading.com

“Aku pun dengan suami sudah memulai usaha apapun itu dari 12 tahun yang lalu. Aku dan suami lebih mencoba usaha apapun yang halal, jadi apapun itu dagang pulsa dan lain-lain kita jalanin,” ucap Anniesa.

Selain itu, keduanya diketauhi juga pernah membuka bisnis travel umrah dengan nama perusahaan First Travel. Sejak beroperasi di tahun 2008, First Travel mengalami perkembangan cukup pesat. Hingga pada tahun 2012, First Travel telah berhasil menerbangkan puluhan ribu jemaah ke Tanah Suci.

Ternyata dengan menjalani bisnis travel ini, Anniesa dan Andika bisa meraup keuntungan bisnis yang cukup lumayan. Anniesa juga memiliki waktu lengang yang cukup untuk menekuni bakatnya yang terpendam yaitu di bidang fashion.

Foto: Anniesa Desvitasari Hasibuan/Dok: indotrading.com

Foto: Anniesa Desvitasari Hasibuan/Dok: indotrading.com

Hanya bermodal imajinasi, Anniesa kemudian belajar desain secara otodidak. Hal ini dilakukan karena ia tidak memiliki latar pendidikan di bidang desain pakaian. Tetapi siapa sangka, justru dari bisnis fashion inilah nama Anniesa mulai dikenal sebagai salah satu desainer papan atas.

Anniesa Hasibuan kemudian mulai menekuni bisnis fashion. Dengan konsep Ready to Wear, imajinasinya mulai bergerak dengan mendesain jenis model fashion apa yang cocok digunakan bagi kalangan kaum hawa. Lalu kelihaian tangan seorang Anniesa dalam merajut benang menjadikan busana ciptaannya yang memiliki kesan yang unik dan berkesan seperti jaket, dress, basic dress, kebaya, kaftan, couture.

Dengan konsep yang unik dan elegan, Anniesa Hasibuan berhasil memasarkan busana buatannya di dalam dan luar negeri. Penjualan fashion terbesar adalah di Eropa seperti London dan berbgai negara lain seperti Malaysia, Dubai, Abu Dhabi, dan New York. Bahkan Anniesa mengklaim, di luar negeri busana miliknya dipakai oleh kalangan
selebritas papan atas.

Baca selengkapnya: Anniesa Hasibuan: Desainer Ternama yang Sempat Jualan Pulsa dan Hamburger

3. Bong Chandra

Siapa yang tidak mengenal dengan sosok Bong Chandra? Dia adalah seorang motivator handal dan populer asal Indonesia.

Di usianya yang masih cukup muda, Bong mampu mendapatkan berbagai penghargaan. Kemampuan di bidang speaker alias motivator membuat dirinya menyabet gelar “Motivator Termuda se Asia” di tahun 2010 pada usia 23 tahun.

Namun di balik kesuksesan yang dia terima sekarang, Bong Chandra tetaplah manusia biasa. Bahkan ia mengaku pernah mengalami hidup susah saat bisnis kue yang digarap ayahnya bangkrut akibat krisis di tahun 1998. Akibat kejadian itu, keluarga Bong Chandra kehilangan pabrik kue yang menjadi sumber utama pendapatan. Pabrik kue harus diserahkan dan disita oleh pihak perbankan.

Setelah itu, Bong bersama sang ayah sampai memungut besi dan beberapa peralatan yang ada di pabrik untuk dijual. Uangnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Bong juga mengaku pernah membuka lapak jualan baju di Taman Puring dan Senayan, Jakarta Selatan. Baju sendiri ia datangkan dari
Bandung, Jawa Barat.

“Karena bangkrutnya usaha ayah saya itu, menjadikan saya sosok yang mandiri. Dari SMP hingga SMA saya mulai berjualan sendiri, yaitu jualan baju, makanan, CD musik dan lain-lain,” ungkap Bong.

Foto: CEO Trinity Property Group, Bong Chandra/Dok: Koleksi pribadi Bong Chandra

Foto: CEO Trinity Property Group, Bong Chandra/Dok: Koleksi pribadi Bong Chandra

Hingga akhirnya ia bisa menempuh pendidikan lanjutan ke level sarjana. Untuk mendapatkan uang jajan dan membayar biaya kuliahnya, Bong lantas bergabung dengan bisnis Multi Level Marketing (MLM). Tetapi siapa sangka, Bong yang pandai berbicara ini mulai merasakan angin keberuntungan setelah bergabung dengan MLM.

Kemampuan ini ia terus asah dengan membaca buku dan melihat berbagai seminar motivator melalui internet. Ia juga mengikuti kelas motivasi dari James Gwee. James Gwee adalah seorang trainer sekaligus speaker handal asal Singapura. Hingga akhirnya Bong Chandra benar-benar mahir menjadi seorang speaker atau motivator.

Percaya kemampuan dirinya di bidang speaker mampu dikembangkan, Bong memutuskan berhenti menjalani pendidikan sarjana. Setelah itu, Bong aktif mengikuti berbagai kelas motivasi untuk memperdalam bakatnya di bidang speaker dan trainer. Kariernya sebagai motivator kian mentereng. Dengan cepat Bong menerima banyak sekali tawaran dari berbagai perusahaan besar untuk memberikan motivasi.

Setelah itu nasib baik Bong berlanjut. Saat perjalanan menuju Surabaya, Bong berkenalan dengan salah satu pengusaha properti. Ia ditawari untuk bergabung menggarapsebuah proyek properti.

Lalu Bong membeli sebuah bidang tanah di daerah Ciledug, Tangerang, Banten. Ia mengatakan saat itu harga tanah di daerah tersebut relatif cukup murah. Di kawasan tersebut juga akan dibangun akses tol dan terbilang cukup strategis.

Foto: CEO Trinity Property Group, Bong Chandra/Dok: Koleksi pribadi Bong Chandra

Foto: CEO Trinity Property Group, Bong Chandra/Dok: Koleksi pribadi Bong Chandra

Bong latas menyulap sebidang tanah di kawasan Ciledug menjadi kawasan perumahan mewah dengan konsep Ubud Village. Semua rumah, setting, hingga pedestrian yang dibangun di kawasan itu bergaya Bali. Dengan konsep yang unik, proyek Ubud Village kebanjiran order oleh para calon penghuni. Hasil dari penjualan itu digunakan untuk membayar sisa cicilan pembelian tanah.

Meskipun Ubud Village adalah proyek properti pertama yang digarap Bong, tetapi ia untung besar. Keuntungan yang menjadi modal bagi Bong untuk mulai menekuni bisnis properti di Tanah Air. Setelah itu, Bong mulai melakukan ekspansi bisnis properti dengan membangun apartemen High Rest Building di Alam Sutera dan sebuah kos-kosan di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat.

Baca selengkapnya: Pernah Jualan Baju di Taman Puring, Bong Chandra Kini Sukses Jadi Bos Properti

4. Merry Riana

Sosok terakhir kembali datang dari seorang motivator cantik, muda dan energik di Indonesia. Dia adalah pemilik PT Merry Riana Indonesia, Merry Riana.

Merry Riana lahir di Jakarta 29 Mei 1980 atau tepatnya 36 tahun yang lalu. Namanya mulai melejit ketika dirinya meraup penghasilan hingga satu juta dolar Singapura. Yang lebih spesial lagi adalah penghasilan tersebut ia peroleh ketika umurnya baru menginjak usia 26 tahun. Kok bisa?

Menjadi anak pertama tentunya menjadi tumpuan dan harapan bagi kedua orang tuanya. Hal ini disadari oleh Merry Riana. Selepas menyelesaikan pendidikan menengah atas, Merry remaja memiliki cita-cita sebagai seorang insinyur tehnik dan berencana melanjutkan studinya ke Universitas Trisakti dengan mengambil jurusan Tehnik Elektro.

Namun pada saat itu keadaan ibu kota Jakarta sedang mengalami krisis dan kerusuhan hebat. Orang tua Merry merasa khawatir. Kemudian sang ayah akhirnya memutuskan untuk mengirim Merry ke Singapura. Setelah tiba di sana, Merry memutuskan untuk melanjutkan studi di Nanyang Technological University (NTU). Ia mengambil jurusan Electrical dan Electronics Engineering (EEE).

Untuk menggapai cita-cita dan menyelesaikan kuliahnya, dilalui Merry dengan cara yang tidak mudah. Apalagi kebutuhan hidup dan biaya kuliah di Singapura cukup mahal. Perjuangan berat harus ia lalui dengan melakukan berbagai macam pekerjaan seperti penyebar pamflet di jalanan, menjaga kios, hingga menjadi pelayan hotel. Hal ini
semua dia lakukan dengan tujuan agar tetap bertahan.

Foto: Merry Riana/Dok: Koleksi pribadi Merry Riana

Foto: Merry Riana/Dok: Koleksi pribadi Merry Riana

“Saya mencoba beberapa pekerjaan, mulai dari penyebar brosur biro jodoh, bekerja di florist sampai jadi pelayan hotel,” kata Merry.

Tetapi, ia percaya bahwa setiap rintangan pasti ada jalan keluarnya dan pasti bisa dilalui. sedikit demi sedikit penghasilan yang dia terima sebagai penyebar pamflet di jalanan, menjaga kios, hingga menjadi pelayan hotel dikumpulkan. Uang tersebut ia pergunakan untuk membangun bisnis kecil-kecilan seperti bisnis MLM atau Multi
Level Marketing (MLM).

Namun sayang, kedua bisnis barunya itu gagal total. Lagi-lagi ia harus kembali memutar otak bagaimana caranya mendapatkan kesuksesan. Hingga akhirnya, selepas ia menamatkan studinya Merry memilih menekuni bidang financial consultant. Ternyata bidang barunya ini adalah titik balik kehidupan Merry.

Perlahan tapi pasti Merry berhasil menjual sedikit demi sedikt produk keuangannya seperti asuransi, kartu kredit, tabungan dan lain-lain. Hingga pada akhirnya di tahunm2003 ia dinobatkan sebagai salah satu agen perusahaan terbaik ditempatnya bekerja.

Setelah itu, hanya dalam waktu singkat atau 4 tahun sejak kelulusannya, Merry Riana telah mendapatkan penghasilan lebih dari 1 juta dolar Singapura melalui bisnisnya. Pencapaian fenomenal ini dibuat oleh Merry saat usianya baru menginjak usia 26 tahun.

Foto: Merry Riana/Dok: Koleksi pribadi Merry Riana

Foto: Merry Riana/Dok: Koleksi pribadi Merry Riana

Sukses menekuni bisnis financial consultant hingga mampu meraup pendapatan 1 juta dolar Singapura, Merry lalu mengembangkan sebuah organisasi bernama MRO atau Merry Riana Organization. Selain MRO, Merry juga mulai menggarap bisnis baru di Indonesia. Melalui PT Merry Riana Indonesia dan PT Merry Riana Edukasi. Merry aktif menjadi trainer dan speaker bagi jutaan penggemar beratnya yang ada di Indonesia.

Untuk saat ini, Merry memiliki target meningkatkan kuantitas dan kualitas trainer dan speaker yang diberikan olehnya. Selain itu, ia juga aktif memberikan motivasi lewat seminar, buku, sosial media, TV, radio, film, dan Merry Riana Corporate Ambassadors.

Baca selengkapnya: Perjuangan Merry Riana Jadi Miliarder: Pernah Jadi Penyebar Brosur Sampai Pelayan Hotel

Penulis: Wiji Nurhayat   Editor: Wiji Nurhayat

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top