Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan. Salah satu hasil karya tradisional dari berbagai daerah di Indonesia yang paling dikenal adalah kain tenun.
Selain bisa dipakai dan menjadi bahan koleksi, kain tenun ternyata bisa menjadi peluang bisnis yang menggiurkan. Tidak percaya? Hal ini yang coba diungkapkan Yanti Farida (59), pemilik usaha Yanti Art & Craft.
Baca juga: Home Decor: Peluang Usaha Baru yang Mesti Anda Coba
Yanti telah lama menekuni usaha penjualan kain tenun khas Lampung. Sekarang, usaha yang dijalani sejak tahun 1988 ini telah memiliki banyak pelanggan (customer). Selain itu, Yanti kini mendapatkan pemasukan rutin setiap bulannya sebesar Rp 50 juta, bahkan bisa lebih.
“Usaha ini tentang produk tenun Lampung, sulam Lampung dan busana khusus kain Lampung, kain tapis,” kata Yanti saat bercerita kepada indotrading.com, Kamis (11/8/2016).
Yanti menuturkan kain tenun yang ia jual dibuat langsung dengan tangan (handmade) oleh para pengrajin sehingga terkesan unik dan langka. Tidak heran bila proses pembuatan kain tenun membutuhkan waktu yang cukup lama. Tetapi keuntungannya, kain tenun yang dibuat Yanti diburu dan diminati oleh banyak kalangan, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.
“Bedanya itu kalau tenun mereka kan digambar dulu kemudian dibuat cetakannya terus ditenun. Kalau kain tenun Lampung itu kita buat dulu proses kainnya setelah itu baru kita gambar dan disulam satu-satu. Makan waktu sangat lama,” tuturnya.
Baca juga: ‘Kemilau’ Bisnis Mutiara Tawarkan Omzet Hingga Ratusan Juta Rupiah
Menurut Yanti, produk kain tenun khas Lampung tetap menjadi primadona bagi calon pembeli. Selain dalam bentuk kain tenun, Yanti mencoba mendesain kain tenun khas Lampung dalam bentuk busana. Ternyata langkah ini direspon positif dari calon pembeli.
“Macam-macam, ada kain tenun, tapis dan busana,” sebutnya.
Karena dikerjakan seluruhnya dengan tangan, harga yang ditawarkan Yanti cukup mahal. Seperti produk kain tenun, Yanti mematok harga Rp 500 ribu/potong untuk kualitas standar dan Rp 10 juta/potong untuk kualitas premium. Sementara untuk produk busana, harganya berkisar antara Rp 400 ribu/potong untuk kualitas standar dan Rp 1 juta/potong untuk kualitas premium.
Baca juga: Dari Coba-coba. Jatmiko Raup Untung Jualan Sepatu 100% Buatan Tangan
“Harganya tergantung desain, kepadatan dan kehalusan,” ucapnya.
Dari penjualan kain tenun dan busana kain tenun, Yanti rutin mendapatkan omzet rata-rata Rp 50 juta per bulan. Omzetnya bakal bertambah bila ia mengikuti pameran.
“Kalau tidak ikut pameran sekitar Rp 50 juta/bulan. Kalau ikut pameran ya di atas Rp 50 juta,” tambahnya.
Anda yang ingin memulai usaha seperti ini, menurut Yanti siapkan modal yang jumlahnya tidak sedikit. Modal tersebut digunakan untuk membeli peralatan tenun dan bahan baku produksi seperti benang dan kain hingga membayar upah para pengrajin.
Selain itu, Anda bisa juga menyiapkan sebuah tempat gallery/workshop penjualan. Tempat tersebut tidak hanya digunakan sebagai tempat penjualan kain tenun. Galleri/workshop dibutuhkan agar para calon pembeli bisa melihat langsung kegiatan para pengrajin dalam memproduksi kain tenun khas Lampung.
Nah bagi yang memiliki modal pas-pasan, Anda tidak perlu repot membuka gerai atau workshop untuk memasarkan produk. Cukup gunakan media sosial seperti Facebook atau Instagram.
Baca juga: Rajin Ikut Pameran, Pengusaha Perhiasan Ini Bisa Hasilkan Omzet Rp 150 Juta
“Penjulan saya melalui online shop dan grup whatsapp. Mereka juga beli ada yang langsung ke tempat workshop, ada yang beli ke pameran,” katanya.
Usaha penjualan kain tenun khas Lampung diyakin Yanti bakal terus tumbuh dari tahun ke tahun. Asalkan perekonomian Indonesia stabil sehingga menguatkan daya beli masyarakat.
“Peluang pasar untuk tenun Lampung sangat terbuka, meski belum banyak yang tahu tapi setelah tahu banyak minat dan memesan kain tenun kita. Kita berharap ekonomi Indonesia tetap stabil,” tutup Yanti.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat