“Industri jamu dan kosmetik tradisional itu sebenarnya sangat besar dan melibatkan begitu banyak pelaku usaha. Tentunya kelebihan Indonesia inilah yang harus kita manfaatkan meskipun saat ini memang belum maksimal,” tulis Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk, Putri K Wardani.
Indonesia memang memiliki jumlah penduduk yang terbilang cukup besar. Saat ini jumlah penduduk Indonesia hampir mencapai 250 juta jiwa. Besarnya jumlah penduduk Indonesia tentunya menjadi pasar yang menarik bagi berbagai macam produk, tidak terkecuali jamu dan kosmetik.
Baca juga: Menangkap Peluang Berbisnis Kopi Spesial Dari Bos Maharaja Coffee
Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk, Putri K Wardani (57) mencoba memberikan gambaran tren perkembangan bisnis jamu dan kosmetik di Indonesia. Bila dilihat secara grafik, Putri mengatakan penjualan kedua produk tersebut meningkat setiap tahunnya.
“Sangat bagus ya, Indonesia dengan 250 juta jiwa dimana kalau kita tumbuh kembangkan ekonominya dengan baik itu adalah pasar yang besar sekali. Tinggal daya belinya kita naikkan,” kata Putri saat berbincang dengan indotrading.com, Rabu (31/8/2016).
Wanita kelahiran Jakarta, 20 September 1959 ini menilai industri jamu dan kosmetik merupakan industri strategis dan sangat potensial. Pendapatan dari industri kosmetik pada 2015 mampu mencapai US$ 818 juta.
Sementara untuk industri jamu dan obat tradisional, sektor ini juga mencatatkan prestasi yang bagus dalam beberapa tahun terakhir. Omzet yang didapat dari penjualan produk jamu dan obat tradisional di 2015 mencapai Rp 16 triliun. Pada tahun 2016 ini omzetnya bahkan diperkirakan mencapai Rp 17 triliun.
“Industri kosmetik masih terus tumbuh walaupun tidak setinggi biasanya. Tumbuhnya itu single digit 9% di tahun lalu. Semester pertama kemarin turun 6% hingga 7%,” katanya.
Sayangnya menurut Putri, mayoritas industri jamu dan kosmetik di Indonesia justru masih didominasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memiliki keterbatasan modal. Hal ini mengakibatkan kualitas dan kuantitas jamu kosmetik yang dihasilkan tidak sebaik perusahaan besar.
Baca juga: Home Decor: Peluang Usaha Baru yang Mesti Anda Coba
“Justru mayoritas di jamu lebih dari 95% UMKM, kalau di kosmetik mungkin 75%. UMKM ini kan masuknya di kelas tiga kalau UMKM ini bisa memenuhi prosedur-prosedur yang sudah ditentukan, memproduksi dengan baik dan benar, maka UMKM ini bisa naik ke kelas dua dan seterusnya,” sebutnya.
Namun dengan besarnya pasar di Indonesia, Putri optimis industri jamu dan kosmetik tetap menjadi primadona dan peluang bisnis yang menggiurkan. Potensi yang cukup besar ini harusnya digarap dan dimaksimalkan oleh para pelaku bisnis di Indonesia.
“Industri jamu dan kosmetik tradisional itu sebenarnya sangat besar dan melibatkan begitu banyak pelaku usaha. Tentunya kelebihan Indonesia inilah yang harus kita manfaatkan meskipun saat ini memang belum maksimal,” jelasnya.
Ujung Tombak Pemasukan Negara
Selain menjadi peluang usaha yang menggiurkan, usaha jamu dan kosmetik merupakan ujung tombak pemasukan negara. Hal ini diakui Putri K Wardani.
“Industri ini sangat besar dan mendatangkan banyak devisa negara,” ucapnya.
Menurutnya sepanjang 2014 ekspor jamu dan kosmetik menembus angka US$ 1,004 miliar. Jumlah ini tumbuh 2,9% dibanding ekspor tahun 2013 yang hanya mencapai US$ 975 juta.
“Oleh karena itu, industri berbasis budaya ini (jamu dan kosmetik) harus ditumbuh kembangkan dengan baik,” tambahnya.
Mustika Ratu sendiri disebutnya tidak main-main untuk meningkatkan bisnis jamu dan kosmetiknya baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Berbagai jenis produk jamu dan kosmetik sudah dipasarkan oleh Mustika Ratu seperti berbagai jenis lipstik, bedak padat, body lotion, slimming tea, hingga minuman beras kencur.
Untuk menggabungkan keduanya, Mustika Ratu juga telah meluncurkan Taman Sari Royal Heritage Spa. Putri mengungkapkan cara ini dilakukan Mustika Ratu karena melihat besarnya pasar jamu dan kosmetik di Indonesia.
“Mereka juga bisa ke Spa tradisional yang khas, jadi memang itu yang membuat turis asing tinggal lebih lama di Indonesia,” katanya.
Baca juga: ‘Kemilau’ Bisnis Mutiara Tawarkan Omzet Hingga Ratusan Juta Rupiah
Selain itu, Mustika Ratu juga sedang mengembangkan bisnis lain. Bekerjasama dengan para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hongkong, Mustika Ratu mencoba memberikan training gratis bagaimana caranya menjadi terapis Spa dan perias wajah dengan produk buatan Mustika Ratu. Konsep bisnis ini dilakukan Mustika Ratu karena melihat pesatnya bisnis jasa kecantikan di Hongkong.
Melalui model bisnis ini, Putri mengungkapkan para TKI akan mendapatkan banyak keuntungan. Misalnya memiliki pendapatan tambahan dengan bekerja sebagai terapis Spa dan membuka bisnis jasa rias wajah secara mandiri. Sedangkan keuntungan yang didapat Mustika Ratu adalah cara ini sebgai strategi menggenjot ekspor produk jamu dan kosmetik ke Hongkong.
“Kami mendidik TKI yang ada di Hongkong, jumlahnya ada 150 ribu-an dan ini adalah tahun ketujuh kita mendidik agar mereka menjadi tenaga terapis, menjadi make up para artis misalnya. Modalnya cuma pake kartu nama, nomor handphone dia sudah bisa dipanggil. Kalau di Hongkong itu Sabtu dan Minggu mereka off, ketika weekend kesempatan untuk mereka mancari uang tambahan dengan menjadi Spa terapis pijat dan mereka juga bisa menjadi make up artis,” jelasnya.
Ancaman Dari Produk Ilegal dan Impor
Geliat bisnis jamu dan kosmetik di Indonesia kian moncer setiap tahunnya. Pasar yang besar ditambah kuatnya daya beli masyarakat ikut mendorong peningkatan penjualan produk jamu dan kosmetik di dalam negeri.
Tetapi hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Putri K Wardani. Putri mengungkapkan setiap tahun produk jamu dan kosmetik impor merajai pasar domestik. Sebagian besar justru masuk kategori produk ilegal.
Baca juga: Dari Coba-coba. Jatmiko Raup Untung Jualan Sepatu 100% Buatan Tangan
“Kalau kita konsisten ingin industri nasional kita tumbuh, kita bersaing juga harus fair. Mereka masuk secara ilegal, tidak bayar pajak, ketentuan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) tidak mereka ikuti tapi tiba-tiba bisa berjualan di pasar kita. Itu kan tidak fair,” tegas Putri.
Maraknya jamu dan kosmetik impor dan ilegal yang masuk ke Indonesia disebabkan karena permintaan pasar yang cukup besar. Di sisi yang lain, pengawasan terhadap barang-barang impor masih dinilai lemah.
“Kita harus selalu ingat bahwa ASEAN itu, penduduk terbesarnya adalah negara kita. Jadi dengan sendirinya termasuk industri kosmetik kita ini lebih menjadi pasar daripada kita ini menyerang ke luar walaupun memang kita cukup aktif masuk ke negara-negara ASEAN. Tapi kalau kita lupa dengan negara kita sendiri dengan penduduknya 50% dari ASEAN, kita akan kecolongan,” keluhnya.
Rata-rata setiap tahun penjualan kosmetika dan jamu impor ilegal di Indonesia mencapai Rp 15-16 triliun. Nilai tersebut dirasa Putri cukup besar sehingga perlu direspon cepat oleh pemerintah.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk menekan produk jamu dan kosmetik impor ilegal. Misalnya perbanyak audit di pasar, melihat legalitas dan keamanan produk, pemberian label halal hingga verifikasi saat masuk di pelabuhan.
Baca juga: Rajin Ikut Pameran, Pengusaha Perhiasan Ini Bisa Hasilkan Omzet Rp 150 Juta
“Seperti misalnya di kosmetik. Kosmetik impor itu saat ini tidak perlu diverifikasi di pelabuhan. Alhasil kosmetik impor ilegal menjadi meningkat tajam karena barang masuk dimudahkan tidak diverifikasi. Sementara yang punya kita justru harus mengikuti aturan-aturan yang ada,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat