Economy and Business

9 Hal yang Perlu Diwaspadai Sebelum Membeli Franchise

memilih franchise

Pernah tertarik terjun ke bisnis franchise? Kemunculan bisnis franchise di Indonesia dianggap sebagai salah satu kebangkitan bisnis Indonesia. Ada beberapa pengusaha franchise yang begitu mendominasi pasar Indonesia. Namun siapa sangka ada juga usaha franchise yang masih diragukan kredibilitasnya. Sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia ketika ada seorang yang sukses dengan bisnisnya maka bisa dipastikan akan banyak pengikut mencoba hal yang sama. Meskipun saat dijalankan hasilnya belum tentu menjanjikan.

Perlu diketahui bahwa usaha franchise pada dasarnya didirikan berdasarkan orisinalitas ide dari pembuatnya. Pasar selalu membutuhkan ide-ide segar di setiap waktu. Maka dari itu tidaklah heran kalau franchisor yang memiliki ide original akan mendapatkan “potongan kue” yang lebih besar. Sedangkan bagi para franchisor yang hanya menjadi peniru, rata-rata hanya stuck. Jalan di tempat. Di bilang sukses, tidak. Di bilang gagal, juga tidak.

Untuk itulah indopreneur yang ingin bergabung dengan sebuah usaha franchise perlu mewaspadai 5 hal berikut ini sebelum rekan preneur merasa terjebak karena tidak sesuai dengan yang dijanjikan di awal kesepakatan.

Apa saja yang perlu diperhatikan sebelum bergabung dengan franchise? Simak ulasannya berikut ini:

  1. Waspadai Sistem yang Terlalu Birokratis

birokrasi

Perlu juga diketahui oleh indopreneur bahwa sistem usaha waralaba memiliki sifat dan kecenderungan sistem usahanya yang terlalu birokratis. Bisnis ini bisa memiliki kecenderungan yang demikian karena memang sifatnya yang top-down business. Biasanya dengan adanya hal ini, usaha yang indopreneur jalankan kurang fleksibel dalam menghadapi tantangan-tantangan yang bersifat eksternal.

  1. Waspadai Cash Flow yang Dimiliki oleh Franchisor

cashflow

Jarang sekali hal ini diperhatikan oleh seseorang yang ingin bergabung dengan usaha franchise. Mereka yang ingin bergabung dengan usaha franchise selalu saja terpaku dengan sistem bagi hasil yang diberikan oleh franchisor. Padahal ada esensi paling penting lain dalam bisnis yang sering dilupakan yaitu cash flow. Dari mana kita bisa mengetahui cash flow franchisor dalam keadaan yang sehat? Kita bisa melihatnya dari spending yang sudah dikeluarkan oleh franchisor tersebut untuk membesarkan bisnisnya, misalnya jumlah pembelian peralatan operasional, banyaknya sumber daya manusia yang direkrut, hingga jumlah gerai yang dibuka. Kalau hanya diukur dari segi penerimaan uang masuk yang diterima franchisor saja, tentu tidak akan seimbang penilaiannya. Jika pengeluaran mereka banyak, perusahaan tersebut bisa dikatakan sehat karena perusahaan yang pendapatannya banyak maka pengeluarannya akan banyak juga.

Baca juga : Bisnis Pecel Lele Lela Rangga Umara Berhasil Membuat Lele “Naik Kelas”

  1. Waspada Mengenai Hak Paten

hak paten

Pastikan bahwa franchisor yang anda ajak untuk kerja sama sudah memiliki paten. Sebagaimana yang diatur dalam UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten, usaha waralaba dan penyelenggaraan waralaba diwajibkan untuk mendaftarkan produknya untuk dipatenkan. Jika franchisor yang indopreneur temukan belum memiliki paten ini, sebaiknya rekan preneur cepat-cepat memutuskan untuk tidak bergabung dengan franchisor tersebut.

  1. Waspadai Biaya Awal yang Terlalu Mahal

biaya terlalu mahal

Biaya awal yang terlalu mahal biasanya sangat berkaitan dengan pembelian hak usaha, royalti penjualan, biaya pelatihan, modal bahan baku, serta biaya peralatan seperti gerobak, peralatan masak, dan lain sebagainya. Biasanya biaya awal ini sudah dibentuk sedemikian rupa dalam satu paket oleh franchisor. Waspadailah jika anda rasa biaya tersebut terlalu mahal dan tidak berbanding lurus dengan prospek cerah yang akan anda dapatkan setelah berbisnis.

  1. Waspadai Biaya Bahan Mentah yang Terlalu Mahal

biaya mahalHal yang sering menjadi masalah bagi sistem usaha waralaba adalah supplier yang sudah ditentukan oleh franchisor sehingga indopreneur tidak bisa mendapatkan supplier yang lebih murah harganya. Karena ruang gerak indopreneur yang terbatas jika ikut dalam sistem bisnis ini, indopreneur harus memastikan bahwa pemasok/supplier bahan mentahnya murah. Sulit sekali tentunya mendapatkan margin keuntungan jika indopreneur belum apa-apa sudah mendapatkan bahan mentah yang terlalu mahal.

  1. Waspadai Biaya Royalti yang Terlalu Mahal

bayar royalti

Sistem waralaba juga memiliki kelemahan dimana indopreneur setiap bulannya harus menyetorkan biaya royalti kepada franchisor setelah mendapatkan keuntungan selama sebulan. Kalau indopreneur bisa mendapatkan keuntungan yang besar, hal ini tidak menjadi masalah. Namun jika keuntungan yang didapatkan oleh rekan preneur terbatas, potongan yang untuk biaya royalti akan terasa lebih berat. Poin mengenai kesulitan keuntungan yang didapatkan sistem waralaba akan dijelaskan di poin berikutnya.

Baca juga : Kesalahan Yang Sering Dilakukan Start-Up Indonesia

  1. Waspadai Pengendalian Bisnis yang Terbatas

franchise

Menyambung poin sebelumnya mengenai kesulitan keuntungan yang didapatkan indopreneur, maka saya akan menjelaskan poin ini. Maksud dari pengendalian bisnis yang terbatas adalah bisnis waralaba memiliki ciri dimana ruang gerak eksplorasi indopreneur akan dibatasi. Sistem usaha sudah ada, jadi indopreneur tidak bisa melakukan manuver-manuver dengan ide baru. Terkadang setelah menjalankan bisnis waralaba, indopreneur akan merasakan ada saat dimana usaha indopreneur akan jalan di tempat dan usaha membutuhkan suntikan ide baru, namun hal tersebut tidak memungkinkan karena sistem sudah dibuat oleh franchisor.

  1. Waspadai Potensi Konflik

franchisor

Konflik adalah masalah lain yang mungkin muncul dalam sebuah sistem waralaba. Konflik dalam sistem waralaba biasanya terkait antara hubungan seorang franchisor dengan rekan bisnisnya yang disebut sebagai franchisee. Masalah yang sering muncul di sebuah usaha waralaba adalah pengalaman dan keahlian franchisee bisa lebih kuat dibandingkan franchisor. Hal ini yang bisa menyebabkan seorang franchisee tidak mau diatur-atur oleh franchisor. Lain lagi masalahnya jika indopreneur menemukan sesama rekan franchisee yang memiliki basis yang kuat dalam suatu wilayah sehingga ia tidak mau disaingi di wilayah tersebut dengan sesama franchisee.

  1. Waspadai Merk Waralaba yang Sudah Menjamur di Masyarakat

merk franchise

Merk waralaba yang sudah menjamur di masyarakat kemungkinan besar akan membuat persaingan akan jauh lebih sulit. Rasionalisasi pasar selalu terjadi dari waktu ke waktu karena konsistensi penyedian barang secara terus-menerus. Konsumen akan semakin selektif terhadap penyediaan produk yang diberikan oleh masing-masing franchisor. Dengan memilih waralaba yang sudah menjamur, indopreneur tidak akan melakukan stimulasi pasar yang berarti. (leo/editor: erlin)

To Top