“Kalau di agama Islam tiang agama itu salat, tapi kalau di bisnis apapun tiang kesuksesan itu semangat,” ujar Danu Sofwan, CEO Radja Cendol.
Siapa yang tak kenal cendol? Minuman yang identik dengan tekstur cendol kenyal dan rasa yang manis ini merupakan salah satu minuman tradisional asli Indonesia.
Biasanya, cendol disajikan dengan tambahan santan serta gula merah. Namun, di tangan Danu, cendol bisa diubah menjadi minuman kekinian yang dipadukan dengan susu serta tambahan berbagai macam toping.
Baca juga: Indotrading dan Google Jalin Kerja Sama untuk Bantu Pengusaha Indonesia
Danu mengawali bisnis cendolnya ini sejak tahun 2013, kira-kira 2,5 tahun yang lalu. Sebelum memulai bisnis, Danu terlebih dahulu melakukan survei ke 6 kota untuk bisa mendapatkan rasa cendol yang paling lezat. Terbukti, cendol buatan Danu pun laris manis karena banyak disukai orang.
Hingga kini, Danu telah memiliki 780 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dengan sistem franchise. Tak kurang dari Rp1,5 miliar berhasil ia kantongi setiap bulan.
Lalu, bagaimana Danu bisa mencapai semua ini?
Membangun bisnis hingga mampu menghasilkan omzet milyaran per bulan tentu butuh strategi tersendiri. Dalam menjalankan bisnisnya, Danu Sofwan memiliki satu prinsip yang senantiasa dipegang hingga bisa sukses seperti sekarang. Menurutnya, konsistensi dalam melakukan yang terbaik setiap harinya sangat penting dimiliki demi kesuksesan di masa depan.
Baca juga: Pernah Jadi Kuli Pasir, Kini Danu Sofwan Sukses Jadi Radja Cendol Beromzet 1,5 Miliar
“Yang pasti konsistensi, harus sering banyak referensi, dan saya selalu meyakini kita bahwa sekarang itu adalah hasil yang kita lakukan kemarin. Kita nanti adalah akumulasi dari apa yang kita lakukan kemarin dan hari ini. Jadi, kalau kita melakukan hal-hal yang baik di depan tuh kita pasti akan mendapatkan yang terbaik,” ujar Danu kepada indotrading.com Selasa (30/11/2016).
Berkat memegang teguh prinsip bisnisnya ini, Danu berhasil meraih kesuksesan di usia muda. Tak hanya konsistensi, Danu juga menekankan pentingnya melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum memulai bisnis agar tidak salah sasaran.
“Hal itulah yang memacu saya sampai sekarang dan itu memacu saya bagaimana caranya saya menjalani usaha saya dengan baik tepat dan harus tahu target market, research. Jadi, kalau mau membuat bisnis itu kita harus research dan tentukan target market-nya dulu, segmentasainya kita susun dulu,” kata Danu.
Baca juga: Strategi Bisnis Damn! I Love Indonesia yang Wajib Dicontoh Pengusaha Muda
Terapkan Sistem Franchise untuk Dongkrak Omzet
Danu sadar bahwa kesuksesan akan lebih mudah diraih jika dibangun bersama tim, bukan seorang diri. Untuk itu, ia mencoba menerapkan sistem bisnis franchise. Danu pun membanderol franchise Radja Cendol miliknya ini seharga Rp9.750.000.
“Jadi, mereka beli paket franchise itu sekali seumur hidup cuma Rp9.750.000 dan ketentuan masa berlakunya itu per dua tahun. Setelah dua tahun, nanti kita evaluasi apa yang kurang dan segala macam,” kata Danu.
Bisnis dengan sistem franchise memang berpotensi lebih cepat berkembang dibandingkan jenis bisnis lainnya. Namun, bisnis jenis franchise ini harus memiliki manajemen yang baik dan terus dipantau naik turunnya. Mengenai hal ini, Danu memiliki jurus tersendiri yakni Jurus EPIK.
“Tapi saya punya jurus juga yaitu EPIK: Evaluasi, Perbaiki, Introspeksi, dan Komunikasi. Nah, jurus ini yang sering saya edukasi ke mitra saya. Kenapa usaha saya ini berkembang pesat? Karena selain memiliki menu yang unik, kita juga memilki struktural manajemen yang unik,” ujar Danu.
Baca juga: Damn! I Love Indonesia: Bisnis Kaos Ala Daniel Mananta yang Sudah Merambah Korea Hingga Amerika
Untuk menjadi mitra bisnis Radja Cendol, Danu tak memberikan syarat yang berat. Namun yang terpenting ialah calon mitra bisnisnya itu harus memiliki visi dan misi yang sama dengan dirinya. Dari sini, terlihat sekali bahwa Danu cukup selektif memilih mitra bisnisnya.
“Yang pasti visi misinya harus sama dan mereka harus kirim email dulu ke kita. Dari email itu kita akurasi dalam arti mereka harus ngejawab delapan pertanyaan dari kita, dari situ ketahuan ini orang niat atau nggak untuk berbisnis Randol,” ujar Danu.
Ciptakan Branding Unik Agar Mudah Dikenal
Danu sangat paham bahwa branding merupakan hal yang penting dalam sebuah bisnis. Tak hanya membuat nama menu yang unik-unik seperti “Kejendol”, “Kece Parah”, atau “Si Dodol”, Danu juga mengumpamakan Randol sebagai kerajaan.
“Randol kan Radja Cendol. Sebuah kerajaan, saya sebagai founder dipanggilnya baginda, ada adipati, ada senopati. Kalau mitra kita disebut panglima, si pegawai kita sebut prajurit, dan outlet kita disebut teritorial,” ujar Danu.
Tak hanya itu, Danu juga optimis bahwa keunikan yang dimiliki ini akan membuat Randol cepat dikenal masyarakat luas. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan brand awareness karena sesuatu yang unik biasanya akan lebih mudah melekat di dalam ingatan.
Baca juga: 3 Pengusaha Ini Berhasil Raup Omzet Ratusan Juta/Bulan Hanya dengan Modal Bambu
“Kita melakukan itu sengaja karena untuk brand awareness. Jadi pertama kali orang melihat brand Randol itu langsung ketancep di kepala mereka,” kata Danu.
Agar Randol semakin banyak dikenal masyarakat luas, Danu mengatakan lebih mengutamakan promosi lewat media sosial. Bahkan, beberapa kali Randol mengadakan kompetisi foto di Instagram. Cara promosi seperti ini cukup ampuh untuk menarik minat masyarakat.
“Randol sendiri hampir 70 % strategi yang dilakukan ya melalui sosial media. Hampir semua orang tahu Randol juga dari sosmed,” tegas Danu.
Tak Merekrut Sembarang Orang
Kesuksesan yang telah diraih oleh Randol saat ini tentu tak terlepas dari kerja sama seluruh tim. Danu pun menyadari bahwa peranan SDM sangat penting dalam sebuah bisnis. Untuk itu, ia tak pernah merekrut sembarang orang.
Baca juga: Bisnis Kemasan PT Starindo Jaya Packing Lolos Uji ISO Hingga Ekspor ke Singapura
Tak hanya mencari anak muda yang memiliki passion tinggi dalam dunia wirausaha, Danu pun mengajukan beberapa persayaratan yang unik. Misalnya, Danu lebih mengutamakan calon karyawan yang berstatus yatim piatu.
“Pertama dia harus muda, memiliki passion yang tinggi, mau belajar, dan kita juga sangat open sama calon karyawan yang yatim atau piatu. Bahkan dari awal hiring, saya suka nanya calon karyawan apakah dia yatim atau piatu,” ujar Danu.
Tak hanya itu, Danu juga menanyakan kepada para karyawannya apakah mereka memiliki teman yang yatim piatu.
“Saya juga suka nanya ke karyawan saya kalau ada temannya yang sudah tidak memilki orangtua akan saya hire. Makanya karyawan saya hampir 20-an orang itu adalah tulang punggung semua,” lanjut Danu.
Danu memang memprioritaskan calon karyawan yang berstatus yatim piatu. Semua itu tak terlepas dari masa lalunya yang menjadi anak yatim. Setelah ayahnya meninggal, kondisi ekonomi keluarganya terguncang. Danu yang saat itu menjadi anak laki satu-satunya dalam keluarga pun merasa bingung karena ditolak berbagai perusahaan sebelum akhirnya menjadi pengusaha.
Baca juga: Balon Angkasa: Pelopor Industri Balon Udara Promosi yang Laris Manis Hingga Singapura
“Hal itu terjadi karena saya merasa termotivasi dari keadaan saya yang dulu yang nggak punya tujuan saat ayah saya meninggal dan kondisi ekonomi keluarga kami jatuh. Saya melamar kerja nggak ada yang nerima saya,” kenang Danu.
Danu tak menganggap bisnis hanya sebagai jalan untuk mendapatkan uang. Lebih dari itu, ia mengganggap bisnis ini merupakan ladang amalnya selama di dunia serta menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesamanya.
“Dan level tertinggi manusia adalah menjadi manusia yang bisa berguna bagi manusia yang lain,” pungkas Danu.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Erlin Dyah Pratiwi