“Saat kita jalan kita menemukan suatu ide ya tuangkan saja apa yang kita rasa, apa yang kita lihat. Dari situ akan membuat kita terus berexplorasi dan tidak mati gaya. Kita juga harus jeli dengan pangsa pasar, lihat apa yang tengah diminati. Menurut saya ide untuk handycraft itu tidak ada batasnya,” tulis pemilik Lita Art, Diah Rahmalita.
Jika Anda memiliki barang bekas, jangan buru-buru langsung membuang ke tempat sampah. Siapa tahu, barang bekas itu bisa dimanfaatkan menjadi barang lain yang memiliki nilai jual tinggi.
Baca juga: Fatchurohman Sulap Kain Batik Bekas Jadi Kolase Bernilai Jutaan Rupiah
Di tangan Diah Rahmalita (47), barang bekas berupa piring, gelas hingga botol beling dapat dijual kembali dengan harga jutaan rupiah. Bahkan barang-barang bekas tersebut juga sudah laku dijual ke berbagai negara. Bagaimana awalnya?
“Dulu saya pekerja tapi pada tahun 2007 saya mulai berbisnis handycraft waktu itu saya anggap bisnis ini side job saya, tahun 2007 juga handycraft yang saya buat adalah seni kaca lukis. Seiring berjalan waktu akhirnya saya menekuni bisnis Decopatch,” ungkap Diah kepada indotrading.com, Jumat (23/9/2016).
Diah menjelaskan bahwa Decopatch adalah seni menempelkan kertas tisu yang kemudian dilukis dengan menggunakan cat.
Bisnis barunya ini dimulai sejak tahun 2007 dengan brand Lita Art. Tak perlu modal besar untuk memulai bisnis ini. Diah hanya mengeluarkan modal sekitar Rp 1 juta. Sisanya, ia hanya menggunakan barang-barang bekas seperti piring, gelas, dan botol beling.
“(Modal) hanya satu juta rupiah karena cuma beli cat dan media. Beberapa media yang lainnya kan juga diambil dari limbah seperti botol bekas, piring yang tidak terpakai. Kita juga membeli cat cuma 4 warna,” katanya.
Baca juga: Mantan PNS Ini Sukses Jadi Pengusaha Art Interior Beromzet Puluhan Juta
Diah mengaku menjalani bisnisnya ini karena hobi semata. Ia tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang seni sama sekali. Gelar sarjana yang dimilikinya pun justru diraih dari Jurusan Ekonomi.
“Jadi melukis dan gambar itu memang karena hobi saja. Mungkin sudah bakat lahir. Tapi memang melukisnya bukan di canvas ya hanya corat-coret biasa saja. Dan semua produk saya ini yang desain dan lukis ya saya sendiri,” katanya.
Sempat ragu menekuni bisnis barunya ini, Diah akhirnya memilih terjun lebih dalam. Dengan kemampuan melukis yang ia miliki, Diah memoles barang-barang bekas tadi menjadi barang kerajinan yang cantik dan cocok menjadi hiasan serta pajangan rumah.
“Terhitung sudah 4 tahun saya menekuni bisnis Decopatch ini, tapi saya juga masih membuat seni lukis kaca. Nama usaha saya ini adalah Lita Art. Tapi trend mark usaha saya ini tetap glassees paint atau seni lukis kaca itu,” ucapnya.
Rela Resign dari Pekerjaan Demi Bangun Lita Art
Sejak dimulai di tahun 2007, pemilik usaha Lita Art, Diah Rahmalita (47) ternyata sudah memperkirakan bila Decopatch bakal memiliki pasar yang jumlahnya cukup besar. Agar ia bisa fokus menggarap bisnisnya ini, Diah rela keluar (resign) dari pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta.
Baca juga: Sepatu Sandal Kayu Made in Nadya ‘Terbang’ Hingga ke Qatar
“Pada tahun 2011 saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya dan mau menekuni bisnis handycraft. Saya tetap memutuskan untuk 100% terjun ke handycraft karena ini hobi saya, lalu yang saya sukai saya tidak merasa tertekan dan lain sebagainya,” tuturnya.
Kendala mulai muncul setelah ia memilih fokus menggarap bisnis ini. Diah yang belum memiliki pasar yang tetap kesulitan dalam menjual produk buatannya.
“Dulu waktu saya memulai bisnis ini saya benar-benar tidak tahu apa-apa mau memasarkannya kemana dan tidak ada yang mengarahkan. Saat itu saya hanya berpikir gimana caranya saya punya karya kemudian coba-coba dijual laku atau nggak. Kalau laku alhamadulillah kalau nggak ya sudah untuk koleksi pribadi,” paparnya.
Hingga akhirnya, karya Diah mulai dilirik oleh Pemerintah Daerah. Mereka menilai keahlian Diah memoles barang bekas menjadi barang pajangan atau hiasan bernilai jual adalah hal unik dan kreatif. Setelah itu, Diah mulai mendapatkan bantuan promosi gratis sampai barang yang dibuat mulai dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
Baca juga: 3 Pemuda Ini Raup Untung Jual Kacamata Dari Papan Skateboard Bekas
“Alhamdulillah usaha saya bisa maju ini karena dibesarkan oleh Dinas Kota yaitu Disperindag. Dinas koperasi maupun Pariwisata sehingga saya bisa keliling indonesia dan ke beberapa negara untuk ikut pameran,” ucap wanita yang tinggal di Kota Malang, Jawa Timur ini.
Barang Bekas Bernilai Jutaan Rupiah
Produk-produk Decopath dibanderol mulai dari 20 ribu hingga jutaan rupiah. Produk yang paling mahal ialah Decopatch yang terbuat dari botol besar. Botol tersebut dijual dengan harga Rp 1,5 juta rupiah. Hingga saat ini, Diah mengaku omzetnya sudah mencapai puluhan juta setiap bulannya.
“Minimal perbulan 10 sampai 20 juta. Kalau ikut pameran bisa di atas itu,” ungkap Diah.
Wanita lulusan Magister Bisnis Administrasi ini tak hanya berhenti di situ. Ia terus melakukan inovasi agar produknya bisa terus berkembang. KDiah biasanya akan berjalan-jalan jika ingin mencari ide baru untuk inovasi produknya.
“Tuangkan saja apa yang kita rasa, apa yang kita lihat. Dari situ, kita akan terus bereksplorasi dan tidak mati gaya. Kita juga harus jeli dengan pangsa pasar, apa yang tengah diminati. Menurut saya, ide untuk handycraft itu tidak ada batasnya,” kata Diah.
Baca juga: Garap Busana Khusus Pria, Feby Haniv Justru Raih Sukses dan Terkenal
Selain menjalankan bisnisnya, Diah juga membuka kursus dengan memberikan pelatihan ke beberapa daerah. Meski semakin banyak orang yang bisa menekuni bisnis ini, ia mengaku tidak khawatir karena masing-masing orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda.
“Persaingannya cukup banyak juga karena saya sendiri membuka kursus, memberikan pelatihan ke beberpa daerah sehinga siapaun bisa. Tetapi saya tidak perlu takut karena bisnis ini handmade, yang berarti setiap tangan akan berbeda-beda. Kalaupun bisa komposisi warna, tata letak pasti akan beda, sehingga saya tidak perlu takut dengan kompetitor,” papar Diah.
Dijual dari Asia Hingga Eropa
Keindahan desain serta komposisi gambar dan warna yang cantik membuat produk-produk Decopatch ini banyak diminati. Banyak pembeli yang berdatangan dari berbagai kota. Umumnya, pembeli produk Decopatch ini didominasi oleh kaum hawa. Padahal, Diah tidak memiliki toko. Ia mengaku hanya memiliki showroom dan workshop di Malang
“Saya tidak ada toko, cuma saya memilki showroom dan workshop. Itu ada di malang,” ujar Diah.
Tak hanya laku keras di pasar dalam negeri, produk-produk buatan Diah ini bahkan sudah melanglang-buana hingga mancanegara. Diah gencar mempromosikan produknya lewat pameran-pameran, baik dalam skala nasional maupun skala internasional.
Baca juga: Para Pengusaha Ini Akhirnya Sukses Dengan Modal Nekat dan Berani Ambil Resiko
“Karena kita sering ikut pameran diluar negeri, kita memang sudah mempunya beberapa pelanggan dan pembeli di luar negeri seperti di Asia dan Eropa. Misalnya di Malaysia, Brunei, Thailand, India, dan China. Kalau Eropa misalnya Hungaria, Bulgaria, Kroasia, Turki, Swis, dan Italia,” pungkas Diah.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat, Erlin Dyah Pratiwi