Inspiration

Meski Masih Muda, 4 Pengusaha Sepatu Ini Berhasil Ekspor Sepatu hingga ke Eropa

Menjadi pengusaha sepatu yang sukses memang tidak mudah. Selain kerja keras, dibutuhkan keuletan dan kreativitas yang tinggi. Apalagi, kini persaingan di bidang industri sepatu pun semakin ketat dengan banyaknya pemain baru yang bermunculan.

Sebenarnya, kualitas produk sepatu lokal tidak kalah dengan produk-produk sepatu buatan luar negeri. Terlebih lagi, bahan baku pembuatan sepatu seperti kulit sangat mudah didapatkan di Indonesia. Hal ini mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan jika Anda ingin mencoba terjun ke dalam bisnis sepatu juga.

Kini, semakin banyak produk-produk sepatu buatan Indonesia yang dilirik oleh pasar mancanegara. Buktinya, di tangan beberapa anak muda ini, sepatu lokal Indonesia bisa disulap menjadi produk premium yang sudah diekspor ke Asia hingga Eropa. Siapa saja mereka? Simak ulasan indotrading.com berikut ini, Kamis, (17/11/2016):

  1. Anggun Citra Wulandari (13th Shoes)
Foto: Pemilik usaha 13th Shoes Anggun Citra Wulandari/Dok: indotrading.com

Foto: Pemilik 13th Shoes Anggun Citra Wulandari/Dok: indotrading.com

Sebelum memutuskan untuk berbisnis sepatu, Anggun Citra Wulandari (26) sudah terlebih dulu jatuh cinta dengan alas kaki jenis ini. Wanita yang kini berusia 26 tahun ini bahkan sudah mulai mencoba bisnis sepatu saat berumur 19 tahun. Motivasinya kala itu ialah karena Anggun ingin mencari tambahan uang jajan saat masih kuliah.

“Memulai bisnis ini sebenarnya pada tahun 2009. Awalnya itu pas aku lagi kuliah, masalah utamanya karena kepentok masalah uang jajan sih. Aku mikir gimana caranya dapat uang jajan lebih,” kata Anggun.

Anggun memang hobi mengoleksi sepatu. Suatu hari, ia menemukan toko sepatu di sebuah mall di Kota Bandung yang menjual sepatu-sepatu handmade. Awalnya ia hanya iseng menawarkan sepatu itu ke teman-temannya. Namun ternyata banyak temannya yang suka dengan model sepatu tersebut hingga pesanan pun berdatangan.

Foto: Pemilik 13th Shoes Anggun Citra Wulandari dan contoh produknya/Dok: indotrading.com

Foto: Pemilik 13th Shoes Anggun Citra Wulandari dan contoh produknya/Dok: indotrading.com

Sejak saat itu, Anggun pun fokus pada bisnis ini.Ia kemudian mencari pengrajin sepatu di daerah Cibaduyut yang bisa membuat sepatu sesuai dengan keinginannya. Setelah menemukan yang cocok, ia pun mulai menawarkan produk sepatu yang dijualnya dengan sistem PO (Pre Order) sehingga ia tak mengeluarkan modal sedikit pun. Selain menawarkan ke teman-temannya, Anggun pun menjual sepatu buatannya melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram. Sepatu buatannya ini diberi nama 13th Shoes.

Kualitas jahitan yang bagus, kenyamanan, serta modelnya yang up to date membuat sepatu buatan Anggun ini banyak diminati para kaum hawa. Karena jumlah permintaan yang semakin banyak, Anggun pun mulai membeli mesin cetak sepatu sendiri dan merekrut lebih banyak pengrajin.

Sejak 2011, sepatu buatan Anggun sudah diekspor ke Malaysia dan Singapura. Bahkan, Anggun juga pernah mengekspor sepatu buatannya hingga Kuwait dan Jerman. Dari bisnisnya ini, Anggun mampu mengantongi omzet sekitar 120-an hingga 200-an juta rupiah setiap bulannya.

Baca selengkapnya: Butuh Uang Jajan Tambahan Saat Kuliah Jadi Alasan Anggun Berbisnis 13th Shoes

  1. Nadya Mutia Rahma (Kloom Clogs)
Foto: Pemilik Kloom Clogs, Nadya Mutia Rahma/Dok: indotrading.com

Foto: Pemilik Kloom Clogs, Nadya Mutia Rahma/Dok: indotrading.com

Perjalanan Nadya Mutia Rahma (27) sebagai pengusaha sepatu sukses diawali dari keputusannya untuk pindah sekolah di Jepang saat kelas 2 SMA karena mengikuti ayahnya. Di sana, ia mengambil program bahasa di KAI Japanese Language School di wilayah Tokyo.

Saat itu, Nadya pun berkenalan dengan teman-teman dari berbagai negara, salah satunya Skandinavia. Teman Skandinavianya itu pun sering bercerita tentang kebudayaan dan tradisi menggunakan cloggs atau kelom, sejenis sepatu atau sandal yang beralaskan bahan kayu. Dari sinilah awal ketertarikan Nadya pada kelom mulai muncul.

Saat kembali ke Indonesia pada tahun 2010, Nadya akhirnya memberanikan diri memulai bisnis sepatu sandal buatannya. Dengan bantuan pamannya yang sudah berpengalaman di bidang industri sepatu, Nadya merintis bisnis sepatu sandalnya di Kota Yogyakarta. Tak tanggung-tanggung, keluarga Nadya bahkan rela menjual rumahnya senilai Rp1,2 miliar untuk modal bisnisnya ini.

Foto: Salah satu produk Kloom Clogs karya Nadya Mutia Rahma/Dok: indotrading.com

Foto: Salah satu produk Kloom Clogs karya Nadya Mutia Rahma/Dok: indotrading.com

Setelah berjalan beberapa tahun, sepatu sandal buatan Nadya pun mendapatkan sambutan yang positif dari para konsumen. Selain kenyamanannya, produk sepatu sandal buatan Nadya juga dikenal memiliki model yang unik karena terbuat dari kayu mahoni. Di beberapa model, Nadya bahkan menambahkan aksen-aksen unik seperti ukiran atau batik. Ia pun menamai produk sepatu sandal buatannya ini dengan nama Kloom Clogs.

Berkat keuletannya, kini Kloom Clogs sudah semakin dikenal masyarakat luas. Bahkan, produknya sudah diekspor mulai ke berbagai negara seperti Malaysia, Australia, hingga Swedia. Mengenai omzet, gadis kelahiran Yogyakarta, 12 Juni 1989 ini mengakui dapat mengantongi omzet mulai ratusan juta.

“Sudah ekspor dalam skala kecil dan para reseller yang memasarkan produk sepatu kami dengan brand Kloom. Mereka membawanya ke negara Spanyol, Swedia, Qatar, Australia dan Malaysia,” pungkas Nadya.

Baca selengkapnya: Sepatu Sandal Kayu Made in Nadya ‘Terbang’ Hingga ke Qatar

banner-1-01

  1. Yukka Harlanda (Brodo Footwear)

Berawal dari sulitnya mencari sepatu kulit yang sesuai dengan ukuran kakinya, Yukka Harlanda (28) akhirnya memiliki ide untuk memesan model sepatu sendiri. Ia pun mencari pengrajin sepatu kulit di daerah Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat dan memesan beberapa model sepatu sesuai ukuran kakinya.

Foto: Yukka Harlanda, CEO Brodo Footwear/Dok: Pribadi

Foto: Yukka Harlanda, CEO Brodo Footwear/Dok: Pribadi

Karena kualitasnya yang bagus dan modelnya yang unik, Yukka pun mencoba menawarkan sepatu custom tersebut ke beberapa temannya. Ternyata, teman-temannya pun menyukainya dan mulai memesannya pada Yukka. Dari sinilah, Yukka bersama Putera Dwi Karunia akhirnya berniat untuk membuat bisnis sepatu kulit yang diberi nama Brodo Footwear.

“Awalnya karena kaki saya besar kalau cari sepatu harus ukuran 46, susah nyari sepatu. Harus merek luar negeri dan harganya mahal. Terus nyarilah explorasi dan kebetulan punya temen (Putera Dwi Karunia) yang kebetulan ingin punya bisnis ya sudah kemudian digabung deh ide kita,” ungkap Yukka.

Sekitar tahun 2010, Yukka dan Putera pun akhirnya menggelontorkan modal awal Rp7 juta rupiah untuk memesan sepatu lagi. Sejak saat itu, semakin banyak pesanan sepatu kulit yang berdatangan. Akhirnya, pada tahun 2011, Yukka memberikan merek Brodo Footwear untuk produk sepatunya tersebut.

Foto: Produk-Produk Brodo Footwear/Dok: indotrading.com

Foto: Produk-Produk Brodo Footwear/Dok: indotrading.com

Segmen utama sepatu Brodo Footwear adalah kaum pria. Untuk itu, sepatu kuliut Brodo didesain semenarik mungkin dan dibuat dari kulit sapi yang berkualitas. Desain yang dibuat pun terlihat high class. Untuk harga, Yukka mematok sepatu kulit premium ini di kisaran Rp 400 ribu hingga jutaan rupiah.

Hingga kini, Brodo telah memiliki cabang di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya hingga Makassar dan sudah dipasarkan hingga luar negeri. Produknya pun tak hanya terbatas pada sepatu kulit, tapi juga baju, jaket, sepatu anak hingga dompet untuk pria.

Baca selengkapnya: Yukka Harlanda: Pebisnis Sepatu Kulit Tajir Bermodal Rp 7 Juta

  1. Etnawati Melani (Tegep Boots)

Dulu, mencari sepatu boots lokal yang bagus dan berkualitas bukanlah hal yang mudah. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Alm. Tegep Octaviansyah, pendiri Tegep Boots yang merupakan suami dari Etnawati Melani. Keresahan inilah yang menjadi latar belakang dimulainya bisnis Tegep Boots.

Foto: Pemilik Usaha Tegep Boots, Etnawati Melani/Dok: indotrading.com

Foto: Pemilik Usaha Tegep Boots, Etnawati Melani/Dok: indotrading.com

“Tegep Boots ini didirikan tahun 1996 berangkat dari hobi suami Tegep Octaviansyah yang sekarang sudah tiada. Dia (Tegep Octaviansyah) itu hobinya naik motor dan kolektor sepatu-sepatu boots. Cuma saat itu sepatu-sepatu boots itu merek luar semua seperti Harley Davidson dan lain-lain. Akhirnya dia mikir ‘gue suka sepatu boots tapi kok susah banget nyari sepatu lokal yang bagus dan pas,” cerita Etnawati.

Sebelum mendirikan Tegep Boots, pria yang gemar mengoleksi sepatu boots itu pernah juga mendirikan sebuah brand bernama Clapman bersama rekan bisnisnya. Modal yang digelontorkan saat itu ialah sebanyak Rp 20 juta rupiah. Namun karena ketidaksamaan visi misi, akhirnya kedua belah pihak memutuskan untuk menjalankan bisnisnya masing-masing.

Setelah itu, Tegep mencoba membuat sepatu boots yang berkualitas dengan desain yang unik namun tetap elegen bernama Tegep Boots. Ia menghabiskan banyak waktu hanya untuk menciptakan desain yang menarik. Usahanya ini ternyata tidak sia-sia. Perlahan-lahan, Tegeb Boots pun semakin dikenal sebagai produk sepatu boots lokal yang memiliki kualitas bagus yang tak kalah dengan produk luar negeri.

Foto: Pemilik usaha Tegep Boots, Etnawati Melani/Dok: indotrading.com

Foto: Pemilik Usaha Tegep Boots, Etnawati Melani/Dok: indotrading.com

Sepeninggal suaminya, bisnis sepatu boots ini pun dilanjutkan oleh Etnawati Melani. Wanita berusia 38 tahun ini pun gencar melakukan berbagai promosi hingga produknya semakin dikenal banyak kalangan. Tak heran jika banyak artis dan pejabat yang menjadi langganan tetap sepatu boots buatannya.

Hingga kini, Tegeb Boots sudah diekspor ke berbagai negara seperti Australia, Amerika, dan Jerman. Setiap bulannya, Etnawati mengaku dapat mengantongi omzet senilai Rp400 hingga Rp500 juta rupiah.

“Iya ada beberapa produk kita yang sudah ekspor itu sepatu. Tapi jumlahnya tidak banyak. Kita ekspor ke Australia, Jerman, Amerika plus ke Hongkong,” pungkas Etnawati.

Baca juga: Dari Bandung Tegep Boots ‘Terbang’ Ke Australia Hingga Jerman

 

Penulis: Erlin Dyah Pratiwi

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top