Advert

Skema Ponzi: Definisi, Sejarah, dan Perkembangannya

Rekan Indopreneurs, di dunia ini, adakah orang yang tak ingin menjadi sukses dan kaya raya? Demi mencapai kesuksesan dan memiliki kekayaan berlimpah, banyak orang yang tergiur oleh investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Dalam dunia investasi, khususnya pasar modal, Skema Ponzi merupakan hal yang harus diwaspadai sekaligus dihindari. Lalu sebenarnya, apa yang dimaksud dengan Skema Ponzi? 

Jika didefinisikan, Skema Ponzi adalah sebuah skema investasi penuh tipu daya yang menjanjikan keuntungan, dimana keuntungan seorang investor akan dibayarkan dari uang investor lainnya. Misalnya, investor pertama menanamkan uangnya kepada seorang trader dengan besaran bunga sebesar 10% dari modal awal. Seiring berjalannya waktu, trader tersebut mendapatkan investor kedua dengan modal lebih besar dibandingkan dengan investor pertama. Untuk melunasi hutang bunga kepada investor pertama sebesar 10%, maka trader tersebut menggunakan modal yang diinvestasikan oleh investor kedua. Apabila ada investor ketiga, maka hutang bunga investor kedua akan dibayar dengan menggunakan uang investor ketiga, begitu seterusnya. Orang-orang Amerika memberikan sebuah adagium pada konsep ini dengan kalimat “Robbing Peter to Pay Paul”.

Gambar 497Charles Ponzi merupakan seorang pengkhayal. Dia selalu bermimpi untuk menjadi kaya raya dalam waktu yang singkat. Ketika pertama kali datang dari Italia ke Amerika Serikat, ia hanya memiliki uang sebesar US$2.50  di kantongnya. Ia mengatakan “Saya datang ke negara ini dengan uang kas sebesar US$2.50  dan  US$1.000.000  dalam harapan, dan harapan tersebut tidak akan pernah meninggalkanku.” Setelah itu, ia hidup dengan berjudi selama di Amerika Serikat untuk bertahan hidup. Sampai akhirnya, ide mengenai Skema Ponzi ini lahir dari dirinya sendiri dan menjadi sebuah legenda dalam dunia investasi dan keuangan.

Sebenarnya, sebelum Charles Ponzi mendapatkan ide mengenai Skema Ponzi-nya, ia sempat ditahan di penjara karena kasus pencurian sehingga dipenjara selama 3 tahun. Namun setelah ia keluar dari penjara, sepertinya tidak pernah ada niat untuk berubah haluan menjalankan pekerjaan atau bisnis yang baik.

Ide mengenai bisnis investasi gadungan yang ia jalankan berasal dari sebuah International Reply Coupon (IRC) yang didapatkan dari sebuah surat yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ia bertanya mengenai sistem kupon tersebut dan menemukan kelemahannya secara sistemik, yang secara teori membuat dirinya bisa mengambil keuntungan. Setelah mendapatkan ide “brilian” itu, ia kemudian menawarkan kupon-kupon tersebut kepada orang lain dengan mengatakan kepada mereka bahwa keuntungan yang bisa didapatkan selama 90 hari bisa mencapai dua kali lipat dari modal awal. Ia mengatakan kepada kliennya bahwa dirinya bisa membuat uang kliennya yang hanya berjumlah  US$750 di awal bisa bertambah menjadi 1.250 US $ dalam waktu 90 hari. Ya, iming-iming besar dalam Return on Investment  (ROI) membuat banyak orang tergiur untuk ikut terjun ke dalam bisnis ini.

Baca juga : Pahami Dulu 4 Risiko Ini Sebelum Berinvestasi Saham

Tentu Rekan Indopreneurs merasa bingung, kenapa sebuah kupon bisa memiliki nilai pada waktu itu? Pada masa sebelum Perang Dunia I, proses korespondensi atau surat-menyurat antarnegara masih menggunakan kupon yang dinamakan International Reply Coupun (IRC). IRC dibanderol dengan harga ongkos kirim dari negara asal, tetapi bisa ditukar dengan prangko di negara tujuan untuk mengganti biaya ongkos pengiriman. Jika nilai mata uang antara negara asal dengan negara tujuan memiliki selisih, akan ada potensi keuntungan yang didapatkan. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh Charles Ponzi untuk mendapatkan keuntungan.

Gambar 498Charles Ponzi akhirnya mendirikan sebuah perusahaan investasi yang bernama Securities Exchange Company setelah mendapatkan beberapa klien yang mau menginvestasikan dananya. Di bulan Februari 1920, dia sudah mendapatkan jumlah investasi sebesar US$5.000 dan di bulan Maret 1930 ia berhasil menambah jumlah uang investasinya menjadi US$30.000. Akhirnya ia mulai mempekerjakan agen-agen yang akan membantunya untuk mendapatkan klien, dimana agen tersebut akan dibayar berdasarkan komisi yang didapatkan. Dengan kepercayaan diri dan kemampuan dirinya dalam merayu para klien dalam waktu singkat, Securities Exchange Company sudah mendapatkan jumlah investasi yang sangat besar.

Terhitung di bulan Juli 1920, hanya selisih 7 bulan sejak berdirinya Securities Exchange Company, perusahaan tersebut mendapatkan jumlah uang investasi sebesar US$420.000 (setara dengan  4.53 juta  tahun 2010). Orang-orang yang menjadi klien dari Charles Ponzi kebanyakan rela menggadaikan uang mereka dan menginvestasikan tabungan hidupnya demi mendapatkan keuntungan dari bisnis yang dijalankan oleh Charles Ponzi.  

Kolapsnya sistem yang dibangun oleh Charles Ponzi terjadi ketika Ponzi ingin mempekerjakan agen baru di perusahaannya, yaitu William McMasters. Ia mengendus kecurigaan bahwa perusahaan yang dibangun oleh Charles Ponzi ini sama sekali tidak menghasilkan keuntungan bagi para kliennya, bahkan dengan berani McMasters mengatakan bahwa Ponzi adalah seorang idiot finansial yang tak tahu cara menjumlah. McMasters kemudian menuliskan sebuah artikel di harian Post mengenai aktivitas bisnis yang dilakukan oleh Charles Ponzi. Di tanggal 12 Agustus 1920, Charles Ponzi mengetahui bahwa bisnisnya yang penuh tipu daya sudah memasuki masa akhir ketika harian Post menampilkan laporan kejahatan yang dilakukan olehnya ketika terlibat kasus pencurian sehingga ditahan 3 tahun penjara.

Baca juga : 3 Logam Mulia Selain Emas Ini Layak Dijadikan Alternatif Investasi

Akhirnya setelah pengadilan memutuskan Charles Ponzi bersalah, ia dijatuhi hukuman selama 14 tahun penjara dan hukuman deportasi ke Italia. Setelah keluar dari penjara, ia kemudian hidup dalam kemiskinan dan terkadang bekerja menjadi seorang translator. Ia kemudian meninggal di Rio de Janeiro pada 15 Januari 1949.Gambar 499

Setelah kejadian yang menimpa Charles Ponzi di dekade 20-an, praktek Skema Ponzi kemudian merebak dengan berbagai macam modifikasi namun dengan esensi yang sama. Salah satu contoh yang paling terkenal ialah ketika Bernard Madoff menjadi tersangka dari kasus penipuan dan pencucian uang yang dilakukan selama kurang lebih 30 tahun. Bernard Madoff sebelum menjadi tersangka dalam kasus penipuan dan pencucian uang merupakan salah satu  stockbroker terkenal di Wall Street. Dia dan perusahaannya merupakan salah satu top market maker dalam bisnis di Wall Street.

Salah satu hal yang membuat kasus Bernard Madoff menjadi perhatian publik dunia  ialah karena ia yang memegang uang investasi beberapa perusahaan besar dunia seperti BNP Paribas, Grupo Santander, HSBC, Fairfield Greenwich Group, Nomura Holding, dan Zurich’s Neue Privat Bank.

Praktek bisnis kotor yang dijalankan oleh mantan CEO NASDAQ ini terbongkar secara tidak sengaja saat Amerika Serikat terkena badai krisis ekonomi tahun 2009. Pada saat itu para investor mengkhawatirkan dana yang mereka investasikan di perusahaan Madoff dan berusaha untuk menarik investasinya dalam jumlah yang besar. Setelah secara beramai-ramai investor datang untuk menarik uangnya, ternyata Madoff tidak memiliki uang sebesar yang mereka minta. Di sinilah teknik Skema Ponzi yang dilancarkan oleh Bernard Madoff terbongkar. Tak tanggung-tanggung, kerugian yang diakibatkan oleh permainan yang dilancarkan oleh Bernard Madoff INI mencapai 65 Milliar US$ hingga Madoff dijatuhi hukuman selama 150 tahun penjara. (leo/editor: erlin)

To Top