“Pikirkan kemudahan yang akan terjadi, berani untuk berkarya, percaya diri, belajar, dan tetap exist. Jangan pesimis harus tetap optimis dengan konsisten dalam satu bidang. Manusia itu tak berarti apa-apa, pekerjaannyalah yang menjadikan hidupnya berarti,” tulis pemilik usaha Kloom Clogs, Nadya Mutia Rahma.
Muda dan kreatif mungkin itulah yang tergambar dari sosok Nadya Mutia Rahma (27). Wanita kelahiran Yogyakarta, 12 Juni 1989 itu terbilang kreatif karena berhasil membuat sepatu sandal berkelas dengan bahan baku kayu.
Baca juga: 3 Pemuda Ini Raup Untung Jual Kacamata Dari Papan Skateboard Bekas
Nadya bahkan sudah menjadi buah bibir karena omzet penjualan yang didapat mencapai ratusan juta rupiah per bulannya. Bukan hanya itu, sepatu sandal kayu yang diberi label Kloom Clogs sudah ‘terbang’ hingga ke berbagai negara, salah satunya adalah ke Qatar.
Namun siapa sangka, wanita yang akrab disapa Nadya sebelumnya hanyalah seorang kolektor sepatu. Hal ini diungkapkan Nadya saat bercerita kepada indotrading.com, Senin (19/9/2016).
“Berawal dari hobi (kegemaran) mengoleksi sepatu, kemudian saya mulai belajar bisnis Kloom Clogs ini sejak lulus dari SMA dan saya bangun usaha ini dengan terinspirasi dari orang orang yang sudah berhasil seperti Om Bob Sadino,” ungkap Nadya.
Baca juga: Garap Busana Khusus Pria, Feby Haniv Justru Raih Sukses dan Terkenal
Inspirasi membangun bisnis Kloom Clogs dimulai sejak ia berada di Jepang. Nadya yang saat itu duduk di kelas 2 SMA memilih mengikuti sang ayah pindah ke Jepang. Di Jepang, Nadia lalu mengambil program bahasa di KAI Japanese Language School, salah satu sekolah bahasa Jepang di Shinjuku, Tokyo.
Ketika mengikuti program itulah, dia bertemu dengan siswa yang berasal dari berbagai negara, salah satunya dari Skandinavia. Menurut Nadya, para siswa yang berasal dari Skandinavia itu seringkali bercerita tentang kebudayaan dan tradisi yang kerap menggunakan cloggs atau kelom. Dari obrolan itulah ia mulai tertarik untuk membuat sendiri cloggs saat ia kembali ke Tanah Air.
Akhirnya, ketertarikannya menjadi desainer membuat Nadia memilih untuk melanjutkan sekolah di Esmod Japan di Tokyo. Meski hanya mengenyam pendidikan di Esmod selama setahun, Nadya mendapat banyak pelajaran seperti bagaimana cara memproduksi sepatu.
Lalu, setelah setahun di Esmod, Nadya memutuskan pulang ke Indonesia di tahun 2010. Ia merasa tertantang dan tertarik untuk mendalami bisnis sepatu di dalam negeri.
“Awal memang selalu penuh tantangan ,dengan ketidak tahuan dimana kita bisa mendapatkan bahan baku dan bagaimana kita bisa merekrut serta membina para karyawan,” imbuhnya.
Baca juga: Para Pengusaha Ini Akhirnya Sukses Dengan Modal Nekat dan Berani Ambil Resiko
Ia pun sempat mengambil pendidikan di Akademi Teknologi Kulit di Yogyakarta. Namun pendidikannya hanya bertahan selama satu semester.
Nadia kemudian memilih melakukan survei untuk mencari tahu trend sepatu sandal kelom di Indonesia. Ternyata dari survei yang dilakukan, banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu kelom. Ia pun mulai merancang kelom yang bisa dipasarkan ke luar negeri atau pun dalam negeri.
Akhirnya singkat cerita, dengan bantuan sang paman, Muhamad Ridwan bisnis ini mulai dibangun di tahun 2010. Diakui Nadya, pamannya memang sudah memiliki pengalaman di bidang bisnis sepatu.
“Akhirnya semua bisa teratasi,” sebutnya.
Produksi Sepatu Sandal Berbahan Dasar Kayu Mahoni
Nadya Mutia Rahma akhirnya terjun dan mulai membangun bisnis Kloom Clogs di tahun 2010. Dibantu oleh sang paman Muhamad Ridwan, bisnis ini dimulai di Kota Yogyakarta.
Kemudian Nadya mulai meramu bahan baku sepatu sandal yang bakal ia buat. Akhirnya Nadya memilih kayu mahoni sebagai bahan dasar pembuatan alas bagian luar sepatu sandal.
“Karena kayu mahoni memiliki pori-pori yang sangat kecil dan memiliki serat yang sangat padat,” ungkapnya.
Membuat sepatu sandal kelom bisa dibilang susah-susah gampang. Proses produksi memang cukup sederhana, dimulai dari memilih pohon mahoni yang akan diubah menjadi cloggs. Kayu mahoni yang telah dipotong kemudian dibuat pola sesuai dengan tinggi haknya. Lalu kayu tersebut dikeringkan sebanyak dua kali.
Baca juga: Kreatif! Bermodal Rp 2 Juta, Marsya Raup Omzet Rp 30 Juta Dari Jualan Granuluv
Dalam proses pengeringan kayu ini memang diakui Nadya memerlukan waktu yang cukup lama yakni sekitar enam hingga delapan bulan. Hal ini disebabkan karena saat proses pengeringan, Nadya tidak menggunakan oven atau alat pengering kayu yang biasa digunakan oleh para pengrajin furniture. Nadya hanya mengandalkan sinar matahari.
“Sedangkan kami proses pengeringannya secara alami dengan sinar matahari,” tuturnya.
Kayu yang sudah kering dan siap menjadi bahan alas luar sepatu sandal akan dibalut dengan bahan material berupa kulit sapi. Kulit sapi terlebih dahulu melalui proses penyamakan.
Setelah disamak, proses terakhir adalah penggabungan antara bahan kulit sapi tadi yang menjadi alas bagian dalam dengan potongan kayu mahoni (alas bagian luar) hingga menjadi sepatu sandal kelom atau clogs. Nadya mengatakan seluruh proses pengerjaan tersebut menggunakan tangan.
Baca juga: Resign Dari Perusahaan IT Kini Peter Sukses Jadi Bos Donat di Thailand
“Yang kami lakukan dengan pemakuan di sekeliling cloggs itu sendiri secara manual atau handmade,” jelasnya.
Dijual Ke Qatar Hingga Eropa
Sepatu sendal dengan brand Kloom Clogs buatan Nadya Mutia Rahma memiliki banyak keunikan. Salah satunya adalah pemilihan kayu mahoni sebagai bahan dasar pembuatan alas bagian luar sepatu sandal.
Tidak heran bila produk buatannya dilirik oleh banyak pembeli asing yang datang dari berbagai negara. Misalnya dari Qatar hingga ke Eropa.
“Sudah ekspor dalam skala kecil dan para resaller yang memasarkan produk sepatu kami dengan brand Kloom, Mereka membawanya ke negara Spanyol, Swedia, Qatar, Australia dan Malaysia,” sebutnya.
Baca juga: Pernah Bangkrut, Yuliana Lim Raup Untung Dari Tas Rotan Sintetis
Namun menurut Nadya, pasar ekspor masih kecil dan belum sebesar pasar di dalam negeri. “Kami lebih fokus memasarkan dalam negeri,” tambahnya.
Nadya menambahkan agar terkesan lebih variatif, ia membedakan jenis model sepatu sandal kelom clogs yang dijual di dalam dan luar negeri. Di Indonesia dan Malaysia, sepatu sandal yang dijual cenderung memiliki model yang simpel. Sedangkan di Eropa lebih suka variasi dan motif ukiran.
Harga yang ditawarkan untuk satu pasang cloggs juga berbeda. Di Indonesia Nadya mematok harga mulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 900 ribu. Sementara itu di Eropa dijual mulai dari US$ 38 (Rp 499 ribu) hingga US$ 70 (Rp 920 ribu).
Meski harganya cukup mahal, para pembeli sangat puas terhadap sepatu sandal yang dibuat Nadya. Ia juga mengklaim sepatu sandalnya tidak hanya 100% dibuat dengan tangan, tetapi juga ramah lingkungan.
Baca juga: Butuh Uang Jajan Tambahan Saat Kuliah Jadi Alasan Anggun Berbisnis 13th Shoes
“Cloggs atau sandal kayu terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan. Untuk sejauh ini tidak ada hambatan dan respon pasar di luar negeri pun beragam , sama halnya dengan keadaan lokal,” tukasnya.
Sempat Jual Rumah Demi Kloom Clogs
Lewat Kloom Clogs, Nadya Mutia Rahma menjelma menjadi salah satu pengusaha sukses dengan usia yang terbilang masih muda. Nadya kini mampu meraup omzet hingga Rp 100 juta per bulannya.
“Omzet bervariasi tergantung pada ramai atau tidaknya penjualan. Rata-rata omzet per bulan Rp 60 juta sampai Rp 100 juta,” sebutnya.
Saat ini, Nadya sudah memiliki dua pabrik pembuatan sepatu di Yogyakarta dan Tangerang, dengan kapasitas produksi hingga 400 pasang sepatu per bulan. Nadya juga telah berhasil membuat 100 model sepatu. Adapun jumlah karyawannya juga kini semakin bertambah menjadi 7 orang. Sepatu sandal buatannya kini dikenal dengan desain yang elegan dan fashionable.
Baca juga: Hadiah Bunga Sang Pacar Jadi Inspirasi Bisnis Florist Ala ‘Si Cantik’ Novia Bersaudara
Omzet yang cukup besar sebanding dengan investasi yang sudah ia keluarkan. Pada saat pertama kali membangun bisnis ini, Nadya menggelontorkan modal hingga Rp 1,2 miliar. Bahkan untuk mencukupi modal, keluarganya harus menjual rumah pribadi.
“Modal awal yang kami keluarkan Rp 1,2 miliar dan kami menjual dua rumah pribadi untuk modal tersebut,” tambahnya.
Besarnya modal yang ia keluarkan menjadi kritik tersendiri bagi pemerintah. Nadya menyarankan agar pemerintah harus membantu pengusaha pemula terutama dalam memberikan akses kemudahan pemberian pinjaman.
Baca juga: Dari Bambu, Harry Raup Omzet Ratusan Juta dan Bikin Orang Jepang Kaget
“Sebagai pengusaha kecil dan menengah, kami sangat membutuhkan uluran tangan pemerintah, baik bantuan modal atau infrastruktur yang memadai,” tutupnya.
Penulis: Wiji Nurhayat Editor: Wiji Nurhayat