“Untuk para pebisnis jangan pernah takut memulai. Berusahalah untuk mendapatkan mitra dan untuk kedepannya ada keberlanjutan. Ketika sudah punya cukup market, kemudian diedukasi, diklankan produknya, jadi lebih terkenal. Ketika sudah cukup terkenal, tambahkan produk yang baru kemudian melakukan ekspansi terhadap produk-produk yang sudah existing agar bisa diterima di market,” tulis Export Division Head PT Eagle Indo Pharma (CAP LANG), Firman Marpaung.
Masyarakat Indonesia tentu mengenal dengan baik merek minyak angin Cap Lang. Minyak angin kenamaan yang mulai berkembang di era 70-an itu memang hingga saat ini masih eksis sebagai salah satu obat menyembuhkan masuk angin.
Baca juga: Tips Sukses Desainer Ternama Anniesa Hasibuan: Harus Pede!
Tetapi perlu Anda ketauhi, Cap Lang pertama kali diciptakan oleh seorang ahli kimia asal Jerman, William Hoffman di Singapura tahun 1932. Namun saat itu merek Cap Lang masih diberikan kata ‘Jerman’. Mereknya dikenal dengan nama Minyak Angin Jerman.
Lalu setelah Perang Dunia II berakhir, Hoffman kembali ke Jerman dan menjual merek ini kepada salah satu pemegang saham Minyak Angin Jerman Cap Lang. Hingga tahun 1960-an, merek ini masih dipakai.
Kemudian di tahun 1970-an, Pemerintah Indonesia menganjurkan agar semua obat-obatan yang dikonsumsi di dalam negeri agar diproduksi di Indonesia. Sesuai anjuran tersebut, Cap Lang kemudian memindahkan pabriknya ke Indonesia di tahun 1973. Setelah itu, kata ‘Jerman’ mulai dihilangkan dan menjadi Minyak Angin Cap Lang.
Sejak kepindahan ke Indonesia, CapLang terus berinovasi dengan memberikan produk yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Selain sukses dengan produk minyak angin, mereka juga sukses melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan jenis balsem, minyak kayu putih, minyak telon. Total saat ini ada 20 jenis produk yang sudah dihasilkan Cap Lang.
Baca juga: Anniesa Hasibuan: Desainer Ternama yang Sempat Jualan Pulsa dan Hamburger
Selain sukses memproduksi berbagai produk dari turunan minyak angin, Cap Lang juga membuat prestasi lainnya. Ya, Cap Lang tidah hanya menguasai pasar minyak angin lokal tetapi juga merambah pasar internasional.
Tidak hanya itu, namanya kini begitu dominan sebagai salah satu pemain besar di sektor minyak angin dan minyak kayu putih yang ada di Indonesia. Lalu apa rahasia Cap Lang meraih sukses dalam menggarap bisnisnya di Indonesia?
“Kalau secara lokal saya rasa kualitas produknya terutama minyak kayu putih memang yang terbaik di kategori minyak kayu putih dan memang sesuai kebutuhan masyarakat indonesia,” ungkap Export Division Head PT Eagle Indo Pharma (CAP LANG), Firman Marpaung kepada indotrading.com, Kamis (13/10/2016).
Firman mengungkapkan ada berbagai cara yang ditempuh pihak perusahaan agar bisa tumbuh dan berkembang. Tetapi yang utama adalah bagaimana mereka mampu menyediakan produk yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Baca juga: Tips Mimpi Sejuta Dolar Dari Merry Riana: Percaya Diri dan Punya Komitmen!
“Tentu saja selain kualitas produknya, yang memang baik dan disukai masyarakat Indonesia juga,” tambahnya.
Saat ini, Cap Lang telah memproduksi 20 produk turunan minyak angin seperti minyak kayu putih, minyak telon hingga balsem. Mereknya juga cukup dikenal masyarakat seperti Balsem Geliga, GPU sampai Minyak Telon Lang.
“Produk kita di Indonesia sendiri kita ada market leadernya dan semuanya ada tujuh kategori. Seperti minyak kayu putih Cap Lang, ada Telon Lang, GPU, kategori balsem ada dua produk yang menjadi market leader yaitu Geliga dan Balsem Lang,” sebutnya.
Strategi Multi Distributor Cap Lang
Salah satu strategi yang digunakan PT Eagle Indo Pharma selaku produsen minyak angin Cap Lang untuk menggenjot penjualan adalah dengan menerapkan strategi multi distributor. Strategi ini dikembangkan dengan memberdayakan para pedagang di berbagai daerah yang ada di seluruh Indonesia.
Baca juga: Perjuangan Merry Riana Jadi Miliarder: Pernah Jadi Penyebar Brosur Sampai Pelayan Hotel
“Dan melalui usaha distribusi yang kita cover sekarang lebih dari 100 titik distribusi di seluruh indonesia. Jawa, sumatra, semua pulau sudah tercover,” kata Firman Marpaung.
Mekanismenya adalah Cap Lang akan menggandeng pengusaha daerah untuk menjadi distributor mereka di tiap daerah. Hal ini dilakukan agar masyarakat bisa membeli dan mendapatkan akses dengan mudah membeli berbagai produk Cap Lang dan turunannya.
Strategi ini juga diklaim Firman membuat barang bisa lebih cepat masuk ke pasar. Kemudian langkah lainnya adalah dengan bekerjasama dengan peritel seperti Indomaret, Alfamart, apotik hingga toko-toko klontongan.
“Sehingga secara distribusi konsumen pun saat mencari produk kita tersedia,” katanya.
Sedangkan khusus di luar negeri, Cap Lang kiat mengikuti pameran internasional. Dengan cara tersebut, Cap Lang dengan mudah merekrut sekaligus bekerja sama dengan para perusahaan lokal yang tentu saja bersedia menjadi partner business dan distributor.
“Ada beberapa negara yang Sub Sahara yang coba kita masuk saat ini adalah seperi Nigeria dan Kenya. Sedang kita upayakan masuk sana, sudah kita kontak beberapa distributor di sana. Bulan April tahun ini kita ikut Indonesian Soul Exhibition di Nigeria. Di sana kita bertemu dengan beberapa partner dan potential partner dan ada beberapa yang follow up ke sini, kita tahap agreement terus kemudian registrasi produk,” jelasnya.
Promosi Iklan Secara Besar-besaran
Selain menggunakan strategi multi distributor, cara lain yang digunakan Cap Lang agar menarik perhatian para konsumen adalah dengan melakukan promosi besar-besaran. Promosi yang dimaksud adalah dengan membuat iklan di beberapa media cetak hingga media elektronik.
“Memang kita memperkenalkan produk-produk kita ke iklan TV,” ucap Firman.
Diakui Firman, membuat promosi iklan melalui televisi memang membutuhkan modal yang cukup besar. Tetapi hal ini efektif mendekatkan sekaligus memperkenalkan produk Cap Lang kepada masyarakat Indonesia.
“Marketing kita itu baik melalui above the line maupun below the line. Untuk above the line tentunya melalui print, majalah, koran, kita beriklan, terus kemudian di radio juga,” tambahnya.
Sejauh ini, strategi tersebut cukup mumpuni membantu kinerja perusahaan. Namun untuk jangka panjang, Cap Lang akan memberdayakan sosial media seperti Facebook, Twitter, Instagram hingga website perusahaan sebagai media utama promosi. Selain itu strategi lain yang dilakukan adalah dengan lebih banyak mendekatkan diri langsung kepada masyarakat dengan serangkaian beberapa kegiatan yang digelar oleh perusahaan.
“Untuk minyak kayu putih Cap Lang misalnya kita mengadakan semacam jambore. K ita mengundang anak-anak membuat mereka tahu produk kita. Kemudian untuk minyak telonnya kita support posyandu-posyandu, kita pernah support 1000 posyandu di dalamnya kita memberikan edukasi misalnya yang terbaru itu adalah bagaimana menghindarkan dari gigitan nyamuk demam berdarah. Untuk Balsem Geliga dan GPU, kita edukasi penggunaannya seperti event jalan sehat, sepeda, di sana kita adakan pijat gratis,” tukasnya.
Ekspansi ke Pasar Luar Negeri
Keberhasilan yang diraih Cap Lang menguasai pasar lokal juga sebanding dengan ekspansi yang dilakukan perusahaan ke negara lain. Produk Cap Lang kini dapat dengan mudah ditemukan di kawasan Asia Timur, Timur Tengah, Amerika Selatan sampai beberapa negara di Afrika.
Baca juga: Kisah Darwin Manurung: Dari Karyawan Pipa Toko Kini Jadi Bos Pipa
“Kita sudah hampir ke seluruh negara ASEAN. Kemudian juga ekspor ke Saudi, Ekuador, Suriname, Mesir, Uni Emirat Arab, Hongkong, Taiwan. Yang sedang kita usahakan adalah masuk ke Nigeria, Kenya dan Ghana,” tutur Firman.
Firman mengungkapkan masing-masing negara memerlukan produk turunan Cap Lang yang berbeda. Misalnya untuk Arab Saudi dan negara-negara di Afrika membutuhkan Balsem Geliga. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, permintaan yang paling besar justru minyak angin, minyak kayu putih dan minyak telon.
Pada kesempatan yang sama, Firman mengatakan seperti halnya pasar di dalam negeri, pemasaran produk Cap Lang di luar negeri dilalui dengan cara yang tidak mudah. Berbagai prosedur yang cukup ketat harus dilalui oleh pihak perusahaan agar Cap Lang bisa diperdagangkan di negara tersebut.
“Dibilang kesulitannya sendiri adalah yang pertama pasti registrasi, karena produk kita ini di bawah kategori traditional madicine, begitu ada madecine-nya ini yang harus kita registrasikan,” tambahnya.
Menurut catatan Firman, setiap negara memiliki prosedur yang berbeda-beda. Misalnya prosedur perdagangan ke negara-negara di Afrika dilalui dengan cara yang mudah. Tetapi hal ini berbeda bila Cap Lang ingin memasarkan produknya di kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.
“Di negara seperti di Kenya dan Ghana itu registrasinya relatif mudah. Yang paling susah masuk dan sangat sulit registrasinya itu justru negara Vietnam, Hongkong dan Malaysia. Walaupun sebenarnya ketika kita belum registrasi itu ada banyak trader yang mengambil barang tetapi bukan dari divisi ekspor kami langsung, tetapi mengambil barang dari pasar grosir yang ada di Jakarta mereka bawa,” keluhnya.
Kualitas Merek dan Loyalitas Masyarakat Pada Produk Cap Lang
Era globalisasi memang menjanjikan peluang bisnis sekaligus tantangan tersendiri bagi Cap Lang. Fenomena persaingan pasar yang ketat khususnya terjadi pada industri produk minyak kayu putih.
Saat ini semakin banyak produk minyak kayu putih yang bermunculan di pasaran misalnya Minyak Kayu Putih Cap Lang, Cap Gajah, Cap Ayam, Konicare dan lain-lain.
Tetapi hal ini tidak dikhawatirkan oleh PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang). Perusahaan yang memiliki basis produksi di Tangerang, Banten dan memproduksi minyak kayu putih dengan label Cap Lang mampu menguasai industri minyak kayu putih dari hulu sampai ke hilir di Tanah Air. Apa rahasianya?
“Tentu saja kita selain menjaga kualitas produk kita dan aktifitas marketing yang intensif juga terus memperluas titik distribusi kita, supaya kesempatan kompetitor untuk masuk ke market tuh lebih kecil,” kata Export Division Head PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) Firman Marpaung.
Selain menjaga kualitas produk, harga rata-rata yang ditawarkan dari semua jenis produk Cap Lang dan turunannya juga cukup terjangkau.
“Selain itu konsumen juga bisa melihat sendiri bahwa produk-produk kita ini secara prising atau harga ini sangat terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Jadi konsumen yang ada di desa, kota dan pinggiran, semua bisa menjangkau dan harganya relatif lebih murah dibandinkan beberapa kompetitor, ini yang menjadi keunggulan,” ujarnya.
Kemudian untuk mempertahan konsumen agar setia, PT Eagle Indo Pharma juga rutin melakukan analisis mengenai produk apa yang dibutuhkan oleh para konsumen. Firman memastikan, riset adalah sebuah keharusan yang dilakukan PT Eagle Indo Pharma agar mampu menghasilkan berbagai varian produk yang berguna bagi masyarakat.
“Selain menggunakan produk-produk yang ada, kita juga launching produk baru, salah satunya GPU yang krim. GPU krim ini karena kita melihat ada potensi dimana konsumen itu kalau dia beli GPU oil ternyata mereka merasa lebih panas untuk mijat, sehingga kita launching yang krim yang cocok untuk pijat urut karena digosok berkali-kali pun tidak akan panas. Inilah yang kita lakukan supaya konsumennya tetep loyal dan menjaga pertumbuhan perusahaaan,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat