Berita

Mencari Peluang Kemilau Bisnis Perhiasan di Jepang

Jepang merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan bisnis terbesar di kawasan Asia. Negeri Sakura ini juga dikenal sebagai surga berbelanja bagi para pelancong dari berbagai negara. Kita bisa menemukan dengan mudah berbagai produk fashion berkualitas tinggi di Jepang.

Namun siapa sangka, produk-produk fashion yang dijual baik di ritel maupun departement store tidak semua dihasilkan di Jepang. Ada beberapa produk fashion yang didatangkan dari negara lain, salah satunya adalah produk perhiasan.

Baca juga: Sasar Pasar Australia, 4 Cara Ini Harus Dilakukan Pengusaha RI

Saat ini, Jepang masih rutin mengimpor sebagian besar produk perhiasan dari Amerika Serikat (AS) (27,7%), Prancis (22,1%) dan Italia (13,2%). Rata-rata pasar perhiasan Jepang per tahun mencapai 114 miliar Yen.

Jepang punya alasan kuat mengapa banyak mengimpor perhiasan dari AS. Hal ini disebabkan karena perhiasan yang dihasilkan AS memiliki design yang kuat dan memiliki merek ternama. Setelah AS, Prancis dan Italia adalah negara pengekspor terbesar perhiasan emas ke Jepang disusul Hongkong. Sedangkan negara dari Asia Tenggara yang paling banyak mengeskpor produk perhiasannya ke Jepang adalah Thailand yang menempati urutan ke 5 dengan porsi 5%.

Dok: Wikipedia

Dok: Wikipedia

Sementara bagi Indonesia, ekspor produk perhiasan ke Jepang terbilang cukup minim. Namun masih banyak peluang karena produk perhiasan asal Indonesia memiliki ciri khas tersendiri.

Nah, bagi pengusaha perhiasan di Indonesia yang tertarik mengekspor perhiasannya ke Jepang, berikut adalah informasi yang patut Anda ketahui, seperti dikutip, Selasa (21/6/2016).

1. Karakteristik Pasar Jepang
Jepang tidak memiliki peraturan khusus tentang impor perhiasan dari logam mulia. Produk perhiasan di negeri ini paling banyak didominasi oleh segmen kalung (lebih dari 40% dari total permintaan konsumen), diikuti anting dan cincin pernikahan dengan presentase sebanyak 33% dan 19%. Masyarakat Jepang mengutamakan ciri khas individualisme, desain yang unik dan tak biasa yang semakin meningkat di pasaran. Kaum remaja Jepang pun memiliki potensi tinggi, khususnya pada jenis perhiasan yang harganya tidak terlalu mahal.

2. Penguasaan Pasar
Toko perhiasan dan pedagang ritel perhiasan serta jam di Jepang menguasai 65% dari pasar ritel perhiasan Jepang dengan jumlah toko mencapai 20.000 unit. Sedangkan department store menempati posisi kedua dengan penguasaan pasar sebesar 15%.

Baca juga: Gurihnya Bisnis Kacang Mete di Kanada, Peluang Bagi UKM RI

3. Pemain Kunci Distribusi
Pedagang grosir utama (wholesalers) seperti Nagohori, Kuyawama dan Kashikey merupakan pemain kunci distribusi perhiasan di Jepang. Semuanya mengimpor produk dari luar negeri. Selain itu, ketiganya juga turut terlibat dalam hal perancangan, pengembangan dan pembuatan produk. Beberapa wholesaler utama ini juga memiliki toko ritel. Untuk menekan biaya dan menambah margin keuntungan, mereka biasanya menjalin kerjasama langsung dengan pengrajin perhiasan.

4. Sistem Distribusi
Agar bisa sukses di Jepang, para importir harus akrab dengan sistem distribusi yang terkesan tidak fleksibel. Pada tiap tahap proses distribusi, harus menambahkan margin pada nilai barang. Sekitar 15-35% margin biaya ditambahkan tiap kali sebuah produk melewati suatu importir/pedagang grosir atau pada tahapan manapun di dalam proses. Kurang lebih 10-20% lagi ditambahkan pada transaksi horisontal antara para pesaing di tahapan yang sama. Pada akhirnya, pengecer (retailers) di department store biasanya harus membayar tambahan 30% dari penjualan dalam bentuk jaminan dan margin keuntungan department store.

 

Penulis   : Wiji Nurhayat

Editor     : Wiji Nurhayat

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top