“Mengajak masyarakat untuk kembali ke alam, memanfaatkan alam secara bijaksana harmonis, sehingga alam menjadi lestari, bisa kita wariskan kepada anak cucu kemudian,” tulis pemilik Bali Tangi, Yuliani Djajanegara.
Tak ada kata terlambat bagi Anda untuk membangun sebuah bisnis. Asalkan ada niat dan kerja keras, bisnis itu bisa dibangun hingga tumbuh dan berkembang menjadi besar.
Baca juga: Butuh Uang Jajan Tambahan Saat Kuliah Jadi Alasan Anggun Berbisnis 13th Shoes
Itulah yang dialami oleh Yuliani Djajanegara (66). Yuliani membuktikan kepiawaiannya dalam berwirausaha mampu menjadi salah satu pengusaha sukses dan terkenal di bisnis spa dan kecantikan herbal di Indonesia lewat bendera Bali Tangi.
Bersama sang suami I Wayan Sukhana, Yuliani mulai berani menapaki bisnis ini sejak tahun 2000. Sebelum menjalani bisnis ini, Sukhana-Yuliani hanyalah penjual cenderamata khas Bali. Namun usaha tersebut akhirnya berkamuflase menjadi bisnis kecantikan herbal setelah bom mengguncang Bali di tahun 2000.
Tidak disangka, keberanian Sukhana-Yuliani menekuni bisnis kecantikan herbal justru berbuah manis. Bahkan di tahun 2007, Bali Tangi sukses membuka sebuah spa untuk menjawab kian banyaknya permintaan para pelanggan. Di sini teknik massage Bali kuno diambil sebagai akar pengembangan teknik tradisional Jepun Tantra Massage, yang mengkombinasikan pijat titik cakra dan pelemasan yoga, sambil tetap terus mengedepankan penggunaan produk natural yang telah mengharumkan nama Bali Tangi.
Baca juga: Pernah Bangkrut, Yuliana Lim Raup Untung Dari Tas Rotan Sintetis
Sekarang Bali Tangi benar-benar menjadi salah satu pemain besar di bisnis spa dan kecantikan herbal di Indonesia, terutama di Bali.
“Namanya Bali Tangi, ini adalah traditional natural holistic atau dari bahan herbal, rempah-rempah dan tanaman-tanaman. Sebetulnya Bali Tangi ini pengembangan boreh. Nah di Bali itu kan ada ciri khas yang dimiliki yaitu boreh atau biasa kita kenal dengan lulur,” ungkap Yuliani kepada indotrading.com, Kamis (1/9/2016).
Menurut Yuliani, menjalani bisnis spa dan kecantikan herbal dinilai sangat menguntungkan, apalagi bisnis ini di Indonesia tengah berkembang. Sedangkan pelaku usaha yang menekuni bisnis ini terbilang masih sedikit.
“Sudah sekitar 16 tahunan saya menjalankan bisnis ini,” katanya.
Berbagai jenis produk herbal telah berhasil ia ciptakan. Total ada 71 jenis produk Bali Tangi seperti scrub, masker, sabun, massage oil, aromaterapi, body milk. Dari bisnis ini, Yuliani mampu memiliki 2 unit show room yang berada di kawasan Kuta dan Denpasar. Tidak hanya itu, ia juga telah memiliki 1 unit factory yang berada di Denpasar, Bali.
Baca juga: Hadiah Bunga Sang Pacar Jadi Inspirasi Bisnis Florist Ala ‘Si Cantik’ Novia Bersaudara
“Dari awal bisnis ini didirikan kita ingin melakukan bisnis yang legal, ingin jujur,” ungkapnya.
Banting Setir Dari Jualan Cenderamata ke Bisnis Kecantikan Herbal
Yuliani memang kini sukses menekuni bisnis di bidang spa dan kecantikan herbal. Namun siapa sangka, sebelum sukses di bisnis ini, Yuliani dan sang suami I Wayan Sukhana awalnya hanyalah penjual cenderamata.
Menekuni profesi sebagai penjual cenderamata disebabkan karena peluang pasar yang cukup besar di Bali. Cenderamata yang dijualnya unik yaitu berbahan dasar tumbuh-tumbuhan kering, bernuansa natural, tanpa tambahan pewarna sama sekali.
Ia bercerita semua bahan baku tersebut dicari sendiri oleh ia dan sang suami, Sukhana. Mereka berdua biasanya mengambil bunga, daun dan ranting pohon kering yang ditemui di sepanjang jalan. Hasil perburuan itu lalu diaplikasikan pada barang-barang kerajinan yang dibeli langsung dari para pengrajin. Selanjutnya produk souvenir buatan mereka dipasarkan lewat kios kecil yang mereka sewa.
“Awalnya saya mungut-mungut bahan bahan alam atau bahan baku limbah terus dirangkai,” kenangnya.
Di toko kecil tersebut, Sukhana-lah yang aktif bertugas memasarkan. Ia rajin menawari produk kerajinan buatannya kepada wisatawan dan teman-temannya yang bekerja di bidang pariwisata.
Singkat cerita, ketika mereka berdua asyik meraup keuntungan dari jualan cenderamata, tiba-tiba bom mengguncang Bali di tahun 2000. Dalam waktu singkat usaha yang ditekuni sejak tahun 1998 itu babak belur.
Mneurut Yuliani, akibat bom tersebut perekonomian Bali lesu. Hal ini disebabkan banyak negara yang mengeluarkan aturan travel warning ke Bali.
“Selain itu perjuangan saya dalam mendirikan bisnis ini cukup berat saat bom bali pada tahun 2000, itu berimbas besar kepada perusahaan-prusahaan besar dan kecil termsauk perusahaan saya,” ujar mantan direktur salah satu rumah sakit swasta di Bali ini.
Setelah bencana bom tersebut, ia lantas tak gampang putus asa. Ia kemudian memulai kembali usaha berjualan cenderamata.
Baca juga: Dari Bambu, Harry Raup Omzet Ratusan Juta dan Bikin Orang Jepang Kaget
Pada kesempatan yang sama Yuliani ditawari bisnis lain. Ia diminta membuat ramuan lulur untuk kebutuhan spa yang baru dibuka oleh seorang temannya. Tidak berpikir panjang, ia kemudian langsung mengiyakan.
“Tapi saya terus bangkit lagi, kita memang shok pada waktu itu. Tapi kita ingin tetap berlangsung hidup dan tidak mau terpuruk dalam kesusahan,” katanya.
Tidak sulit bagi Yuliani memenuhi permintaan temannya itu. Kebetulan, saat masih remaja ia sudah terbiasa memakai boreh (atau lulur dalam bahasa Bali). Yuliani juga memiliki resep bagaimana membuat ramuan lulur tradisional.
“Sebetulnya Bali Tangi ini pengembangan boreh. Nah di Bali itu kan ada ciri khas yang dimiliki yaitu boreh atau biasa kita kenal dengan lulur. Ada macam-macam boreh, seperti boreh wangi, boreh hangat dan boreh dingin,” sebutnya.
Bisa ditebak, hasil lulur buatan Yuliani cukup memuaskan pengunjung spa milik temannya itu. Setelah mendapat kepercayaan membuat lulur, semangat Yuliani untuk mempelajari bisnis dunia herbal kian terbuka.
Ia melihat pasar lulur, scrub dan aromaterapi lebih menjanjikan karena dipakai secara rutin. Itulah sebabnya, Sukhana-Yuliani sepakat untuk memproduksi lulur dan produk spa lainnya di sela-sela bisnis souvenir dari tanaman kering.
“Banyak ya macam-macamnya. Yang sudah dinotifikasi itu ada 71 macam. Diantaranya ada scrub, masker, sabun-sabun dengan pemasakan yang berulang sehingga aman untuk kulit, massage oil, aromaterapi, body milk. Selain untuk kebutuhan spa juga kita menjual produk aksesoris spa,” jelasnya.
Rela Jual Rumah Demi Kembangkan Bisnis
Sukhana-Yuliani sepakat memberikan brand Bali Tangi. Nama tersebut sesuai dengan nama usaha yaitu UD Bali Tangi yang mereka sudah buat di tahun 1998 saat memulai bisnis jualan cenderamata.
Kedua pasangan tersebut juga mulai aktif mengikuti pameran produk kecantikan untuk mempromosikan produk buatannya. Pameran perdana yang diikuti adalah Pesta Kesenian Bali 2001 yang rutin digelar Pemda Bali selama sebulan penuh di Art Centre Denpasar.
“Tapi itu dari awal kita ini bingung juga. Karena pemerintah terus terang belum siap menerima produk-produk herbal, produk-produk yang hasilnya dari bumi kita,” keluhnya.
Di pameran tersebut, customer mulai tertarik membeli dan memesan produk Bali Tangi. Jumlahnya cukup banyak di luar prediksi Sukhana-Yuliani.
Karena order yang terus meningkat, Sukhana-Yuliani merasa perlu adanya ruangan toko yang ukurannya lebih besar. Sayangnya pada saat itu, kedua pasangan tersebut tidak memiliki cukup modal. Alhasil cara singkat yang bisa dilakukan adalah menjual rumah satu-satunya di Lombok.
Baca juga: Rajin Ikut Pameran, Pengusaha Perhiasan Ini Bisa Hasilkan Omzet Rp 150 Juta
Hasil penjualan rumah tersebut dipakai sebagai modal untuk mengontrak rumah seluas 300 meter persegi dan membeli bahan baku. Rumah kontrakan ini difungsikan sebagai tempat kerja merangkap toko, sedangkan mesin pengolah seperti oven dan mesin giling baru dibeli tahun 2003.
Tidak hanya itu, meski sudah dibantu seorang kerabatnya, Sukhana-Yuliani masih saja kesulitan memenuhi pesanan yang mulai menumpuk. Sukhana akhirnya turun tangan. Ia tidak hanya bertugas memasarkan produk tetapi juga ikut mengolah bahan pembuatan lulur, menjadi sopir saat belanja bahan baku, mencari tanaman liar, mengemas, hingga mengirimkan ke konsumen. Bahkan tak jarang saat ada tamu yang ingin diperagakan cara pemakaian produk, ia rela mempraktikkan.
“Tetapi sekarang ini toko kita memiliki dua store plus spa dan tempat makan sehat itu dioperasikan di Denpasar. Karyawan yang membantu di Bali Tangi juga saat ini ada sebanyak 54 orang,” tukasnya.
Tawarkan Produk Kecantikan Berbahan Dasar Herbal
Tidak mudah bagi Bali Tangi mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat. Sang pemilik, Yuliani Djajanegara mengungkapkan produk kecantikan yang dijual dibuat dari bahan-bahan alami. Ia menjamin tidak ada unsur bahan kimia pada produk kecantikan yang dijual oleh Bali Tangi.
“Dari berbagai macam, ada dari akar-akaran, tumbuh-tubuhan, buah-buahan, ada juga green tea. Ada minyak biji matahari, minyak kelapa pokoknya dari hal apapun bisa kita buat yang pasti bahan alami. Kalau untuk aksesoris kita bikin dari bahan limbah alam,” ungkapnya.
Karena berbahan dasar herbal dan tidak mengandung bahan kimia, harga jual produk Bali Tangi dibanderol cukup mahal yaitu berkisar antara Rp 5-125 ribu. Harga ini diklaim Yuliani lebih mahal dari produk sejenis buatan perusahaan lain.
“Macam-macam (harganya), kalau untuk aksesoris kan karena terbuat dari limbah contohnya aromaterapi harganya lumayan murah. Paling Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. Kalau untuk scrub per seratus gram harganya Rp 35 ribu itu bisa tiga kali pakai. Kalau per kilogram lebih murah lagi,” sebutnya.
Menurut Yuliani, mahalnya harga produk Bali Tangi diimbangi dengan kualitas produk yang baik. Konsumen juga tidak perlu khawatir karena produk Bali Tangi telah mendapatkan sertifikasi layak konsumsi oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
“Saya natural tidak mengandung bahan kimia sedikitpun. Packing brand kita juga natural karena terbuat dari limbah dari kulit pisang contohnya. Dalam bentuk packing-an semua manual bukan pabrikan,” tekannya.
Setiap bulan, Yuliani mampu meraup omzet hingga ratusan juta rupiah. Omzet tersebut diyakini bakal terus mengalami peningkatan karena besarnya permintaan pasar di dalam dan luar negeri.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Anne Avantie: Pengusaha Sukses yang Hanya Lulusan SMP
“Kalau untuk fixed (total) semua produk, omzet yang didapat sekitar ratusan juta ke atas sih,” ujarnya.
Dipakai Spa Lokal dan Diminati Hingga ke Mancanegara
Bisnis Bali Tangi kian moncer dan terus berkembang. Dengan mengusung konsep back to nature dan penggunaan bahan-bahan alami, produk Bali Tangi kian diminati hingga mancanegara.
“Disebut eksportir sih belum ya. Cuma memang customer kita banyak dari luar negeri. Awalnya mereka liburan ke Bali setelah tahu produk Bali Tangi mereka tertarik. Setelah mereka pulang (kembali ke negara asal) mereka pesan lagi ke kita. Mereka datang dari Jepang, Korea, Maladewa, Australia, Rusia dan Kanada,” sebutnya.
Tidak hanya itu, banyak spa di berbagai kota besar di Indonesia menggunakan produk Bali Tangi. Selain spa lokal, banyak spa di luar negeri yang ikut-ikutan juga memesan produk kecantikan herbal Bali Tangi.
“Kita suplay hampir ke seluruh spa di Indonesia. Bahkan kita juga suplay ke spa di Australia dan Maladewa,” tambahnya.
Selain scrub, masker, sabun, massage oil, aromaterapi, body milk, produk Bali Tangi yang banyak dipesan adalah esential oil gaharu, lemon fresh dan minyak nilam. Ketiga produk tersebut dijual cukup mahal, masing-masing seharga Rp 2 juta per kilogram.
Sementara itu, untuk menggenjot penjualan dan melebarkan sayap penjualannya baik di dalam maupun luar negeri, Yuliani kini mulai aktif berjualan di media sosial. Cara ini ampuh untuk menemukan calon pembeli potensial produk Bali Tangi.
“Mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan memanfaatkan media sosial dan bekerjasama dengan online shop. Selain itu kita juga buka toko-toko,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat