Seiring dengan merebaknya wabah Corona saat ini, banyak istilah-istilah asing yang kerap kali diucapkan oleh pemerintah dan menjadi perbincangan public. Mulai dari lockdown, social distancing, work from home, dan beberapa istilah lainnya. Lalu, apakah arti dari istilah-istilah tersebut? Yuk, cari tahu melalui ulasannya di bawah ini!
1. Lockdown
Sejumlah negara yang terkena wabah virus Corona seperti Kota Wuhan, China hingga Italia, Singapura, dan Malaysia memberlakukan kebijakan lockdown. Kebijakan apakah itu? Lockdown diambil dari Bahasa Inggris yang berarti terkunci. Secara teknis, lockdown adalah kebijakan untuk mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari suatu daerah maupun negara.
Tujuan diberlakukannya kebijakan ini tidak lain untuk mengunci suatu wilayah agar virus tidak menyebar lebih jauh lagi. Jika kebijakan ini diberlakukan pada suatu daerah misalnya, maka semua fasilitas publik harus ditutup. Mulai dari sekolah, transportasi umum, perkantoran, bahkan badan usaha juga tidak boleh beraktivitas. Dengan kata lain, aktivitas warganya pun dibatasi, bahkan hingga menerapkan jam malam, lho!
2. Social distancing
Istilah lain yang tengah populer saat ini adalah social distancing. Bukankah sedang ramai di media sosial hastag #socialdistancing? Bahkan, Najwa Shihab memopulerkan hastag #dirumahaja sebagai bentuk kampanye social distancing. Lalu, apa pengertian dari istilah yang satu ini?
Mengutip dari Center for Disease Control (CDC), istilah social distancing adalah menjauhi segala bentuk perkumpulan, menjaga jarak dengan manusia, dan menghindari pertemuan yang melibatkan banyak orang. Jika kita melakukan social distancing, berarti kita membatasi interaksi atau kontak langsung dengan orang lain atau banyak orang dengan tujuan mengurangi penularan virus corona.
Istilah lain yang populer selain social distancing adalah isolasi (self-isolation) dan karantina (self-quarantine). Keduanya memilki tujuan yang sama yaitu membatasi diri berinteraksi dengan orang lain untuk mengendalikan penyebaran penyakit. Self-isolation adalah mencegah perpindahan penyakit dari orang sakit, maka dilakukan isolasi. Sedangkan, self-quarantine adalah mencegah perpindahan penyakit ke orang yang sehat. Intinya isolasi dilakukan pada orang sakit, sementara karantina ditujukan kepada orang yang sehat.
3. Work from home (WFH)
Bagi para pekerja, tentu istilah ini sudah tak asing didengar. Ya, WFH atau Work from home merupakan istilah lawas yang kembali populer seiring dengan mewabahnya virus Corona saat ini. Work from home secara literal memang bekerja dari rumah. Tujuan WFH diberlakukan semata-mata untuk mencegah penyebaran virus. Eits, jangan senang dulu! WFH bukan berarti libur ya! Anda diharuskan bekerja seperti biasa dengan mekanisme bekerja secara daring atau melalui internet.
Baca juga: 7 Tips Ampuh agar Aktivitas Work From Home (WFH) Tetap Produktif
4. Epidemi dan Pandemi
Ramai sekali orang-orang memperbincangkan mengenai pandemi sesaat setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan bahwa virus Corona atau Covid-19 sebagai pandemi. Apa sih sebenarnya arti dari pandemi? Untuk memahaminya, Anda perlu paham terlebih dahulu mengenai istilah epidemi.
Epidemi merujuk pada penyebaran penyakit secara cepat dengan banyaknya jumlah korban yang terjangkit di sebuah wilayah. Sedangkan, pandemi diartikan pada penyebaran penyakit yang sudah berskala global dengan semakin banyaknya korban yang terjangkit di seluruh dunia.
5. Imported case dan Local transmission
Kedua istilah ini merujuk pada lokasi dari mana virus Corona itu menjangkiti seorang pasien. Pada kasus imported case misalnya, seseorang terjangkit saat berada di luar wilayah pasien melapor. Misalnya, seorang pasien positif Covid-19, tertular saat berada di luar Indonesia. Lain halnya dengan kasus local transmission. Transmisi lokal berarti seorang pasien tertular di dalam wilayah dimana kasus ditemukan. Misalnya, seorang pasien dilaporkan terjangkit virus Corona di Indonesia dan tertularnya pun ketika ia berada di Indonesia.
Informasi lokasi memegang peran penting bagi penanganan kasus wabah seperti ini. Pasalnya, dengan mengetahui lokasi pasien terjangkit, stakeholder dapat menelusuri potensi kasus lain yang sudah melakukan kontak dengan pasien yang sudah positif Covid-19.
6. ODP, PDP, dan Suspek Corona
Istilah-istilah lain yang turut populer saat ini adalah ODP, PDP, dan Suspek Corona. Ketiga istilah ini kerap digunakan untuk membedakan status pasien Corona. Mari kita bahas satu per-satu agar Anda dapat membedakan ketiganya!
Menurut Kementerian Kesehatan, orang dikategorikan ODP (Orang Dalam Pengawasan) adalah mereka yang sempat bepergian ke negara episentrum Corona atau sempat melakukan kontak langsung dengan pasien postitif Corona sehingga harus dilakukan pemantauan. Pada umumnya, orang yang berada dalam level ini belum menunjukkan gejala sakit.
Jika mereka sudah menunjukkan gejala seperti demam, batuk kering, pilek, dan sesak nafas, maka berubah statusnya menjadi PDP (Pasien dalam Pengawasan). Jika dia telah menunjukkan gejala Corona dan diduga kuat telah melakukan kontak dengan pasien positif Corona, maka orang ini sudah masuk di dalam stage Suspek Corona.
Bagi mereka yang berada di tahap ODP, diwajibkan untuk melakukan self-monitoring dan melapor pada Dinas Kesehatan jika menunjukkan gejala awal seperti demam, batuk, pilek atau sesak napas. Sementara PDP dan Suspek, mereka wajib diisolasi setelah mereka melakukan swab (proses pengambilan sampel lendir dari saluran pernapasan). Jika terkonfirmasi positif, pasien akan menjalani perawatan sampai dua kali pemeriksaan negatif, baru dipersilakan pulang. Sementara jika negatif, pasien akan diminta menunggu pemeriksaan sekali lagi untuk memastikan benar-benar negatif.
Baca juga: Perusahaan Wajib Siapkan Hal-hal ini untuk Cegah Penyebaran Corona
Itulah beberapa istilah populer yang sedang ramai diperbincangkan belakangan ini ketika wabah Corona melanda. Kenali istilah-istilah tersebut agar Anda tetap waspada!