Mungkin belum banyak yang tahu sosok Egar Putra Bahtera. Pemuda yang baru berusia 25 tahun ini ternyata merupakan salah satu bos sepatu kulit lokal yang sudah diekspor ke 4 benua, yaitu Asia, Australia, Eropa, dan Amerika. Bagaimana bisa?
Egar mengawali bisnisnya ini saat masih kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Berbekal modal yang didapat dari berjualan kaos dan jaket Pre Order, Edgar pun memulai bisnis sepatunya ini dengan modal kurang dari Rp 10 juta. Produk sepatu kulitnya ini diberi nama Chevalier.
Dalam bahasa Prancis, Chevalier berarti ‘ksatria’. Layaknya seorang ksatria, Egar ingin produknya ini bisa menjadi tangguh dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Berkat kerja keras, membawa filosofi ksatria yang bijaksana ke dalam produk sepatunya sehingga bisa menjadi teladan bagi sekitarnya.
Mengawali bisnis di tahun 2011, kini bisnis Egar semakin berkembang pesat. Tak hanya laris manis di dalam negeri, sepatu Chevalier buatannya pun sangat diminati pembeli di Asia, Australia, Eropa, dan Amerika.
Baca juga: Pertama Kali dalam Sejarah, Indonesia Jadi Tuan Rumah GMASA 2017
Lalu bagaimana strategi Egar membangun bisnis sepatunya ini dari nol? Simak tips bisnis dari Egar yang telah dihimpun oleh redaksi indotrading.com berikut ini:
- Didasari Riset yang Kuat
Salah satu hal yang membedakan Egar dengan para pengusaha lainnya ialah kekuatan riset. Banyak pengusaha yang nekad menjalankan bisnis tanpa riset atau pengalaman yang cukup. Namun Egar berbeda, ia justru menganggap riset sebagai pijakan awal yang sangat penting bagi sebuah bisnis.
Tak tanggung-tanggung, ia mengaku melakukan riset selama 9 bulan sebelum memasarkan sepatu Chevalier buatannya.
“Yang membedakan Chevalier dengan yang lain adalah riset. Karena bikin sepatu itu nggak se-simple itu. Butuh riset yang luar biasa istilahnya ya seperti chef aja,” ujar Egar.
Baca juga: Egar Putra: Bos Sepatu Chevalier yang Sukses “Jajah” 4 Benua
Salah satu hal yang bisa dipelajari dari riset yang telah dilakukannya ialah tentang cara mencetak sepatu. Egar mengatakan bahwa membuat bentuk atau cetakan sepatu tidak bisa sembarangan. Setiap kaki memiliki tekstur yang berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Jadi, cetakan sepatu yang digunakan pun tidak bisa hanya menggunakan satu cetakan.
“Jadi bentuk lekuk-lekuk sepatu itu nggak sembarangan. Rata-rata brand sepatu itu satu cetakan buat semua sepatu, akhirnya apa? Akhirnya banyak ketidakcocokannya. Nah, riset cetakan itu kayak menggabungkan Ilmu Kedokteran (kesehatan), Ilmu Matematika, dan Ilmu Keindahan. Tiga ilmu digabung jadi estetikanya dapet, kesehatannya dapet, pegukuruannya pun pas. Dan ilmu-ilmu itu saya belajar secara otodidak. Saya riset sendiri,” papar Egar.
- Gunakan Bahan Terbaik
Setelah melakukan deep research, Egar pun menentukan bahan atau material apa saja yang diperlukan untuk membuat sepatu kulit yang berkualitas. Ia pun mencari bahan-bahan terbaik yang berada di sekitar Pulau Jawa. Egar bahkan tak ragu untuk mencari bahan kulit dengan mutu tinggi yang diimpor langsung dari Negeri Paman Sam.
Baca juga: Modal Satu Juta, Pringgondani Raup Omzet Puluhan Juta dari Bisnis Pomade
“Kita menggunakan bahan terbaik. Kita juga ada bahan kulit yang diimpor dari Amerika,” terang Egar.
Usaha Egar itu ternyata tak sia-sia. Meski dibanderol dengan harga mahal, sepatu buatannya selalu laris manis diburu pembeli dari dalam dan luar negeri. Berkat kualitas sepatunya ini, Chevalier pun menjadi salah satu brand sepatu kulit yang cukup diperhitungkan di kancah global.
- Fokus pada Brand Value
Menurut Egar, brand value yang kuat merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh sebuah bisnis. Customer tak akan segan-segan membeli sebuah barang meskipun harganya mahal karena bukan hanya barang secara fisik yang dibeli, namun juga value atau nilai barang tersebut.
“Saya sampai detik ini dan sampai ke pencapaian seperti sekarang ini karena saya efisien, saya tidak ikut-ikutan juga dalam harga produk, tetep stay cool aja. Jadi, yang harus dikencengin itu brand value nya,” ujar Egar.
Baca juga: Ivan Bestari Sulap Limbah Kaca Jadi Barang Bernilai Jutaan Rupiah
Pentingnya brand value ini tentunya bukan tanpa alasan. Biasanya, bisnis yang memiliki brand value kuat punya kemungkinan yang lebih besar untuk membuat customer mereka melakukan repeat order.
“Brand value bertahan lebih panjang daripada sales. Selain itu Chevalier juga jarang banget mengadakan diskon. Itu untuk menjaga kualitas brand kita menjaga brand value-nya,” lanjut Egar.
Brand value Chevalier ini juga didukung oleh kualitas kulit yang bagus, jahitan yang rapi, dan desain yang menarik. Oleh karenanya, meskipun dipatok dengan harga yang tinggi, sepatu Chevalier tetap laris manis diserbu pembeli.
- Terapkan Prinsip “The Right Man in The Right Place”
Egar percaya bahwa setiap orang memiliki bidang yang menjadi kelebihannya masing-masing. Untuk itu, di awal merintis bisnis, Egar bekerja sama dengan orang-orang yang mampu bekerja secara maksimal di bidangnya.
Baca juga: Hotel Amaris Pasar Baru: “Respon Indotrading Sangat Cepat!”
Alhasil, hanya dengan modal Rp 10 juta, Egar bisa membuat website untuk keperluan promosi dan kebutuhan operasional lainnya. Dengan memegang prinsip “the right man in the right place”, bisnis sepatu Chevalier buatannya pun dapat semakin berkembang.
“Karena memang nggak murah untuk start bisnis sepatu premium. Nah, modal saya kurang dari Rp 10 juta itu sudah jadi website dan segala macam karena saya mengerahkan temen-temen yang pintar di bidangnya masing-masing untuk membantu usaha saya,” terang Egar.
- Tidak Berorientasi pada Omzet
Jika pengusaha lain selalu mematok omzet tertentu setiap bulan atau tahun, Egar justru sebaliknya. Menurut Egar, besarnya omzet bukanlah satu-satunya hal terpenting dalam bisnis. Lebih dari itu, Egar ingin membuat brand Chevalier miliknya mendapatkan tempat yang istimewa baik di pasar dalam maupun luar negeri.
Baca juga: PT Aneka Infokom Tekindo Luncurkan Produk Terbaru Toshiba
“Jadi begini saya membangun bisnis ini bukan untuk menjadi bisnis yang besar omzet, tapi bisnis yang paling dihormati. Orang kaya sama orang yang dihormati itu beda banget. Kalau saya pengennya jadi brand yang dihormati baik di Indonesia maupun internasional,” kata Egar.
Dengan tidak menetapkan patokan omzet tertentu, Egar justru dapat leluasa mengeksplorasi bisnisnya ini. Yang ada di pikiran Egar hanya bagaimana caranya untuk bisa maksimal membangun brand-nya ini. Hasilnya, omzet yang didapatkan pun justru tidak terduga.
- Sering Hadiri Pameran di Luar Negeri
Agar produknya dikenal banyak orang, Egar melakukan strategi promosi lewat media sosial. Tak hanya itu, ia pun sering mengikuti pameran-pameran di luar negeri untuk memperluas pasar. Tak tanggung-tanggung, ia pun turut serta dalam pameran terbaik di dunia yang bernama Capsule Show.
Baca juga: Fourspeed Metalwerks: Bisnis Aksesoris Beromzet Ratusan Juta yang Laris di Eropa hingga Amerika
“Salah satu teknik saya dalam berbisnis itu saya mengikuti salah satu pameran terbaik di dunia untuk brand lokal namanya Capsule Show,” ucap Egar.
Capsule Show merupakan pameran yang berbasis di Amerika. Meski demikian, event ini diselenggarakan secara berkala di berbagai negara seperti Jerman, Prancis, dan negara-negara lainnya.
Tidak semua brand lokal bisa mengikuti pameran ini. Untuk bisa mengikuti pameran ini, Egar harus mengikuti tahapan proses yang sangat ketat karena pesertanya berasal dari berbagai penjuru dunia.
“Jadi, pameran tersebut base-nya di Amerika tapi juga ada Capsule Berlin, ada Capsule Paris, dia punya pameran di Eropa, dan seleksinya itu luar biasa. Karena itu kayak brand lokal terbaik tapi seluruh dunia levelnya dan untuk mengikuti pameran itu slotnya sangat terbatas,” lanjut Egar.
Baca juga: Ingin Majukan UKM Indonesia, Bank BTPN Kolaborasi dengan Google dan Indotrading
- Yakini Kekuatan Sedekah
Salah satu hal penting yang kadang dilupakan orang ketika berbisnis ialah bersedekah. Karena saat kita berbagi rezeki, Tuhan justru akan melipatgandakan rezeki. Menurut Egar, semua hal yang kita miliki hingga sekarang ialah pemberian dari Tuhan. Lalu mengapa kita takut memberikan titipan Tuhan itu kepada orang lain?
Baca juga: Rahasia Danu Sofwan Raup Omzet Milyaran dari Bisnis Cendol
“Ketika kita takut memberi, kita lupa bahwa semua yang kita miliki adalah pemberian,” ucap Egar.
Sedekah yang dimaksud Egar bukan hanya sedekah berupa uang. Lebih aari itu, Egar juga ingin berbagai kebahagiaan dan manfaat untuk orang-orang yang ada di sekitarnya. Dengan banyak berbagai atau bersedekah, bisnis pun akan semakin berkah.
“Saya ingin berbagi kebahagiaan bagi banyak orang. Selain saya bermanfaat untuk pegawai saya saya juga bermanfaat bagi orang-orang yang tidak secara lansgung bersentuhan dengan saya,” pungkas Egar.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Erlin Dyah Pratiwi