Digital Marketing

7 Perusahaan Raksasa Indonesia yang Berinvestasi di Bidang Start-up

Tahukah Anda bahwa ternyata ada banyak perusahaan raksasa di Indonesia yang mulai berinvestasi di bidang start-up? Meskipun sudah memiliki beberapa bidang bisnis yang maju, mereka tetap dapat membaca peluang investasi baru.

Dunia bisnis telah berubah dengan drastis selama dua abad terakhir. Sejak era revolusi industri di Inggris yang terjadi di abad ke-19, banyak pabrik yang bermunculan di kota-kota besar. Pusat industri yang awalnya berpusat di Eropa akhirnya berekspansi ke berbagai wilayah di Asia, Amerika, Afrika, dan Australia. Para pakar bisnis menyatakan bahwa generasi pebisnis di zaman itu disebut dengan nama industrialis. Ciri khas paling utama dari zaman industrialisme abad 19-20 ini ada dua, yaitu produksi massal dan buruh kerja.

Perubahan paradigma semakin terlihat di abad ke-21. Sistem hierarki bisnis yang sifatnya top down itu mulai bergeser ke sistem bottom up yang lebih “merakyat”. Pebisnis di abad ke-21 yang didominasi oleh para generasi millennial ini memiliki watak yang cenderung berbeda dengan pebisnis di abad ke-20.

Kita bisa melihat keunikan bisnis startup lokal seperti Bridestory, Zeemi.tv, YesBoss, HijUp, Qraved, dan lain sebagainya. Sementara di tingkat internasional, ada Uber, Slack, Instacart, dan Wish. Bisnis tersebut kental dengan niche market yaitu memiliki pangsa pasar yang sangat khusus. Sangat berbeda tentunya dengan kebanyakan bidang bisnis di abad ke-20 yang coraknya lebih general atau umum.

Adanya perubahan paradigma dalam dunia bisnis tersebut mengakibatkan beberapa perusahaan besar yang sudah mapan untuk mencoba peruntungannya di dalam bisnis startup. Berikut ini 7 perusahaan besar di Indonesia yang mulai berinvestasi di bisang startup:

  1. Emtek

emtek

Emtek merupakan singkatan dari PT Elang Mahkota Teknologi yang didirikan pada tahun 1983. Ketika pertama kali didirikan, perusahaan ini menyediakan layanan personal computer. Seiring dengan berjalannya waktu, konsep utama bisnis Emtek beralih ke bidang telekomunikasi dan solusi IT, media, serta konektivitas.

Emtek saat ini dikenal sebagai salah satu grup perusahaan media terbesar di Indonesia. Selain itu, Emtek juga dikenal sebagai perusahaan media televisi, baik secara nasional, regional, maupun bisnis TV berbayar. Nexmedia, SCTV, OChannel, dan Indosiar merupakan divisi media yang dimiliki Emtek hingga saat ini. Tidak hanya itu, Emtek juga bermain di bidang konten dan rumah produksi.

Aktivitas investasi Emtek pada perusahaan startup sebagian besar dilakukan di KMKLabs. Selain di KMKLabs, perusahaan startup lainnya yang didanai Emtek antara lain Bukalapak, HijUp, Kudo, dan Bobobobo.

 Baca juga: 6 Kesalahan Marketing Ini Tak Boleh Dilakukan agar Bisnis Tak Tenggelam

 

  1. Salim Group

salim group

Salim Group merupakan perusahaan raksasa yang didirikan oleh Sudono Salim. Perusahaan mie instan terbesar di dunia seperti Indofood merupakan bagian dari Salim Group. Begitu pula dengan Bogasari, Indocement, Indomaret, Indomobil Group, Indolife, dan lain-lain. Salim Group juga terlibat dalam pengembangan properti dan industri hiburan. Bisnisnya juga termasuk hotel dan pengembangan resort, lapangan golf, dan real estate komersial.

Salim Group memang tidak melakukan investasi kepada perusahaan startup lokal. Namun, perusahaan milik generasi kedua mereka, Anthony Salim, yaitu Philippine Long Distance Telephone Company telah menginvestasikan US$ 455 juta atau sekitar 6,2 trilliun untuk sepuluh persen saham perusahaan teknologi asal Jerman yaitu Rocket Internet. Salim Group bisa dikatakan sebagai salah satu konglomerat lokal yang pertama kali berinvestasi di dunia e-commerce terhitung sejak 1997 silam.

 

  1. Bakrie Group

bakrie group

Bakrie Group pertama kali didirikan oleh Ayah dari Aburizal Bakrie yaitu Achmad Bakrie pada tahun 1942. Bakrie Group memiliki banyak sekali cabang divisi perusahaan yang menjadi andalan pendapatannya. Di antaranya PT Visi Media Asia (VIVA), Bakrie Land, PT Bakrie Pipe Industries, PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk, dan lain sebagainya. Area bisnis yang dilayani memang sangat luas, mulai dari pertambangan minyak dan gas, media, infrastruktur, agrobisnis, telekomunikasi, dan properti.

Pada bulan Januari 2014, salah satu jejaring sosial terkenal di dunia yaitu Path membukukan pendanaan tahap C sebesar $25 juta dari Bakrie Group sebagai investor utama. Langkah Bakrie Group mendanai Path terbilang langkah besar untuk perusahaan konglomerat lokal. Hampir tidak ada konglomerat lokal selain Bakrie Group yang berani mendanai jejaring sosial yang sudah memiliki nama di dunia maya.

 

  1. Medco Energi

medco energiSebagaimana namanya, Medco Energi merupakan perusahaan yang berbasis pada bidang gas dan minyak bumi yang didirikan oleh Arifin Panigoro pada tahun 1980. Perusahaan ini tidak memiliki banyak divisi perusahaan di berbagai bidang. Medco Energi tadinya hanya memiliki spesialisasi di bidang migas dan energi.

Tepatnya pada tahun 2013, Medco Energi mendanai Grupura VC yang merupakan sebuah perusahaan venture capital yang juga menanamkan modalnya di sebuah perusahaan startup yaitu Maskool.in.

 

  1. Ciputra Group

ciputra group

Ciputra Group dikenal sebagai perusahaan developer property terbesar yang ada di Indonesia. Entah sudah berapa banyak real-estate, apartemen, dan hotel yang mereka bangun. Mereka juga mengembangkan beberapa proyek pusat perbelanjaan, pusat pelayanan kesehatan, lahan pertanian, fasilitas telekomunikasi, dan masih banyak lagi.

Ciputra memang belum langsung terjun dalam dunia startup namun mereka telah mendirikan sebuah inkubator bagi perusahaan-perusahaan startup yang ingin berdiri. Inkubator yang dimiliki Ciputra adalah GEPI. Misi GEPI ini adalah memberikan wadah pelatihan untuk mengembangkan startup tahap awal.

GEPI memiliki kelebihan karena sudah memiliki jejaring komunitas dan sering menjadi tempat berkumpulnya para komunitas. GEPI juga menyediakan co-working space, mentoring, dan akses pendanaan bagi mereka yang ingin membangun bisnis startup dari awal.

Baca juga: 5 Kesalahan Pemasaran Terburuk yang Tidak Boleh Dilakukan

 

  1. Kompas Gramedia Group

Kompas-GramediaTidak ada yang menyangkal bahwa Kompas Gramedia merupakan perusahaan media terbesar yang ada di Indonesia. Mampu bertahan setengah abad sebagai perusahaan media membuktikan eksistensi Kompas Gramedia sebagai perusahaan media yang belum tertandingi. Apalagi ketika rata-rata perusahaan media cetak lainnya sudah mulai menunjukkan kegentarannya dalam menghadapi era digital, Kompas Gramedia membuktikan dirinya sebagai perusahaan yang mampu terus berinovasi sesuai tuntutan zaman. Situs citizen journalism yang dimilikinya bahkan terbukti mampu menjadi salah satu situs yang paling banyak dikunjungi di dunia maya.

Kompas Gramedia saat ini sudah mencoba untuk melakukan ekspansi ke bisnis startup dengan menjalankan inkubator teknologi yang bernama Skystar Ventures Universitas Multimedia Nusantara. Skystar Capital juga merupakan perusahaan yang didanai juga oleh Kompas Gramedia. Sebelumnya Kompas Gramedia pernah berinvestasi di Apps Foundry yang merupakan induk perusahaan dari Scoop Newsstand, sebuah perusahaan yang menyediakan aplikasi online khusus untuk majalah digital.

 

  1. Djarum Group

djarum groupDjarum merupakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Tak heran, pemilik Djarum Group selalu menempati posisi teratas sebagai orang terkaya di Indonesia. Djarum Group menjadi perusahaan terbesar di Indonesia setelah berhasil menguasai 51 persen saham Bank Central Asia. Keluarga Hartono diperkirakan memiliki total kekayaan sebesar US$16,5 Milliar (Rp. 221 triliun).

Salah satu putra Budi Hartono yang bernama Martin Hartono yang memulai ekspansi Djarum ke bidang bisnis startup. Ia mendirikan Global Digital Prima Ventures (GDP Ventures) sebagai perusahaan pendanaan bagi perusahaan-perusahaan startup yang sedang berkembang. Terbukti GDP Ventures berhasil mendanai dua perusahaan online yang telah memiliki nama di Indonesia yaitu Kaskus dan Blibli. (leo/editor: erlin)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top