“Lakukan apapun yang bisa dilakukan sekecil apapun itu. Itu adalah prinsip yang saya terapkan dalam strategi bisnis saya,” tulis Direktur PT Incor Bola Pacific, Thomas More Soeharto.
Bagi Anda penggemar olahraga atau sport, nama ProTeam tentu tidak terdengar asing. Ya, ProTeam adalah sebuah brand yang dikeluarkan oleh PT Inkor Bola Pasific. Perusahaan tersebut memiliki pabrik produksi di Pasuruan, Jawa Timur.
Didirikan sejak tahun 1992, PT Inkor Bola Pasific menjadi salah satu perusahaan terbesar dan terkemuka di sektor manufaktur. Produk olahraga buatannya mampu diekspor ke berbagai negara dengan kualitas standar internasional.
Salah satu produk ProTeam yang paling dikenal masyarakat adalah bola. PT Inkor Bola Pasific telah berhasil memproduksi berbagai macam jenis bola seperti bola sepak, bola voli, bola basket, sepak bola Amerika (rugby), bola tangan, bola jaring, sampai bola futsal.
Baca juga: Nur Handiyah Sulap Sampah Kulit Kerang Jadi Barang Mewah Bernilai Jutaan Rupiah
Selain memproduksi bola, PT Inkor Bola Pasific juga menyediakan berbagai macam alat olahraga lainnya. Kinerja dan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan juga benar-benar memenuhi standar internasional. Sejauh ini seluruh produk olahraga dari PT Inkor Bola Pasific telah dikenal dan diterima oleh pasar regional maupun internasional.
Kemudian PT Inkor Bola Pasific juga menjadi sponsor bagi banyak event olahraga nasional dan internasional. Misalnya hingga saat ini, perusahaan sudah menjadi sponsor resmi salah satu kejuaraan basket nasional.
Namun di balik kesuksesan yang telah diraih perusahaan, ada beberapa masalah yang kerap mengancam keberlangsungan dari usaha PT Inkor Bola Pasific. Salah satunya adalah serbuan produk bola asal China. Bagaimana kisah lengkapnya? Berikut ini penuturan Direktur PT Incor Bola Pacific Thomas More Soeharto kepada indorading.com, Senin (24/10/2016).
“Perusahaan ini berdiri pada tahun 1992. Kemudian bergerak di peralatan olahraga khususnya itu di bola dan itu diproduksi sendiri seperti bola sepak, bola voli, bola basket, bola futsal,” ungkap Thomas.
Thomas menjelaskan bila kegiatan produksi berbagai macam jenis bola dilakukan di salah satu pabrik milik PT Inkor Bola Pasific yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur. Di tempat tersebut, PT Inkor Bola Pasific mempekerjakan 61 staf dan hampir 500 orang tenaga kerja. Kemudian perusahaan juga bermitra dengan 400 orang pengrajin.
Baca juga: Laku dibeli Kolektor Hingga Menteri, Gitar Bambu Adang Juga Sampai ke 12 Negara
“Total ada 500 karyawan (yang bekerja),” tambahnya.
Selain aktif memproduksi bola dengan brand ProTeam, PT Incor Bola Pacific juga mengimpor berbagai peralatan olahraga. Hal ini dilakukan agar PT Incor Bola Pacific dikenal masyarakat sebagai supplayer alat-alat olahraga terbesar di Indonesia.
“Ada beberapa juga peralatan olahraga lain sifatnya itu ada yang kita bekerjasama dengan pengusaha kecil itu ada juga yang impor seperti peralatan wushu dan ada peralatan atletik. Trendmarket kita ya memang ke bola dengan merek ProTeam,” jelasnya.
ProTeam Berjaya di Pasar Timur Tengah
PT Incor Bola Pacific pernah memiliki kenangan pahit pada masa krisis ekonomi di tahun 1998. Menurut Thomas pada saat itu ekspor bola sepak, voli, basket, futsal dan rugby dengan merek ProTeam dan Tachikara ke Amerika Serikat (AS) anjlok.
“Ya pastilah, waktu krisis ekonomi ya yang paling parah imbas ke usaha saya,” ucap Thomas.
Berbagai macam cara dilakukan oleh perusahaan agar tetap bertahan. Salah satunya dengan mencari pasar (market) baru yang cukup potensial. Setelah itu, pemasaran produk bola ProTeam meluas dan justru mulai berkembang pesat di kawasan Timur Tengah, misalnya Dubai dan Mesir.
“Dan sekarang pasar saya pindah ke daerah Timur Tengah dan Afrika,” imbuhnya.
Saat ini total ada 20 negara yang menjadi tujuan pasar dari PT Incor Bola Pacific. Ke 20 negara tersebut adalah AS, Kosta Rika, El Savador, Jernam, Norwegia, Polandia, Turki, Dubai, Mesir, Sudah, Saudi Arabia, Afrika Seltan, Ghana, Nigeria, Singapura, Malaysia, Bangladesh, Srilanka, Papua Nugini dan Korea Selatan.
“Tapi saya terus survive karena pengusaha itu kan harus dan dituntut untuk terus memiliki strategi,” katanya.
Baca juga: Jualan Furniture Dari Kayu Bekas, Andra Raup Omzet Rp 12 Miliar/Tahun
Kemudian perusahaan juga menawarkan seluruh produk dengan harga yang cukup murah. Misalnya bola sepak, futsal, rugby, voli dan basket (jahit tangan) dihargai sekitar Rp 100 ribu-Rp 200 ribu. Sementara harga bola sepak buatan mesin sebesar Rp 80 ribu hingga Rp 200 ribu, bola voli Rp 200 ribu, dan harga bola basket Rp 80 ribu sampai Rp 350 ribu per bola.
“Kalau untuk ekspor itu dari harga US$ 4,5 hingga US$ 25. Kalau untuk lokal mungkin dari harga Rp 75 ribu sampai Rp 450 ribu,” sebutnya.
Bersaing Ketat dengan Bola Asal China
Cukup berat bagi PT Incor Bola Pacific untuk melebarkan sayap bisnis penjualan bola di Tanah Air. Salah satu alasannya adalah serbuan bola impor buatan China.
Akibat derasnya pengiriman bola dari China, ekspor PT Incor Bola Pacific melempem. Alhasil pasar AS yang awalnya menjadi lumbung emas bagi perusahaan kini tak berkilau. Masyarakat di AS lebih suka bola asal China karena murah dan kualitasnya baik.
“Tapi sekarang pasar Amerika mati karena mereka banyak yang beralih ke China,” ujarnya.
Akibat derasnya pengiriman bola asal China ke berbagai negara, mulai memberikan dampak buruk dan ancaman bagi kinerja perusahaan. Bagi Thomas, kini pasar bola luar negeri tak semenarik dulu. Porsi pasar di luar negeri sekarang hanya tersisa 25%. Sebagian besar produk PT Incor Bola Pacific justru dipasarkan ke berbagai
daerah di Indonesia.
“Nah sekarang kebalikan 75% diraup untuk pasar lokal sedangkan 25% nya untuk ekspor,” tuturnya.
Baca juga: Jadi Miliuner, 4 Pengusaha Ini Dulunya Pernah Hidup Susah
Angka ini justru berbanding terbalik dengan kondisi yang ada di tahun 2000. Pada saat itu, kondisi pasar luar negeri memliki potensial dan ramai.
“Produk kita merata sudah dijual ke seluruh Indonesia. Tapi untuk sekarang lebih terpusat ke Jakarta. Bola kita juga sudah digunakan oleh tim lokal sih seperti PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) dan beberapa tim lokal besar lainnya yang ada di Indonesia. Kalau ekspor tahun 2000 awal 75% produk kita untuk ekspor hingga 20 negara, berhubung serbuan dari produk China jadi menurun hingga 25%,” jelasnya.
Mampu Produksi Bola Dengan Kualitas Premium
Bola yang diproduksi oleh PT Incor Bola Pacific memiliki kualitas yang cukup tinggi. Bahan bakunya campuran antara bahan baku lokal dengan beberapa yang diimpor dari negara lain.
Thomas mengungkapkan kandungan bahan baku lokal yang terdapat dari satu buah bola ProTeam sudah mencapai 60%. Sisanya diimpor dari beberapa negara seperti Jepang dan Prancis.
“Kelihatannya produk saya tuh dari segi kualitas yang paling terbaik di Indonesia kalau kita compare dengan produk China, produk saya ini khususnya produk dari Indonesia jauh lebih baik,” tegas Thomas.
Thomas menjelaskan kontribusi produksi terbesar dari pabrik milik PT Incor Bola Pacific di daerah Pasuruan, Jawa Timur adalah bola futsal mencapai 81%, bola voli 15% dan bola basket 5%. Bahan yang digunakan untuk membuat bola juga tidak main-main.
Thomas mengugkapkan sejauh ini mayoritas bahan baku yang digunakan adalah jenis bahan PU impor dari Jepang dan butyl dari Prancis. Kedua bahan tersebut harus diimpor karena memang belum bisa diproduksi di Indonesia.
Baca juga: Gitar Batik Buatan Guruh: Dipakai Gitaris Terkenal Sampai ‘Terbang’ ke 5 Negara
Tetapi Thomas menegaskan, kandungan bahan baku impor seperti PU dan butyl diklaim sangat ramah lingkungan. Hal ini akan membuat kualitas produk yang dihasilkan akan lebih terjaga. Misalnya bila menggunakan butyl atau karet sintetik, pori-porinya lebih kecil sehingga bola lebih lama kempesnya namun tingkat kelenturannya rendah.
Sedangkan kalau hanya pakai karet alam, pori-porinya lebih besar dan mudah kempes tapi tingkat kelenturannya tinggi.
Oleh karena itu, perusahaan biasanya mengkombinasikan antara karet alam dan sintetis untuk lapisan bagian dalam dan luar bola.
“Produk saya 100% menggunakan butyl karena untuk ekspor ya,” sebutnya.
Setelah itu, saat masuk proses produksi, perusahaan menggunakan mesin otomatik yang didatangkan langsung dari Korea Selatan.
“Teknologi untuk pembuatannya memang dari Korea yang jelas kualitas produk kita lebih bagus daripada China,” jelasnya.
Oleh karena itu tidak heran bila PT Incor Bola Pacific menerima sederet penghargaan serta memiliki sertifikasi internasional. Dengan penghargaan tersebut, PT Incor Bola Pacific sangat diuntungkan dan lebih mudah untuk berekspansi dan melakukan penetrasi ke negara lain.
“Sebenarnya kalau peralatan olahraga itu kan bisnis yang pasti dibutuhkan karena setiap orang pasti berolahraga, dan berolahraga juga kan ada nilai ujiannya yaitu ada tujuannya untuk sehat ada tujuan untuk rekreatif. Nah dari situlah awalnya kenapa tidak saya buka usaha yang banyak orang mengunakan produknya,” tukasnya.
Cara ProTeam Dikenal Masyarakat
Tidak mudah bagi PT Incor Bola Pacific mengenalkan sekaligus menjual bola ProTeam kepada masyarakat Indonesia. Tetapi ProTeam kini mampu menjadi market leader penjualan bola di Dalam Negeri di bawah Adidas dan Mikasa.
Baca juga: Resep Cap Lang Singkirkan Kompetitor Hingga Kuasai Pasar Lokal dan Internasional
Thomas mengaku ada sejumlah resep khusus yang diracik oleh perusahaan. Salah satunya adalah dengan menjadi sponsor resmi salah satu kompetisi terbesar bola basket di Dalam Negeri. Cara ini diklaim paling efektif mengenalkan nama ProTeam kepada masyarakat.
“Saya terus terang lebih care ke branding sih, kita sering menjadi sponsor event-event sport besar di 26 kota dengan penonton hampir 1 juta orang setiap tahun di seluruh Indonesia. Seperti IBL (Indonesian Basketball League) sudah 12 tahun menjadi sponsor mereka dan produk ProTeam adalah yang paling lama menjadi sponsor sport,”
tutur Thomas.
Sejak saat itu, ProTeam mulai dikenal luas masyarakat Indonesia dengan produk bola basket. Tidak hanya bola basket, berbagai inovasi dan desain mereka luncurkan. Kini PT Incor Bola Pacific mampu memproduksi berbagai jenis bola lain seperti bola sepak, bola voli, sepak bola Amerika (rugby), bola tangan, bola jaring, sampai bola
futsal.
“Kalau inovasi kita lebih ke desain,” tambahnya.
Baca juga: Anniesa Hasibuan: Desainer Ternama yang Sempat Jualan Pulsa dan Hamburger
Potensi pasar domestik sendiri dinilai Thomas masih cukup besar. Bahkan sekarang perusahaan tersebut telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi yang semula 1,56 juta bola per tahun menjadi 2,16 juta per tahun. Sedangkan tingkat utilisasi pabrik tersebut sudah maksimal dengan memperkerjakan 500 karyawan yang terbagi menjadi tiga shift per hari.
“Trendnya (penjualan) memang selalu naik. Tapi untuk tahun ini (2016) lagi turun karena situasi ekonomi. Karena setiap ekonomi berubah pasti akan selalu berimbas. Selain itu juga ada pemotongan APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) itu juga sangat berpengaruh terhadap penjualan,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat