Resign Dari Perusahaan IT Kini Peter Sukses Jadi Bos Donat di Thailand
“Kesulitan pasti ada, apa lagi waktu itu saya masih muda. Tapi karena saya suka dengan bisnis donat ini saya tidak pernah gentar untuk menyerah. Saya berkomitmen terus mengembangkan bisnis saya,” tulis pemilik Daddy Dough, Peter Thaveepolcharoen.
Kisah inspiratif membangun bisnis bisa datang dari mana saja. Asalkan ada ide, niat dan mau bekerja keras maka bisnis tersebut bisa berjalan, bahkan bisa tumbuh dan berkembang.
Hal ini dirasakan oleh Peter Thaveepolcharoen. Pemuda asal Thailand berusia 33 tahun itu tidak menyangka bisa menjadi salah satu pengusaha sukses di Thailand dengan membuka puluhan outlet donat, Daddy Dough.
Baca juga: Dari Surabaya, Hendy Setiono Bawa Kebab Baba Rafi ke 8 Negara
Kepada indotrading.com, Peter menceritakan bila bisnis Daddy Dough dimulai di tahun 2006. Saat itu usianya masih 23 tahun. Peter juga rela meninggalkan pekerjaannya (resign) sebagai karyawan di salah satu perusahaan software dan IT. Patut Anda contoh!
“Saya sempat bekerja di perusahaan IT selama 2 tahun. Saya memang sangat menyukai IT tapi bukan passion saya,” kata Peter, Kamis (8/9/2016).
Peter mengaku tidak nyaman saat bekerja sebagai tenaga marketing di salah satu perusahaan software dan IT di Thailand selama 2 tahun. Lalu Peter menceritakan keluh kesahnya kepada sang ayah. Sang ayah mendorong Peter untuk menentukan masa depannya sendiri. Namun dari ucapan sang ayah juga, ide membuka bisnis donat itu muncul.
“Lalu kemudian ayah saya mendorong saya untuk membuka usaha donat dimana pada waktu itu sekitar tahun 2006 bisnis donat ini belum begitu dikenal di sana (Thailand). Akhirnya setelah mendapatkan dukungan dari ayah saya, saya keluar dari perusahaan IT dan mencoba membangun bisnis donat,” tuturnya.
Pada saat itu usia Peter baru 23 tahun. Di usia yang masih terbilang masih muda , ia berani mengambil resiko dengan membuka usaha donat yang belum tentu laku di pasar Thailand. Tetapi tekatnya cukup kuat apalagi adanya dorongan dan semangat dari sang ayah.
Baca juga: Lewat Bali Tangi, Yuliani Mampu Menarik Pembeli Asal Korea Hingga Kanada
“Pada waktu itu usia saya sekitar 23 tahun. Jadi saya membangun bisnis donat ini hanya coba-coba saja dulu,nggak apa-apa deh bangkrut juga yang penting nyoba. Setelah dijalani ternyata bisnis saya ini diterima oleh pasar di Thailand,” tukasnya.
Terinspirasi Kesuksesan Bisnis Donat di Amerika dan Roti Boy di Thailand
Selain ide dari sang ayah, pemilik Daddy Dough, Peter Thaveepolcharoen memberikan alasan lain mengapa ia harus membangun bisnis donat. Peter terinspirasi dengan kesuksesan para pebisnis donat yang merajai pasar makanan di Amerika Serikat (AS). Kebetulan, Peter pernah tinggal lama di AS.
“Awalnya saat saya tinggal di Amerika saya sering mengkonsumsi donat. Di sana kan donat sangat familiar,” katanya.
Kemudian hal tersebut ia ceritakan kepada sang ayah. Sang ayah lantas menyarankan agar Peter mencoba membuka bisnis donat dengan konsep berbeda. Peter mengatakan orang tuanya memang menginginkan dan mengarahkan agar ia menjadi seorang pengusaha, bukan karyawan.
“Kemudian pada waktu itu di Thailand yang paling laku adalah Roti Boy. Nah akhirnya saya berpikir keras bisnis apa yang kira-kira bisa diterima pasar Thailand dan bisa laku keras seperti Roti Boy. Nah ayah saya kemudian bilang ke saya kalau di AS sedang booming bisnis donat, kenapa tidak kamu coba bisnis donat di di Thailand? Jadi saya cobalah membuka bisnis donat ini dengan konsep yang berbeda,” paparnya.
Bisnis donat akhirnya dibangun di tahun 2006 dengan modal sebesar 5 juta Baht. Ia kemudian memberikan nama brand donat miliknya dengan sebutan Daddy Dough, apa artinya?
“Daddy itu kan (artinya) ayah sedangkan Dough itu resep. Jadi maksudnya saya terinsprasi dari ayah saya karena untuk memulai bisnis ini saya didorong oleh ayah saya dan beliau juga memberikan resep untuk donat saya,” kata Peter dengan sumringah.
Ciptakan 40 Donat Berbagai Rasa dan Dijamin Sehat
Dengan modal 5 juta Baht, bisnis donat Daddy Dough rintisan Peter Thaveepolcharoen akhirnya dimulai di tahun 2006. Agar menarik para calon pembeli, Peter awalnya menciptakan 15 jenis rasa yang berbeda pada topping donat. Saat ini variasi rasa donat milik Peter bertambah menjadi 40 jenis.
Baca juga: Butuh Uang Jajan Tambahan Saat Kuliah Jadi Alasan Anggun Berbisnis 13th Shoes
“Kita juga memilki 40 variasi donat. Disajikan dengan sangat fresh,” katanya sambil berpromosi.
Dari berbagai jenis rasa itu, donat yang paling laku dibeli masyarakat Thailand adalah donat dengan topping cokelat Belgia. Tidak hanya itu, tekstur donat yang dibuat Peter sangat lembut dan bebas dari bahan perisa kimia.
“Yang membedakan donat saya dengan donat yang lain adalah donat saya itu memilki cita rasa premium karena diolah dengan resep rahasia yang tidak ditemukan dalam resep donat yang lain. Jadi menghasilkan donat dengan rasa yang lembut dan enak,” sebutnya.
Kemudian dalam proses menggoreng, Peter tidak menggunakan minyak goreng yang mengandung kolesterol dan zat-zat kimia lainnya. Sehingga ia menjamin semua orang bisa mengkonsumsi donat Daddy Dough tanpa khawatir bisa memicu penyakit jantung.
Baca juga: Pernah Bangkrut, Yuliana Lim Raup Untung Dari Tas Rotan Sintetis
“Selain itu bahan baku donat saya mengandung zero trans (tanpa lemak). Jadi kita menggunakan minyak zero trans. Minyak zero trans itu adalah untuk mencegah terjadinya penyakit jantung. Jadi pada waktu itu banyak warga di AS terkena penyakit jantung karena pola hidup yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi fast food dan drugs. Nah akhirnya para pengusaha donat di sana mencoba membuat donat dengan menggunakan minyak zero trans ini,” bebernya.
Peter mengaku tidak setengah-setengah dalam membuat donat berkualitas. Bahkan sebagian besar bahan baku pembuatan donat diimpor dari luar negeri seperti dari AS dan Belgia.
Oleh karena itu tidak heran bila harga jual donat buatan Peter terbilang mahal dan bersaing dengan donat yang diproduksi perusahaan terkenal seperti Dunkin Donuts dan Mr. Doughnut. Di tahun 2006, Peter mematok harga per donat sebesar 15 Baht. Saat ini harga jual donat sudah mengalami kenaikan menjadi 28 Baht per donat.
“Donat kita disajikan dengan sangat fresh. Selain itu kita menjadi donat kelas premium yaitu bahan bakunya benar-benar 100% tidak ada tambahan perisa. Misalnya saja coklat, kita menggunakan cokelat asli dari Belgia dimana Belgia terkenal sekali dengan cokelatnya. Daddy Dough ini menjadi premium brand donat di Thailand, harganya sekitar 28 Bath,” jelasnya.
Sukses Membuka 30 Outlet di Thailand
Dengan modal awal 5 juta Bath, usaha Daddy Dough rintisan Peter Thaveepolcharoen kian moncer dan berkembang dari tahun ke tahunnya. Menu yang ditawarkan saat ini tidak hanya 40 variasi topping donat. Peter melengkapinya dengan menu minuman ringan seperti Daddy Ice Coffee dan Daddy Hot Coffee.
Lalu dengan permintaan yang semakin meningkat, Peter membeli mesin cetak donat agar donat yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional. Oleh karena itu tidak heran bila bisnis Daddy Dough kian menggurita apalagi sejak bisnis ini mulai diwaralabakan.
Sekarang jumlah outlet yang dimiliki Peter telah mencapai 30 outlet, dimana 15 outlet adalah hasil dari kerjasama bisnis waralaba dengan investor (franchisee).
Baca juga: Hadiah Bunga Sang Pacar Jadi Inspirasi Bisnis Florist Ala ‘Si Cantik’ Novia Bersaudara
“15 outlet milik sendiri dan 15 lainnya milik franchisee-nya,” sebutnya.
Jumlah karyawan yang bekerja di seluruh outlet Daddy Dough sudah mencapai 150 orang. Seiring waktu, produksi donat Daddy Dough juga terus meningkat. Perhitungannya, bila di tahun 2006 Peter hanya mampu memproduksi 300 donat per hari, saat ini produksinya sudah mencapai 15.000 donat per hari. Bila harga setiap donat 28 Baht, berapa rata-rata omzet per bulan yang didapat Peter?
“Anda tinggal menghitung sendiri,” serunya.
Peter mengatakan akan terus membesarkan bisnis Daddy Dough. Tidak hanya menjual donat dan minuman ringan, dalam waktu dekat Peter akan mencoba menjual produk yang lebih bervariasi seperti pie dan croisant.
Selain itu, ia juga memiliki impian untuk membuka outlet Daddy Dough tidak hanya di Thailand tetapi juga di negara lain, salah satunya Indonesia. Impian besar ini yang coba direalisasikan oleh seorang Peter seperti slogannya Daddy Dough, The Great Taste to Share.
Baca juga: Dari Bambu, Harry Raup Omzet Ratusan Juta dan Bikin Orang Jepang Kaget
“Kesulitan (berbisnis) pasti ada, apa lagi waktu itu saya masih muda. Tapi karena saya suka dengan bisnis donat ini saya tidak pernah gentar untuk menyerah. Saya berkomitmen terus mengembangkan bisnis saya,” tutupnya.
Reporter: Kumi Laila Penulis: Wiji Nurhayat