Inspiration

Pernah Rugi Ratusan Juta, Yasa Singgih Kini Jadi Miliarder Muda

kesuksesan yasa singgih

“Kunci untuk memulai bisnis itu keberanian, kunci untuk mengembangkan bisnis itu keilmuan, dan kunci untuk bertahan lama adalah keteguhan.” Yasa Paramita Singgih, Presiden Men’s Republic.

Banyak ragam yang dilakukan oleh anak-anak remaja. Sebagian mungkin ada yang menghabiskan waktu remajanya dengan bermain-main, sebagiannya lagi fokus belajar dan berharap mendapatkan pekerjaan yang mapan di kemudian hari. Disaat remaja yang lain sibuk dengan masa remaja mereka, Yasa Paramita Singgih atau biasa disapa Yasa ini justru berfikir jauh ke depan.

yasa singgih

Doc: news.indotrading.com

Karena tuntutan keadaan, diusia 15 tahun Yasa sudah harus bekerja, namun hal itu ternyata mampu menjadikan Yasa lebih dewasa bahkan menjadikan ia miliarder diusia muda.

Baca juga: Monica Carolina: Berawal dari Hobi kini Menjadi CEO Nixiagamer

Berkibar dengan bendera Men’s Republic Yasa berhasil menjadi seorang pengusaha fashion khusus kaum pria yang mampu meraup omzet ratusan juta. Selain itu ia pun mampu menjadi pengusaha yang berprestasi baik skala nasional maupun internasional. Kepada news.indotrading.com Yasa pun membagi kisah perjalanan Hidupnya.

Jejak Langkah Men’s Republic

Ditengah kesibukannya dalam menjalankan bisnis dan kegiatan seminar ke setiap kota di Indonesia,  Yasa pun akhirnya meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang dengan news.indotrading.com mengenai perjalanan bisnis fashion yang berlebel Men’s Republic.

Diceritakan Yasa, bisnis yang dirintisnya ini bermula saat ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya tahun 2011. Pada waktu itu usianya baru menginjak 15 tahun. Yasa lahir dari keluarga yang berkecukupan, kedua orang tuanya sama-sama bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan yang cukup besar di Ibu Kota, sementara ia anak bungsu dari tiga bersaudara.

Doc: Men’s-Republic

Mulanya kehidupan Yasa sama saja seperti anak-anak seusianya. Namun hal itu menjadi terbalik ketika ayahnya jatuh sakit karena penyempitan pembuluh darah, yang lalau kemudian dokter mendiagnosa ayahnya untuk oprasi dan melakukan pemasangan ring di jantungnya.

“Pada waktu itu papa saya sakit jantung karena ada hipertensi, jadi menyebabkan adanya penyempitan 3 pembuluh darah. Lalu dokter mendiagnosa  papa saya untuk oprasi dan pemasangan ring yang biayanya cukup mahal,” ucap Yasa menuturkan.

Karena musibah yang menimpa keluarganya dan harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, Yasa kemudian berfikir keras, apalagi saat itu ia akan memasuki bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana kakak keduanya pun tengah memasuki bangku kuliah. Karena ingin meringankan beban keluarganya, Yasa kemudian memutuskan untuk bekerja.

“Karena saya kepikiran, saya ini anak terkahir dan orang tua saya harus bekerja minimal sampe saya lulus kuliah. Orang tua harus kerja sampai saya selesai kuliah, dan harus melewati masa pensiunnya demi saya. Jadi gimana caranya saya harus nyari duit untuk menolong ekonomi orang tua,” tutur laki-laki berkacamata ini.

yasa singgih

Doc: Google

Merasa termotivasi melihat kondisi keluarganya Yasa kemudian melakukan pekerjaan apapun yang bisa menghasilkan uang. Waktu itu dia belum terfikir untuk berbisnis, ia hanya ingin menghasilkan uang dari sesuatu yang bisa ia kerjakan, dimulai bekerja di sebuah EO, menjadi MC, menjual ini itu hingga akhirnya ia kepikiran untuk menjual kaos.

“Waktu itu ide menjual kaos pun ngga sengaja. Jadi saya kepikiran untuk ngambil barang dari Tanah Abang terus saya jual lagi. Dan ternyata iseng-iseng itu menghasilkan,” kenangnya.

Dikatakan Yasa, bentuk usahanya tersebut masih sangat standard, belum memiliki logo, lebel dan semacamnya.

“Tok ngambil barang terus dijual lagi ke temen-temen sambil jualan via online juga,” imbuh Yasa seraya tersenyum riang.

Doc: Google

Pada akhir tahun 2012, Yasa kemudian mencoba peruntungan melalui bisnis lain dan meninggalkan bisnis kaosnya. Pada tahun itu bisnis kedai kopi tengah menjadi primadona. Uang hasil dari bisnis kaosnya kemudian digunakan Yasa untuk membangun sebuah kedai kopi. Tidak tanggung-tanggung bahkan Yasa sempat memiliki dua cabang sekaligus dalam kurun satu tahun. Namun malang tak dapat ditolak, bisnis kedai kopi milik Yasa pun bangkrut sehingga mengalami kerugian mencapi Rp 150 juta.

“2012 akhir sampai tahun 2013 saya ganti bisnis mencoba usaha kuliner, waktu itu kedai kopi. Saya sempat punya dua cabang. Tahun 2013 akhir usaha kuliner saya bangkrut, saya mengalami kerugian sekitar Rp.150 juta,” ucapnya seraya teresnyum tipis.

Baca juga: Egar Putra: Bos Sepatu Chevalier yang Sukses “Jajah” 4 Benua

Mengalami kerugian yang cukup besar diusianya yang sangat belia, membuat Yasa sempat down. Dia juga sempat berfikir untuk tidak menjalani bisnis lagi dan ingin menjadi pekerja kantoran seperti yang keluargnya, tidak usah memikirkan kerugian, tidak memikirkan strategi bisnis, cukup bekerja profesional dan menerima upah setiap bulan.

Beruntung Yasa memiliki keluarga yang sangat mendukungnya, kedua orang tuanya terus-menerus menyemangati Yasa hingga akhirnya ia pun kembali bangkit. Selain dukungan dari keluarga Yasa pun mendapatkan insight positif dari lingkungan lainnya. Ia yang sempat down lantas tidak mengurung diri dan menerima nasib, ia justru bangun dan menemui orang-orang sukses yang pernah mencicipi apa yang tengah dialaminya.

“Saat down ternyata kita harus cari tahu dunia luar, ketemu sama banyak orang, terutama bertemu sama orang yang pernah mengalami seperti yang kita alami. Biar kita dapat experience dia. Jadi jangan diam di tempat, boleh merenung cari tahu kesalahannya tapi kita harus keluar sehingga kita bisa mendapatkan inspirasi,” ujar pria kelahiran Bekasi ini.

Kerugian yang dialami Yasa ternyata memberikan hal positif dalam pandangannya terhadap dunia pendidikan. Saat ia terlena dengan kesuksesannya menjual kaos, awalnya ia tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun saat usahanya bangkrut dia menjadi berfikir ulang, bahwa melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya bisa menjadi salah satu tumpuan untuk hidupnya di masa yang akan datang.

Tak lama setelah ia menanggalkan bisnis kedai kopinya, pada tahun 2014 Yasa kemudian kembali mendirikan bsinis kaos yang sempat ditinggalkannya. Kali ini ia benar-benar serius ingin membangun usaha fashion. Dengan nama bendera PT. Paramita Singgih, Yasa pun membuat label Men’s Republic sebagai penyedia fashion pria khusus anak muda, mulai dari kepala hingga ujung kaki.

“Ya jadi tahun 2014 saya mulai bikin Men’s Republic lagi. Yang awalnya hanya menjual kaos, saya kemudian fokuskan ke sepatu. Jadi 95% Men’s Republic menjual sepatu, sisanya menjual kaos, jaket dan tas,” ujarnya sumringah.

Doc: Google

Jadi kalau dihitung, “Men’s Republic sudah ada di tahun 2011. Tapi sempat fakum di tahun 2012 akhir sampai tahun 2013. Dan 2014 saya mulai lagi,” Imbuhnya.

Yasa mengaku hingga saat ini ia tidak bisa membuat desain kaos ataupun sepatu, ia hanya menggunakan keahlian strategi bisnisnya untuk terus mengembangkan Men’s Republic.

“Dalam bisnis itu kalau kita tidak memiliki power, ya kita coba menggunakan power orang lain. Contoh, saya tidak mengerti desain, ya saya hire karyawan yang mengerti desain,” ucapnya.

Produk fashion khusus kaum pria milik Men’s Republic ini membidik target market kelas menengah dengan usia 18 hingga 24 tahun. Sementara harga yang dibandrol cukup terjangkau.

“Kalau harga untuk sepatu kita bandrol seharga Rp.400.000 rupiah,” sebutnya mengakhiri.

Berawal Dari Lapak Kecil Kini Tumbuh menjadi E-commerce

Untuk mengawalai bisnis hingga sukses besar memang lah tidak mudah, perlu caci maki, hinaan, dan kegagalan demi kegagalan yang harus dilewati. Berbisnis dengan modal kepercayaan dimana ia harus mengambil barang dari Tanah Abang yang lalu kemudian dijual kembali kepada teman-temannya, dijual via online, bahkan Yasa pun sempat menjual dagangannya di depan toko milik orang lain. Kini siapa yang menyangka bisnis yang berawal dari coba-coba itu terus tumbuh dan berkembang.

Bukan karena keberuntungan belaka kenapa Yasa Singgih mampu membwa Men’s Republic menjadi seperti sekarang ini. Namun karena kejeliannya dalam melihat peluang, serta strategi bisnis yang dilakukannya boleh dibilang smart dan sangat milenials. Yasa membuat sebuah gabungan dari tiga hal untuk bisnis Men’s Republic. Diantaranya brand, e-commerce dan media lifestyle pria. Ketiga gabungan itu tercipta saat Yasa menyadari bahwa kompetitornya tidak mengusung strategi seperti itu.

yasa singgih

Doc: Google

Tiga hal itulah yang membuat Men’s Republik akhirnya diminati banyak orang, dengan membuka media soial Men’s Republic customer tidak hanya akan ditawarkan berbagai macam produk namun juga akan mendapatkan edukasi lifestyle di dalamnya.

“Saya berfikir gimana caranya orang membuka media sosial Men’s Republic nggak cuma lihat sepatu, saya pengen orang tuh buka medsos Men’s Republic bisa melihat content yang bagus, nah akhirnya saya gabungkan konsep brand dengan konsep content. Makanya kalau orang tanya, sebenarnya Men’s Republic itu apa sih? Men’s Republic itu gabungan dari tiga hal. Brand, e-commerce sama media untuk lifestyle pria,” tutur Yasa penuh antusias.

Baca juga: Pernah Jadi Kuli Pasir, Kini Danu Sofwan Sukses Jadi “Radja Cendol” Beromzet 1,5 Miliar

Menjalankan bisnis yang sudah memiliki banyak customer setia, lantas tidak membuat Yasa puas. Ia bersama dengan Men’s Republik terus melakukan berbagai inovasi.

“Sebenarnya menurut saya inovasi itu nggak harus terhadap sebuah teknologi atau penemuan yang baru. Karena inovasi itu adalah menggabungkan hal yang sudah ada tapi dikemas dengan cara yang berbeda,” lanjutnya.

Karena itu inovasi yang dilakukan Men’s Republik tidak menciptakan tekhnologi spot yang baru atau website yang baru. “Kami cuma mendeliver yang berbeda. Sebenarnya strategiya cuma dibagaimana kita mendeliver aja,” ungkapnya.

Doc: news.indotrading.com

Awalnya Yasa menjual produk Men’s Republic secara daring (online) seperti media sosial, aplikasi chating dan lain sebagainya. Melihat perkembangan zaman yang semakin moderen, dimana teknologi dan digital berperan aktif dalam segala aspek, tidak terkecuali ekonomi dan bisnis. Pria berusia 22 tahun ini pun kini mengalihkan semua pembelian melalui website.

Bahkan ia tengah merancaang 3 version website. Diantaranya 1.0 (one to point o) menurut Yasa website versi ini adalah untuk belanja dan jual beli yang saat ini sudah dijalankan oleh Men’s Republic. Sementara versi yang kedua adalah 2.0 (two point o) yakni website e-commerce tapi lebih fokus terhadap content.

“Karena selama ini content kita lebih fokus di media sosial, tapi kita juga mau bikin content website, dan yang terkahir adalah website 3.0 (three point o) webiste ini bentuknya aplikasi. Nah kalau website-website itu sudah berjalan lancar, baru deh kita masuk ke Woman’s Republic, fashion khusus untuk wanita,” ungkap mahasiwa tingkat ahir Bina Nusantara ini.

Dilirik Pasar Luar Negeri

Zaman memang semakin modern, seiring dengan pertumbuhan teknogi dan digital semua hal dapat dilakukan tanpa harus menguras waktu dan tenaga. Dimulai dari kegiatan individu dan lain sebagainya. Selain memudahkan dalam segala urusan kebutuhan indiviu, peranan teknologi dan digital pun berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan bisnis.

Teknologi Informasi telah banyak digunakan untuk mendukung proses bisnis yang terjadi pada perusahaan, baik bidang ekonomi maupun perbankan. Dengan hadirnya aplikasi-aplikasi dan layanan e-bussiness, e-commerce, e-banking dan lain sebagainya. Karena hal itu juga saat ini hampir pelaku usaha melibatkan teknologi dan digital dalam mengemabngkan bisnis mereka.

Doc: news.indotrading.com

Tidak terkecuali Men’s Republik dalam melakukan penjualan. Selain mudah, melakukan cara marketing dengan digital pun mampu mengundang banyak customer secara menyeluruh, tidak hanya menarik customer dalam negeri saja bahka customer dari luar negeri. Hal itu dibuktikan Men’s Republic dengan memiliki customer dari berbagai Negara. Dan sejauh Ini Mens’s republic sudah pernah mengirim produk ke 12 negara.

Baca juga: Damn! I Love Indonesia: Bisnis Kaos Ala Daniel Mananta yang Sudah Merambah Korea hingga Amerika

“Mereka belinya ritel ya, paling banyak sih dari Asia Tenggara seperti Malaysia, Philipin, Vietnam, Thailand, Taiwan, Tiongkok dan paling jauh itu ke Nigeria. Dan sampai sekarang setiap bulan masih ada yang pesan terus dari luar,” ujar Yasa menyebutkan negara mana saja yang sudah menggunakan brandnya tersebut.

Doc: news.indotrading.com

Dengan banyaknya permintaan pembeli dari luar negeri ini tidak menutup kemungkinan bagi Men’s Republik untuk melebarkan sayapnya ke pasar luar negeri, “Kalau ada kesempatan, kita pasti akan coba. Cuma mungkin tidak akan difokuskan ke sana. Karena pasar di dalam negeri pun masih sangat besar,” Lanjutnya menambahkan.

Yasa pun mengungkapakan, menurut data yang pernah ia baca bahwa jumlah belanja retil online di Indonesia masih di bawah 1%. Itu artinya peluang bagi bisnis retil online masih sangat besar.

“Sebenarnya bukan hanya bisnis fashion ya, saya rasa apapaun yang dijual secara online masih banyak peluang di Indonesia,” Imbuhnya.

Masuk Daftar Forbs

Kesuksesan Yasa Singgih menggeluti dunia wirausaha memang hasil dari kerja kerasnya. Mengawali bisnis diusia yang sangat muda dengan pengetahuan bisnis yang minim boleh jadi sebuah kendala. Namun Yasa Singgih memandang hal itu bukanlah sesuatu yang negatif. Justru dengan kurangnya ilmu bisnis membuat ia menjadi tidak takut untuk melangkah, selain itu juga menjadikan ia semakin aktif dan produktif untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan hal itu yang membuat binsisnya terus tumbuh.

“Kendala saat membangun bisnis ini mungkin karena saya masih muda, nggak tahu apa-apa jadi mau nggak mau harus banyak belajar. Dunia bisnis bagi saya adalah dunia yang baru, sama halnya anak kecil belajar jalan. Sama sekali nggak tahu jadi harus banyak belajar, harus nyari tahu lebih banyak lagi. Makanya saya selalu aktif ikut seminar dan perlombaan bisnis untuk menambah ilmu pengetahuan dan tentunya koneksi ya,” ungkapnya.

Doc: google

Karena keaktifan Yasa Singgih dalam megikuti seminar dan perlombaan bidang bisnis ini berhasil memboyong Yasa Singgih dalam ajang perlombaan wirausaha skala internasional. Bahkan Mahasiswa Jurusan Marketing Komunikasi itu pun diganjar dengan sejumlah penghargaan.

Doc: google

Mulai dari juara satu Wirausaha Muda Mandiri Nasional Kategori Mahasiswa Kreatif tahun 2015, Tokoh Nyata Film Dokumenter Pemimpin Muda Dunia Bisnis dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia pada 2015, Marketeers Youth of the year of 2016 oleh Mark Plus, Global Stundent Entrepreneur Awards juara satu di Indonesia dan Asia Fasifik, kemudian menjadi juara finalis di skala internasional tahun 2017. Bahkan, yang membanggakan, nama Yasa masuk dalam 30 Under 30 Young Leaders & Entrepreneurs in Asia versi Forbes tahun 2016.

“Semua prestasi ini saya dapatkan karena saya ikut, karena saya aktif. Sementara mungkin banyak diantara pelaku usaha lainnya yang malas ikut kompetsi dan fokus terhadap bisnisnya saja. Padahal dengan kita produktif seperti ini bisa membantu me-brandingkan produk kita,” pungkas Yasa mengakhiri sesi wawancara.

Penulis: Kumi Laila

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top