Mungkin dulu warung tegal atau populer dengan sebutan warteg, identik sebagai tempat makan untuk kalangan menengah ke bawah. Tapi sekarang waktu sudah banyak berubah, warteg tak lagi menjadi andalan tempat masyarakat minim ekonomi saja, melainkan juga para pekerja kota dengan pendapatan di atas rata-rata.
Hampir setiap kalangan sudah tak merasa gengsi bila harus makan di warung khas Tegal ini. Selain tarifnya yang hemat, banyak bisnis warteg yang menyajikan hidangan lezat serta fasilitas tempat yang bersih dan nyaman.
Ambil contoh seperti warteg Kharisma Bahari, yang sudah lebih dulu mendominasi pasar di Indonesia dengan banyak cabang melalui sistem franchise. Kesuksesannya dalam 25 tahun juga telah mengangkat stigma warteg yang dikenal kumuh dengan menu saji yang tidak menarik.
Tentu, keberhasilan yang diraih tersebut adalah berkat usaha sang empunya, Yudhika atau akrab disapa Yudi. Ia lahir dari latar belakang ekonomi yang biasa, dimana orang tuanya bekerja sebagai petani. Sedari SD, Yudi telah terbiasa mencari uang sendiri karena melihat teman sebayanya yang mampu membeli segalanya.
Namun, dikarenakan Ia lebih sering bermain ketimbang belajar, Yudi pun memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah hingga SMP dan memutuskan hijrah ke Jakarta untuk mencari uang.
Berangkat dari keputusannya yang tentu tidak sepele, Yudi merasa kesulitan menghadapi kerasnya ibu kota sehingga Ia memilih untuk menjadi pedagang asongan demi memenuhi kebutuhan hidup. Bermodal gerobak seadanya, setiap hari Ia mangkal di sebelah warung Tegal kakaknya yang berlokasi di Terminal Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Tak jarang, Yudi harus mati-matian melarikan diri dari incaran Pol PP saat itu. Kejadian yang terus menerus ini, membuat Yudi memutuskan untuk berhenti menjadi pedagang asongan dan beralih ke usaha warteg bersama kakaknya.
Dengan harapan besar usaha warteg yang dijalankan dapat merubah nasibnya, alhasil Ia malah mengalami kesulitan yang lebih parah. Tak sanggup menjalankan bisnis warteg, Ia pun kembali menjadi pedagang asongan di terminal.
Baca juga: Pernah Dijual dari Rumah ke Rumah, Kini Susu UHT PT Ultrajaya Berhasil Diekspor Hingga Amerika
Berkat ditipu teman, Yudhika berhasil menapaki kesuksesan awal bisnis wartegnya.
Saat kembali menjadi pedagang asongan, Yudi mendapat tawaran dari salah satu temannya untuk bermitra membuka bisnis warteg tanpa harus membangun dari awal, namun mengambil alih bisnis yang telah dijalankan oleh orang lain yang nyaris bangkrut.
Namun sayangnya, warteg yang dijalankannya menjadi sasaran rencana penggusuran efek krisis moneter di tahun 1998. Ia pun merasa ditipu oleh si teman. Tapi sungguh beruntung, rencana penggusuran itu tidak terjadi dan warteg Yudi pun bisa bertahan hingga 10 tahun lamanya.
Sejak saat itulah, Yudi memilih untuk membuka warung Tegal sendiri yang kini dikenal sebagai warteg Kharisma Bahari. Melewati banyak rintangan tak membuatnya patah semangat. Hingga akhirnya Ia berani membangun sistem bagi hasil dengan konsep waralaba untuk bisa membuka banyak cabang.
Yudi mulai mengajak kerabat dan rekan terdekatnya untuk mengelola bisnis warteg dengan sistem modern dan sejak itulah bisnis yang dilakoninya semakin banyak dikenal masyarakat.
Berbeda dengan sistem waralaba pada umumnya, Yudi merancang sistem yang lebih sederhana melalui pembagian hasil sebesar fifty-fifty tanpa tambahan royalti. Ia berharap, tujuan yang dicanangkannya tersebut dapat membantu banyak masyarakat yang ingin membuka usaha tapi tidak memiliki modal besar.
Jelas saja, kesuksesan bisnis warteg Kharisma Bahari semakin menjadi-jadi karena terlepas dari menu sajinya yang sederhana, lezat dan murah, warung Tegal ini juga dirancang dengan fasilitas tempat yang nyaman dan bersih dengan sentuhan warna cat dinding hijau kuning.
Yudi tak menampik bila saat ini masyarakat cenderung menyeleksi tempat makan yang memiliki fasilitas lebih. Setiap harinya, Ia masih rutin melakukan pengecekan dari warung ke warung, sekaligus menawarkan aneka promo menarik dengan sistem pembayaran yang mudah melalui uang virtual alias cashless.
Hitungan pendapatan bersih Yudi bisa mencapai ratusan juta per bulan.
Walaupun bisnis wartegnya telah mencapai hingga ratusan cabang, namun itu semua bukan sepenuhnya milik Yudhi seorang. Ia mengakui saat ini hanya memegang 10 warteg saja. Kebanyakan investor bisnis warteg Kharisma Bahari mampu meraup untung bersih dari 6 hingga 8 juta Rupiah per bulan setelah dibagi dua olehnya. Artinya, profit yang diperoleh Yudhi saat ini bisa mencapai ratusan juta per bulan dengan rata-rata bersih sebesar 10 hingga 16 juta Rupiah.
Menjadi orang yang kaya raya, tak membuatnya tinggi hati. Justru Ia merencanakan untuk membuat sistem warung Tegal dengan subsidi layaknya yang dilakukan oleh pemerintah terhadap subsidi BBM Premium.
Yudi berniat akan memberikan subsidi pada menu makanan yang paling laris, sehingga siapapun bisa membayar dengan setengah harga. Contohnya, jika menu terlaris adalah telur dadar dengan harga 4 ribu Rupiah, maka Yudi akan memangkasnya menjadi 2 ribu Rupiah saja. Hmm, sangat inspiratif ya!
Baca juga: Ini Dia Pengusaha Sukses dengan Modal Minim Beromzet hingga Ratusan Juta