Besarnya tingkat penetrasi teknologi dan internet di Indonesia semakin mendorong berjamurnya beragam start-up baru dengan berbagai macam pangsa pasar. Kehadiran deretan startup di Indonesia selain turut membantu perputaran roda perekonomian nasional. Tetapi juga membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dengan mudah lewat program-program inovatif yang ditawarkannya. Salah satu start-up yang kini banyak dilirik di masyarakat dan telah berkembang secara signifikan beberapa tahun ini adalah Sayurbox – sebuah platform yang memungkinkan pengguna untuk membeli sayur dan buah-buahan langsung dari para petani tradisional. Perusahaan rintisan Amanda Susanti Cole ini sudah berhasil menyabet beragam penghargaan, dan bahkan mengantarkan sang founder masuk ke dalam daftar Forbes Kategori 30 Under 30 dalam kategori Industry, Manufacturing, and Energy. Menakjubkan, bukan?
Sosok pemuda inspiratif satu ini memang layak mendapatkan apresiasi dan penghargaan atas terobosan bisnis-nya yang inovatif dan berguna bagi perkembangan sektor pertanian di Indonesia, khusunya dalam mendukung program digitalisasi pertanian. Berkat aplikasinya tersebut, Amanda bisa membantu para petani di Indonesia untuk dapat menyetop rantai distribusi yang jelimet, tak efektif, dan cenderung merugikan para petani.
Awal Berdirinya Sayurbox
Kejelian Amanda dalam melihat peluang bisnis Sayurbox berawal pada saat Amanda memutuskan untuk mengurus usaha perkebunannya di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Sebelumnya, Amanda bekerja di salah satu perusahaan swasta di Indonesia pasca menyelesaikan studinya di Manchester University di Inggris. Lini bisnis perkebunan yang ia kelola bersama beberapa temannya berfokus pada penjualan tanaman yang bukan asli Indonesia dan kemudian mendistribusikannya pada berbagai restoran-restoran fancy.
Setelah beberapa lama mengurusi perkebunannya tersebut, Amanda banyak berinteraksi dengan para petani di daerah tersebut dan secara tidak langsung merasakan keluh kesah mereka terkait sulitnya mencari akses langsung untuk memasarkan ragam produk pertanian mereka kepada konsumen. Selain itu, Amanda pun menemukan berbagai permasalahan yang menjerat para petani, salah satunya adalah rantai distribusi yang sangat panjang.
Hirauan-hirauan tersebut kian menggelitik Amanda untuk bergerak dan mencari solusi untuk menjawab sekelumit permasalahan yang ada. Oleh karena itu, Amanda memboyong kedua rekannya, Rama Notowidigdo dan Metha Trisnawati untuk bersama-sama bersinergi membangun dan mengembangkan Sayurbox. Rama merupakan seorang lulusan S-2 jurusan Business Management dari Saint Louis University, Amerika Serikat, yang juga pernah merajut karir di Sillicon Valley. Sedangkan, Metha Trisnawati merupakan lulusan ITB yang sudah menyelesaikan pendidikan S2-nya di University College London, Inggris.
Perkembangan Signifikan Aplikasi Sayurbox
Pada awalnya, Sayurbox ini hanya dioperasikan dari mulut ke mulut kepada rekan dan kerabat dekat serta tetangga sekitar. Kemudian berkembang dengan beranjak pada penggunaan media sosial Instagram dan Whatsapp hingga penggunaan situs web. Melihat tingginya laju peningkatan pesanan di situs web Sayurbox, Amanda dan rekan-rekannya pun mulai meluncurkan aplikasinya Sayurbox sendiri untuk semakin mengakomodasi kebutuhan konsumen, memberikan kemudahan yang ekstra, serta mengoptimalkan pelayanan konsumen yang lebih baik lagi.
Seiring berjalannya waktu, platform rintisan Amanda ini pun kian berkembang setiap harinya – menggaet puluhan ribu konsumen aktif, menjangkau banyak wilayah, mengantongi total pesanan harian yang mendulang tinggi setiap harinya. Selain itu, lewat aplikasi Sayurbox ini, Amanda berhasil memotong rantai panjang distribusi hasil panen yang rumit, memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk-produk sayur dan buah-buahan yang segar dan sehat, serta tentunya memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan para petani tradisional di Indonesia.
Tak hanya sampai disana saja, Sayurbox pun berkomitmen dalam memangkas penggunaan sampah plastik untuk membungkus produk-produk hasil pertaniannya. Sayurbox menggunakan wadah tertentu dalam mengemas sayur dan buah-buahan yang akan dikirimkan kepada konsumen. Keren, bukan?
Hingga saat ini, platform dengan slogan “klik, panen, kirim” ini sudah bekerjasama dengan ratusan perkebunan dan mitra petani lokal untuk melayani puluhan ribu pelanggan yang tersebar di seluruh wilayah Jabodetabek dan Bandung. Bahkan, sepanjang tahun 2019 lalu, Sayurbox sudah berhasil menjual sebanyak 1.8 juta kg buah dan sayur dengan total pengiriman sekitar seribu pengiriman yang dilakukan dalam sehari.
Deretan Penghargaan Bergengsi
Berkat kesuksesannya tersebut, Sayurbox berhasil menyabet gelar juara dalam kompetisi Startup Seedstars Jakarta dan berhasil meraih pendanaan senilai lebih dari 2 juta USD. Amanda tak pernah menyangka bahwa bisnis yang dirintisnya tersebut bisa menjadi semakin berkembang, memiliki ‘nama’, dan menjadi sebesar sekarang.
Berawal dari kepekaannya dalam melihat isu sosial yang ada, serta dibekali dengan kerja keras, konsistensi, serta sikap optimis yang diterapkan Amanda, wanita dengan pembawaan santai ini berhasil memberikan kontribusi yang besar dan menciptakan perubahan yang bermakna di lingkungan masyarakat. Tak heran, dirinya masuk kedalam salah satu daftar pemuda inspiratif dan berprestasi Asia yang berusia di bawah 30 tahun.
Wanita berusia 29 tahun ini menjadi salah satu dari 23 sosok muda asal Indonesia yang masuk ke dalam deretan pemuda berprestasi di Asia berdasarkan majalah Forbes. Dari 2000 nama anak muda berprestasi di seluruh Asia, terpilih 300 nama terbaik dari berbagai industri dan Amanda Susanti Cole salah satunya. Ide Amanda mendirikan bisnis startup Sayurbox sebagai ekosistem antara petani dan konsumen pada 2016 dihargai Forbes sebagai langkah yang memberi pengaruh signifikan bagi masyarakat.
Baca juga: Kisah Inspiratif Ashraf Sinclair, dari Aktor hingga Menjadi Investor
Itulah sepenggal cerita inspiratif dari seorang Amanda Susanti Cole, yang berhasil memberikan dampak positif yang sangat besar bagi masyarakat, terutama dalam sektor pertanian, lewat Sayurbox.