“Boleh bersikap idealis tapi harus melihat perkembangan trend yang ada. Agar bisnis kita tidak terlalu kaku dan bisa bertahan di era perubahan yang pesat,” kata Stephen Khrisna Lucas, salah satu pendiri Voyej.
Berawal dari coba-coba dan hanya sebagai tugas akhir kuliah, 5 orang anak muda bernama Stephen Khrisna Lucas, Ivan Ariwibowo, Aradea Respati, Yossi Permana dan Andika kini mendadak menjadi orang terkenal. Alasannya adalah karena kelimanya berhasil menjual dompet kulit sapi (leather goods) berlabel Voyej hingga ke mancanegara.
Salah satu pendiri Voyej, Stephen Khrisna Lucas mengungkapkan bila brand Voyej dibangun tahun 2011. Saat itu ia dan keempat temannya mendapatkan tugas akhir kuliah berupa business matching sebagai syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana.
“Awalnya itu tugas kuliah kita sebagai sarjana ekonomi di Prasetya Mulya Business School. Jadi kebetulan bisnis ini didirikan dengan 4 taman saya. Kita kemudian membuat project dan diluncurkan Februari 2011,” kata Lucas saat bercerita kepada indotrading.com, Selasa (2/8/2016).
Baca juga: Unik dan Langka, Pengusaha Ini Jualan Produk Kulit Buaya Beromzet Ratusan Juta
Konsep nama Voyej sendiri menurut Lucas merupakan misspell dari sebuah kata berbahasa Inggris yaitu Voyage yang artinya perjalanan. Produk-produk yang diusung oleh Voyej saat itu adalah short wallet (dompet pendek), sabuk, tas dan berbagai macam aksesoris lainnya. Seluruh produk menggunakan bahan baku kulit sapi asli dan dibuat secara manual.
Untuk memulai usaha ini, modal yang dikeluarkan Lucas Cs adalah sebesar Rp 40 juta. Dana investasi sebesar itu digelontorkan untuk biaya sampling, membuat merek, toko online, membeli bahan baku dan bekerjasama dengan sebuah home industry di Kota Yogyakarta untuk memproduksi produk-produk Voyej.
“Sebenarnya itu hanya misspell dari kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Voyage, yang artinya perjalanan,” tambahnya.
Singkat cerita berkat Voyej, Lucas Cs bisa lulus dan menyandang gelar Sarjana Ekonomi dari Prasetya Mulya Business School. Selepas itu, mereka berkomiment tetap melanjutkan dan mengembangkan bisnis Voyej.
“Kita semua punya komitmen untuk menjalankan bisnis ini,” tukasnya.
Tawarkan Dompet Unik Berbalut Kulit Sapi Asli Plus Jahitan Tangan
Salah satu pendiri Voyej, Stephen Khrisna Lucas mengungkapkan bila seluruh produk Voyej menggunakan bahan baku kulit sapi asli. Pada proses produksinya bahan baku berupa kulit sapi mentah harus melewati proses yang dinamakan penyamakan nabati.
Baca juga: Yukka Harlanda: Pebisnis Sepatu Kulit Tajir Bermodal Rp 7 Juta
Lucas menjelaskan saat proses tersebut, kulit sapi mentah (hides atau skins) kemudian diolah menjadi kulit jadi atau kulit tersamak (leather). Pada proses penyamakan ini semua bagian kulit mentah yang bukan kolagen dapat mengadakan reaksi dengan zat penyamak. Sehingga akhirnya akan terbentuk kulit jadi yang bentuknya sangat berbeda dengan kulit mentah dan memiliki sifat organoleptis, fisis, maupun kimiawi. Kulit tersamak ini yang menjadi bahan baku pembuatan berbagai produk Voyej mulai dari jenis short wallet (dompet pendek), sabuk, tas dan berbagai macam aksesoris lainnya.
“Keunikan dari produk ini adalah memang hampir 90% bahan baku kita menggunakan kulit nabati sapi. Jadi raw materials asli kulit sapi dengan warna natural,” tambahnya.
Tidak hanya itu, seluruh produk Voyej menggunakan jahitan asli tangan para pengrajin. Cara ini dilakukan Lucas agar produk Voyej terkesan lebih alami dan original.
“Semua proses nya itu handmade dengan jahitan tangan. Semua dikerjakan oleh orang lokal yang biasa sehari-hari bikin dompet jahitan tangan,” katanya.
Baca juga: ‘Si Cantik’ Fenny Angela Pebisnis Perhiasan Lokal Hingga Go Internasional
Pemilihan bahan dasar kulit sapi asli ditambah jahitan tangan diakui Lucas adalah strategi Voyej agar mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat khususnya untuk produk fashion. Menurut Lucas saat pertama kali dirintis sejak 2011 lalu, bisnis semacam ini masih terbilang baru dan belum berkembang. Bisnis ini justru moncer di Amerika dan Jepang karena sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
“Jadi belum ada brand local yang buat semacam ini. Mungkin ada saat itu satu brand yang buat bisnis semacam ini, tapi kelemahannya harganya terlalu mahal dan desainnya ribet untuk pasar Indonesia. Jadi kita coba mengatasi hal itu dengan mengeluarkan dompet yang simple, fungsional, dan harganya kompetitif sehingga value nya di
masyarakat lebih tinggi,” tutur Lucas.
Yang istimewa dari produk Voyej adalah karena menggunakan kulit khusus, warna dompet, gelang, ikat pinggang dan gantungan kunci dapat berubah menjadi kecokelatan atau lebih gelap tergantung pada pemakaian dan atau perawatan si pemakai. “Inilah keunikan produk kami,” ucapnya.
Jualan dari Mulut ke Mulut Hingga ke Mal Besar
Meskipun tergolong produk unik dengan bahan baku kulit sapi dan menggunakan jahitan tangan, pemasaran produk Voyej awalnya tetap sulit. Salah satu alasannya adalah karena banyak konsumen yang belum mengerti keistimewaan dari produk ini. Mau tidak mau, Lucas Cs harus mengedukasi pasar lebih dulu agar mudah membidik konsumen yang dituju.
Ia menceritakan pada saat pertama kali produk Voyej dipasarkan adalah melalui mulut ke mulut. Kebetulan Lucas cukup aktif di dalam salah satu organisasi yaitu Indonesia Denim Group (INDIGO). Dari sini, ia berani untuk menawarkan produk Voyej kepada anggota INDIGO.
“Saya pribadi dulu bergabung di satu komunitas yang bernama Indonesia Denim Group (INDIGO) kebetulan saya aktif di komunitas itu karena kita sering gathering bareng. Selain mereka kumpul-kumpul juga sebagian besar dari mereka itu mencari barang unik seperti dompet kulit dan sepatu kulit,” tuturnya.
Setelah dari mulut ke mulut, pemasaran juga dilakukan dengan berbagai macam cara seperti melalui online store dan mengikuti berbagai event pameran. Pemasaran Voyej juga melalui konsinyasi di beberapa gerai yang berada di mal besar Jakarta seperti di Pacific Place, Pondok Indah Mall, dan Lotte Shopping Avenue. Namun dari berbagai macam cara pemasaran yang dilakukan, 60% pendapatan Voyej justru didapat dari penjualan melalui online store.
Baca juga: Sunny Kamengmau: Lulusan SMP yang Sukses ‘Invasi’ Tas Robita ke Pasar Jepang
Lucas juga menambahkan Voyej memang membidik konsumen pria berusia 18-28 tahun yang tergolong kelas menengah-atas. Maklum produk Voyej tergolong tidak murah. Harga sebuah dompet saja misalnya dibanderol Rp 800 ribu-1,8 juta, sedangkan ikat pinggang seharga Rp 500 ribu dan tas bisa mencapai Rp 3,3 juta.
“Jadi memang Voyej menjadi brand premium. Selain harganya tinggi, kita kemas produk dengan bagus atau istiahnya packaging premiumnya bagus. Kemudian selain itu juga bagaimana orang percaya kepada produk kita? awalnya kta megang satu komunitas tadi. Jadi itu target utama kita. Orang di komunitas itu akan beli produk kita dengan mudah dan kita juga berikan edukasi,” tuturnya.
Karena harganya yang mahal, Lucas Cs lantas adalah memberikan fasilitas full services kepada para pelanggan setia produk Voyej. Bentuknya semacam memberikan perawatan atau treatment khusus seperti pemberian minyak mink oil treatment agar produk Voyej lebih awet dan tahan lama. Meski mahal, Lucas menegaskan produk Voyej bisa bertahan hingga 8 tahun apabila dirawat dan digunakan dengan cara yang benar.
“Kita juga memberikan services dan treatment khusus seperti memberikan oil pelembab. Kita juga aktif memberikan promosi kepada mereka. Yang tidak kalah penting produk kita ini tahan sampai 8 tahun,” tekannya.
Hingga kini seluruh produk Voyej sudah dipasarkan di berbagai kota besar di Indonesia, sebut saja Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta hingga Bali. Dengan modal hanya Rp 40 juta, kini Lucas Cs mampu meraup omzet hingga rata-rata per bulan mencapai Rp 400 juta.
“Modal dari Rp 40 juta sekarang punya omzet Rp 400 juta/bulan. Tahun lalu kami mendapat omzet rata-rata per bulan hampir Rp 350 juta,” katanya.
Bidik Pasar Australia dan Eropa
Selain memasarkan di berbagai kota besar di Indonesia, Lucas Cs berhasil menjual Voyej hingga keluar negeri. “Kita juga diekspor ke luar negeri itu Singapura, Thailand dan Malaysia sempat di Hongkong juga,” ungkap Lucas.
Ekspansi penjualan produk Voyej keluar negeri sudah dilakukan sejak 2 tahun lalu atau tepatnya di tahun 2014. Saat ini, pasarnya bertambah hingga ke Amerika Serikat (AS). Diakui Lucas, Voyej memiliki 4 pembeli (buyer) tetap dimana setiap kali transaksi jumlahnya mencapai US$ 2.000-3.000/buyer.
“Saat ini kita memiliki active buyers ada 4 yaitu masing-masing di Malaysia, Singapura, Thailand dan ditambah Amerika Serikat,” tambahnya.
Menurut Lucas, pangsa pasar Voyej sebenarnya cukup luas. Apalagi produk Voyej memiliki keunikan dan nilai tambah seperti penggunaan kulit sapi asli dan dikerjakan sepenuhnya dengan menggunakan tangan (handmade).
Hanya saja menurut Lucas akses pasar internasional masih cukup terbatas. Padahal bila dijual di luar negeri, produk Voyej bisa dihargai lebih tinggi bila dibandingkan harga rata-rata di dalam negeri untuk produk yang sama.
“Sekarang pasarnya memang masih besar di dalam negeri, porsi luar negeri hanya 20%. Tetapi segmennya (harga) berbeda misalnya untuk produk dompet kulit bila dijual di dalam negeri itu harganya Rp 800 ribu/pcs, di luar negeri bisa mencapai US$ 100,” paparnya.
Baca juga: Mengenal Moses Lo, CEO Xendit yang Dikira Orang Indonesia
Ke depan, Voyej bakal menyasar pasar Eropa dan Australia. Lucas optimis kedua pasar ini cukup menggiurkan terutama untuk menaikkan pendapatan Voyej.
“Sekarang kita incar pasar Australia dan Eropa. Pasar Australia lebih menantang karena produk lokal nya juga banyak sehingga produknya kita bisa bersaing di sana. Kemudian pasar Eropa cukup potensial karena banyak masyarakat Eropa yang suka terhadap produk kulit dan buatan tangan. Saat ini lagi proses (pengurusan administrasi) mungkin 2 bulan ke depan kita bisa ekspor ke Eropa,” tegasnya.
Kerja keras, ulet dan tidak mudah menyerah membuat Lucas belajar banyak bagaimana sulitnya membangun bisnis Voyej. Bisnis yang sudah ditekuni selama 5 tahun itu kini mulai besar dengan pangsa pasar tidak hanya di dalam negeri tetapi sampai keluar negeri.
“Bisnis ini ada karena peluang dan peluang sangat membantu sekali bisnis ini bisa berkembang,” ujarnya.
Meski sudah mencapai kesuksesan, Lucas tidak besar kepala. Ia punya pesan khusus kepada pengusaha lain agar usaha yang digeluti Anda bisa mengikuti kesuksesan yang diraih Voyej saat ini.
Baca juga: Thierry Detournay Si Kreator Sukses Cokelat Jawa Cita Rasa Belgia
“Boleh bersikap idealis tapi harus melihat perkembangan trend yang ada. Agar bisnis kita tidak terlalu kaku dan bisa bertahan di era perubahannya yang pesat,” tutup Pria kelahiran 30 April 1989 itu.
Penulis: Wiji Nurhayat Editor: Wiji Nurhayat