Keprihatinan Dimas Aritejo, M. Catur Gunandi, dan M. Najib Wahab pada makanan tradisional yang semakin terpinggirkan justru melahirkan sebuah ide bisnis yang menjanjikan. Bagi mereka, makanan tradisional Indonesia memiliki cita rasa yang unik dan cocok dengan lidah orang Indonesia. Hanya saja, makanan tradisional identik dengan jajanan pinggir jalan, kurang higienis hingga terkesan tidak berkelas.
“Oleh karena itu kami ingin mencoba mengangkat kuliner tradisional Indonesia hingga menjadi jajanan yang berkelas dan bergengsi, disukai, dan dibanggakan oleh masyarakat Indonesia. Dari situlah kami sangat serius ingin membesarkan bisnis Cireng Salju ini,” ungkap Dimas Aritejo kepada indotrading.com, Rabu (22/6/2016).
Sejak dimulai 2 tahun yang lalu atau tepatnya di tahun 2014, pertumbuhan bisnis Cireng Salju sudah terlihat cukup pesat. Modal awal yang dikeluarkan cukup besar yaitu Rp 100 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli mobil box bekas, biaya kontrak rumah produksi, serta biaya marketing.
Jumlah distributor awalnya hanya 2-3 orang. Tetapi dengan pertumbuhan bisnis yang relatif cepat, jumlah distributor semakin bertambah, sehingga kini memiliki ribuan reseller. Cireng Salju hanya perlu waktu 1 tahun 2 bulan untuk mendapatkan omzet Rp 1 miliar/bulan.
Baca juga: Pernah Terlilit Utang Rp 2 M, Wanita Ini Sukses Berbisnis Selai Beromzet 20 Juta/Bulan
“Saat ini omzet tertinggi usaha kami adalah Rp 1,2 miliar/bulan. Saat ini kami sudah mempunyai 2 rumah produksi milik sendiri, 1 rumah produksi sedang dalam tahap pembangunan, dengan 80-100 pekerja. Kami juga mempunyai ribuan reseller yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Dimas selaku Penanggung Jawab Marketing & Branding Cireng Salju.
Produk Cireng Salju sudah dipasarkan ke semua kota di Indonesia dari Aceh hingga Merauke dengan wilayah utama di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan. Pemasaran di Sulawesi, Maluku, dan Papua masih terkendala biaya pengiriman yang mahal sehingga menyebabkan harga jual produk ikut terkerek. Selain dijual di dalam negeri, produk Cireng Salju juga sudah dipasarkan di luar negeri seperti Malaysia, Jepang, Bahrain, Qatar, Arab, Jerman, Belanda, dan lain-lain.
“Ke depan tentu saja kami ingin menggarap pasar di luar negeri. Oleh karena itu, rumah produksi kami yang kedua juga sudah didesain sesuai dengan standard pabrik sehingga produk yang dihasilkan lebih memenuhi standard untuk pemasaran ke luar negeri. Produk yang ingin kami dorong ke luar negeri adalah Cuanki Salju dan ke depan akan kami siapkan juga produk-produk juara lainnya,” kata Dimas.
Hambatan Menjalankan Bisnis
Meski begitu, bisnis Cireng Salju ini tak selalu berjalan mulus. Sejak awal merintis bisnis ini, mereka sempat mengalami kesulitan dalam menjual produk. Bahkan beberapa kali produk yang dibuat tidak laku terjual. Oleh karena itu, beberapa kali hasil produksi yang tidak habis terjual di hari itu akhirnya dibagikan kepada saudara, teman, atau ke Panti Asuhan.
Kendala yang paling sulit, menurut Dimas adalah human resources. Mereka sempat kesulitan memenuhi permintaan pelanggan yang saat itu sedang tinggi sementara produk sudah hampir habis karena terbatasnya jumlah pegawai. Bahkan, mereka juga dikomplain oleh para distributor yang membutuhkan produk dalam jumlah yang banyak, namun produk tidak tersedia.
“Dari segi SDM kami juga pernah beberapa kali menghadapi turn over pegawai yang cukup tinggi, sedangkan merekrut serta melatih pegawai baru agar bisa langsung tune in dengan pegawai lama juga cukup menantang,” ujar Dimas.
Namun, semua kendala tersebut akhirnya dapat diatasi dengan kekuatan dan kerja sama tim.
“Kami tingkatkan komunikasi di internal tim, kami fokus mencari solusi atas masalah yang kami hadapi, dan kemudian kami membagi tugas sesuai bagian dan keahlian masing-masing. Semua masalah tidak mungkin kita bisa pecahkan sendiri, dibutuhkan kontribusi semua tim,” kata Dimas.
Baca juga: Kisah Sukses ‘Bos Kerupuk’ Harry Susilo Bangun Sekar Group
Harapan Besar ke Pemerintah
Dari perjalanan ia membuka bisnis Cireng Salju hingga meraih kesuksesan saat ini, Dimas membagikan tips bagi para pebisnis lainnya. Bagi Dimas, pebisnis yang ingin sukses harus benar-benar tahu apa alasan untuk terjun membuka bisnis. Kemudian dukungan tim yang solid, mental yang kuat, serta perencanaan bisnis yang baik juga amat penting. Terakhir, fokus terhadap bisnis serta mendelegasikan pekerjaan pada ahlinya juga tidak boleh dilupakan.
Kemudian Dimas juga tidak menyangka bila Cireng Salju dapat mengubah hidup banyak orang. Tak hanya itu, Cireng Salju juga memberikan program umroh dan haji gratis kepada para distributor yang terpilih. Hal ini sesuai dengan motto hidupnya. “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk sesamanya,” katanya.
Meski sudah meraih kesuksesan, Dimas berharap pemerintah bisa memfasilitasi dan mengajak lebih banyak UKM di Indonesia agar bisa Go International. Selain itu, ia juga berharap pemerintah bisa memberikan pelatihan/workshop gratis hingga keringanan pajak bagi UKM Indonesia.
“Berbeda dengan perusahaan besar dengan modal yang besar, UKM justru butuh banyak dibantu hingga menjadi besar, dan jika sudah besar bisa berkontribusi lebih banyak buat masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Baca juga: Pendiri Wardah: Membangun Bisnis Tidak dengan Cara Instan
Penulis : Erlin Dyah Pratiwi
Editor : Wiji Nurhayat