Pameran INAMARINE dan INAGREENTECH 2016 resmi dibukan di Hall A, Jakarta International EXPO Kemayoran pada pagi tadi (18/5). Acara pameran ini rencananya akan berlangsung selama tiga hari yaitu dari 18-20 Mei 2016. Setelah berjalan selama 5 tahun berturut-turut, kali ini pada penyelenggaraannya yang keenam, pameran ini memusatkan perhatiannya pada komponen-komponen listrik dan peralatan galangan kapal. Salah satu teknologi listrik yang menjadi pusat perhatian dari pengunjung adalah tenaga listrik yang dihasilkan melalui panel surya. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini pengembangan teknologi listrik dengan menggunakan tenaga surya sedang dalam pengembangan yang begitu besar baik di dalam negeri dan di luar negeri. Para pelaku dunia usaha semakin menyadari bahwa tenaga listrik yang mengandalkan cahaya matahari memungkinkan efesiensi biaya yang cukup besar bagi bisnis mereka.
Tujuan utama lainnya yang membuat banyak orang yang berusaha untuk mengembangkan teknologi pembangkit listrik dan lampu tenaga surya adalah karena adanya isu-isu perubahan iklim yang sudah digalakkan oleh beberapa organisasi lingkungan hidup dunia seperti Greenpeace misalnya. Program pembangunan pembangkit listrik tenaga surya diharapkan akan menjadi padanan yang seimbang terhadap pesatnya pertumbuhan penggunaan lampu LED yang sudah marak sejak beberapa tahun belakangan. Percepatan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya menjadi harapan besar bagi banyak bidang usaha karena pemerintah sudah mencanangkan rencana kerja untuk 5 tahun mendatang. Dalam 5 tahun mendatang pemerintah ingin membangun jalan raya sepanjang 2650 km, 3258 jalur kereta api, 24 pelabuhan besar, 60 dermaga fery, 15 bandara modern, 14 kawasan industri dan 49 waduk. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut tentu butuh perencanaan dan manajemen listrik yang memadai.
Di bidang maritim, kabar yang kurang baik diterima Indonesia khusus untuk jalur perdagangan internasional. “Lintas perdagangan barang internasional saat ini sedang mengalami kelesuan, entah sampai kapan. Untungnya Indonesia masih terbantu dengan masih kuatnya lintas perdagangan antar pulau di dalam negeri, ujar Carmelita Hartoto selaku Ketua Umum INSA (Indonesia National Shipowners Association).” Bagi banyak pengusaha kasus pembajakan kapal yang terjadi di Filipina hampir satu bulan yang lalu menjadi salah satu ancaman baru bagi ketenangan para pengusaha yang ingin mengirimkan barang-barangnya melalui jalur internasional. Untungnya masalah ini sudah berhasil diselesaikan oleh pihak TNI.
Selain masalah dalam jalur perdagangan internasional yang sepi, Indonesia memiliki masalah dalam pengembangan teknologi maritim terutama dalam hal manufaktur. “Indonesia sampai saat ini belum mampu untuk melakukan assembling terhadap kapal-kapal laut komersial, dengan adanya pameran ini paling tidak nanti kita akan mengetaui sedikitnya dimana kita akan mencari komponen-komponen yang dibutuhkan untuk merakit kapal,” ujar I Nyoman Sudiana selaku Perwakilan IPERINDO (Ikatan Perusahaan Industri Kapal Indonesia). Banyaknya perusahaan-perusahaan komponen perkapalan yang hadir dalam pameran kali paling tidak akan membuka jalan bagi pengusaha perkapalan Indonesia untuk bisa melakukan kontak langsung dengan mereka. (leo).
Padahal nilai investasi yang dianggarkan oleh pemerintah dalam mengembangkan teknologi perkapalan Indonesia mencapai 11,8 triliun yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2015 yang lalu. Pemberian dana investasi ini dibagi ke dalam tiga tahap, tahap pertama pada tahun 2015 diberikan dana sebesar 3,3 triliun, tahap kedua yaitu pada tahun ini diberikan 4,4 triliun dan tahap ketiga pada tahun 2017 akan diberikan 4,1 triliun. Pemberian investasi pembangunan ini secara khusus digunakan untuk membuat kapal patroli, kapal ternak dan ro-ro. Serta juga untuk sistem penavigasian, kapal induk perambuan dan kapal pengamat perambuan. (leo).