Industri alas kaki atau sepatu di Indonesia masih mengalami pasang surut. Padahal peluang pemasaran produk sepatu Indonesia cukup besar.
Sepatu merupakan salah satu produk fesyen dengan jumlah permintaan yang cukup tinggi di dalam negeri. Tidak hanya itu, produk ini juga banyak diekspor ke negara lain. Maka tidak heran, sepatu merupakan salah satu produk yang menyumbang devisa terbesar bagi Indonesia.
Baca juga: Mengenal Moses Lo, CEO Xendit yang Dikira Orang Indonesia
Sayangnya masih banyak kendala yang dihadapi industri sepatu di dalam negeri, salah satunya adalah masalah brand. Hal ini diungkapkan Kepala Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kementerian Perindustrian, Ratna Utarianingrum saat ditemui indotrading.com di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis (28/7/2016).
“Sebetulnya secara teknis kita memiliki beberapa keunggulan. Tetapi membangun brand itulah yang tidak mudah,” kata Ratna.
Bila dibandingkan dengan negara lain, produsen sepatu di Indonesia belum banyak mengerti arti penting brand. Padahal dengan brand ditambah kualitas mutu sepatu yang baik, produk sepatu yang dijual tentunya memiliki kelebihan, seperti memiliki daya saing.
“Sementara orang luar negeri mereka lebih mengemas brand terlebih dulu. Setelah brandnya kuat mereka pun menjadikan produk itu menjadi daya saing. Nah sementara kita dari awalnya adalah memikirkan produksinya yang dikuatkan tanpa memikirkan brandnya terlebih dahulu,” tuturnya.
Tetapi Ratna mengakui ada juga beberapa brand sepatu Indonesia yang sudah dikenal di dunia. Sebut saja Brodo Footwear, Blackmaster, Country Boots, Dr Faris, Moofeat, D-Island Shoes, Likers hingga Garsel. Tetapi jumlahnya cukup sedikit bila dibandingkan dengan jumlah produsen sepatu di Indonesia.
“Banyak juga brand sepatu indonesia yang diekspor,” tambahnya.
Menurut Ratna sudah seharusnya produsen sepatu di Indonesia mulai memberikan brand. Brand akan membuat produk sepatu yang dihasilkan memiliki banyak keunggulan, terutama persaingan harga dengan produk luar negeri.
“Tetapi kalau kita mampu dengan harga yang bagus kita pasti bisa bersaing,” cetusnya.
Secara kualitas, produk sepatu Indonesia memiliki banyak keunggulan seperti desain yang variatif. Maka tidak heran, banyak sepatu Indonesia yang menjadi buruan warga asing.
Ratna mencatat, ekspor produk sepatu Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Di tahun 2014 nilai ekspor produk sepatu mencapai US$ 4,11 miliar atau tumbuh dibandingkan angka ekspor tahun 2013 dan 2012 masing US$ 3,86 miliar dan US$ 3,6 miliar.
Baca juga: Yukka Harlanda: Pebisnis Sepatu Kulit Tajir Bermodal Rp 7 Juta
“Sepatu Indonesia itu terbilang sepatu yang banyak dicari orang. Karena kulit Indonesia itu selain bagus, orang Indonesia itu juga kreatif. Kemudian kita juga cukup tekun untuk mengerjakan sepatu sehingga menghasilkan kualitas yang bagus. Akhirnya sepatu Indonesia banyak dicari warga aing dan banyak juga brand luar negeri diproduksi di negara kita juga,” tukasnya.
Luncurkan Produk Sepatu Mahal Kualitas Lokal
Dengan menggagas pentingnya brand pada industri sepatu di Indonesia, Kepala Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kementerian Perindustrian, Ratna Utarianingrum meluncurkan sebuah sepatu premium dengan kualitas asli Indonesia. Sepatu tersebut diberi label brand Ekuator.
“Ekuator lahir karena terinspirasi dari kekuatan Indonesia dalam bidang sepatu kulit. Tujuan ini menginginkan bagaimana kemampuan Indonesia dapat membuat sepatu bagus dengan material dari dalam negeri. Kemudian dikenal secara baik, ada perencanaan bisnis degan baik tapi tetap mengikuti perkembangan zaman. Akhirnya kita coba degan brand Ekuator yang Indonesia banget,” paparnya.
Saat ini baru satu produsen sepatu yang memproduksi Ekuator dengan tujuh jenis desain yakni Fortuna Shoes yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Nantinya semua produsen sepatu yang berbasis Industri Kecil Menengah (IKM) bisa memproduksi sepatu Ekuator dengan memenuhi standar produksi dan kualitas yang sudah ditentukan. Pihaknya juga akan memberikan pelatihan kepada IKM yang berminat untuk memproduksi Ekuator.
Ia menegaskan tingkat kandungan dalam negeri pada sepatu Ekuator harus 80%. Sementara 20% lainnya masih harus diimpor seperti bahan alas sepatu atau sol yang diimpor dari Prancis.
Dengan kualitas premium, Ekuator dibanderol dengan harga Rp 2,5 juta/pasang. Sepatu khusus pria dewasa tersebut didesain dengan tujuh model pilihan, yakni Sumatera, Java, Bali, Madura, Celebes, Papua dan Borneo. Merek sepatu yang diambil dari letak geografis Indonesia itu dikemas dalam sebuah kardus yang dilengkapi dengan kain pembersih, sikat, semir, tali cadangan dan cairan pembersih. Saat ini pemasaran Ekuator masih sebatas dilakukan di website dan media sosial
Ratna berharap merek tersebut ke depan dapat disejajarkan dengan merek-merek sepatu berkualitas internasional lainnya. Sehingga menjadi kebanggaan Indonesia di dunia fesyen dalam negeri namun internasional.
Baca juga: Sunny Kamengmau: Lulusan SMP yang Sukses ‘Invasi’ Tas Robita ke Pasar Jepang
“Produksi sepatu ini yang pasti bahan material yang bagus, kulit bagus, teknologinya juga yang paling baik, selain itu juga dikerjakan oleh orang yang sangat berkompeten. Ini akan menaikkan image bahwa Ekuator ini dikerjakan secara benar, oleh orang yang benar dan dimanage secara benar,” tutupnya.
Reporter : Kumi Laila Penulis : Wiji Nurhayat