“Tebarkanlah energi positif seperti energi kerendah-hatian dan kesantunan, maka kita pun akan menuai hal yang positif juga,” Naufal Mahfudz (Direktur Umum dan SDM BPJS Ketenagakerjaan)
Menjalani hidup yang berstruktur dan terencana sepertinya memang pas disematkan pada sosok Naufal Mahfudz. Memilki pandangan jauh ke depan akan karirnya, membuat Naufal selalau memecut diri untuk disiplin dan tidak pernah mengeluh. Tidak heran jika ia tumbuh dan berkembang lebih cepat dari teman seusianya.
Berkat kecerdasannya pula memberinya banyak pilihan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan besar, sebut saja PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan Sony Multinational Corporation, salah satu perusaahan elektronik raksasa milik Jepang, serta Perum LKBN Antara. Belajar keras dan bekerja cerdas yang ia terapkan dalam pekerjaannya menjadikan sosok Naufal diperhitungkan dalam setiap karirnya, hingga akhirnya saat ini diberi amanah menjadi Direktur Umum dan SDM BPJS ketenagakerjaan.
Lalu seperti apa perjalanan karir yang dijalani ayah 3 (tiga) orang anak ini hingga ia sukses menjadi nomor satu di bidang Human Capital BPJS Ketenagakerjaan?
Awal Karir
Berkarir di bidang Human Capital (HC) atau Human Resource (HR) kurang lebih 25 tahun, membuat Naufal Mahfudz begitu memahami dan memiliki berbagai strategi jitu dalam menangani dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM). Bidang ilmu yang ditekuninya yakni Jurusan Sosial Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) dan bekal S2 dari PPM School of Management sangat menunjang sepak terjang Naufal pada masa selanjutnya.
Bagi Naufal berkarir dalam bidang Human Capital sangat menantang, bagaimana tidak, ia harus menghadapi ratusan bahkan ribuan orang dengan karakter yang berbeda-beda. Selain itu menurutnya baik dan buruk kinerja perusahaan atau organisasi ada di pundak SDM.
Mengawali karirnya Naufal sempat bekerja di salah satu perusahaan PMA Jepang di bidang shrimp catching atau penangkapan udang, dan ditempatkan di bagian bussiness development. Penempatan ini sesuai dengan bidang S1-nya Sosial Ekonomi Perikanan.
Kurang lebih 16 bulan bekerja di perusahaan tersebut, Naufal kemudian mendapat bea siswa studi S2 di Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Karena kuliahnya penuh waktu dan setiap hari harus hadir di kampus, Naufal memutuskan untuk berhenti bekerja, dan memilih untuk fokus studi Magister Manajemen dengan konsentrasi manajemen sumber daya manusia.
Namun ternyata, keputusannya untuk tetap fokus studi memberikan berkah yang lain. Ia dipertemukan dalam ketidaksengajaan dengan General Manager (GM) Pengembangan Manajemen dan SDM PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Kebetulan GM ini juga berkuliah di PPM untuk Program MM Eksekutif. Dari pertemuan tersebutlah Naufal ditawari bekerja di Wika, meski ia menjelaskan bahwa ia masih kuliah, ternyata tidak menyurutkan tawaran GM tersebut, Naufal dipercaya untuk bekerja part-time terlebih dahulu.
“Saya bekerja part-time dulu di Wika waktu itu, dan setelah selesai kuliah saya akhirnya full time bekerja di sana. Karena kebetulan tesis saya di bidang Human Capital (bidang SDM) saya ditempatkan di bidang SDM sebagai Senior Staff waktu itu. Kemudian karir saya meningkat menjadi Kepala Bagian kemudian menjadi Manajer Biro di Wika,” ungkapnya pada news.indotrading.com saat ditemui disela kesibukannya di ruang kerjanya di kantor pusat BPJS ketenagakerjaan.
Baca juga: Hadi Santoso: Presdir BRI Syariah yang Pernah Jadi Penjaga Pintu Hotel
Selanjutnya pada tahun 2001 Naufal mendapat kesempatan menimba ilmu ke negeri sakura. Kebetulan pada tahun 2001 ada kesempatan seleksi dari Japan Employers Federation (JEF) melalui Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk dikirim ke Jepang. Yaitu program yang disponsori oleh JEF atau Keidanren, semacam Kadin-nya Jepang, bagi pemuda-pemuda atau manajer muda se-Asia. Kebetulan perwakilan Indonesia hanya dua orang saja yang lolos termasuk dirinya. Selama kurang lebih satu tahun Naufal menjalani non-degree program tentang Japanese Culture and HR Management di Jepang.
Sepulangnya dari Jepang dan kembali bekeja di WIKA, selang beberapa tahun melalui lembaga executive search atau head hunter Naufal mendapat tawaran dari sebuah Multinational Morporation, yaitu Sony Corporation.
“Saya kemudian minta izin kepada Direktur SDM dan Pengembangan WIKA, untuk bergabung di perusahaan Sony. Setelah mendapat restu, pada tahun 2007 saya bergabung dengan Sony Corporation dan ditempatkan di di PT Sony Indonesia, saya bekerja di bidang HR juga,” ucapnya.
Belum lama ia mencicipi bekerja di perusahaan multinational, Naufal dihadapkan dengan pilihan yang berat. Ia ditawari untuk bergabung di perusahaan milik negara, dan waktu itu ia menyebutnya sebagai nation call. Naufal sempat merasakan dilema, di sisi lain ia masih ingin menikmati bekerja dengan sistem yang lebih perofesional, fasilitas yang mumpuni dan salary pun jauh lebih tinggi.
Namun setelah ia mempertimbangkan sangat matang dan berdiskusi dengan istri dan keluarganya, akhirnya ia pun memenuhi nation call tersebut. Ia kemudian akhirnya menjadi Direktur SDM dan Teknologi Perum LKBN Antara, sebelum kini ia menjadi orang nomor satu di bidang SDM BPJS Ketenagakerjaan.
“Akhirnya setelah diskusi dengan istri dan keluarga, saya pilih tawaran itu, meskipun salary dan fasilitas turun dibandingkan dengan perusahaan saya sebelumnya, saya tidak masalah. Pada tahun 2007 Antara dijadikan sebagai Badan Usaha Milik Negara, jadi banyak yang harus dibenahi terutama bagian Human Resource-nya,…nah… karena saya punya pengalaman di Wika, ilmu yang saya miliki dapat diaplikasikan di Antara, ditambah dengan pengalaman-pengalman saya waktu di Sony juga.” tandasnya.
Kerja Keras dan Mau Mempelajari Hal yang Baru
Karirnya yang terus meroket tidak serta merta hanya keberuntungan saja, melainkan lebih banyak adalah kerja keras di dalamnya. Dari sejak kecil Naufal termasuk anak yang ingin selalu tahu lebih banyak mengenai hal baru. Ia sangat suka membaca, bahkan di setiap hari Sabtu dan Minggu ia mengisi libur sekolahnya dengan membaca. Ia melatih dirinya untuk disiplin, dan kebiasaan positif itu kemudian mengkarat dalam diri Naufal dan terbawa hingga saat ini.
“Saya memang tumbuh menjadi anak yang ingin tahu hal baru, untuk memenuhi hasrat itu ya otomatis saya harus banyak membaca dan belajar. Di antara saudara-saudara kandung saya, yang sering banyak baca itu saya. Nah… ketika pertama kali bekerja di Wika, GM saya itu tipe orang yang keras mendidik saya, kalau bahasa dia itu begini -‘Ibarat sedang belajar berenang, sebelum kepala kamu kelelep saya nggak akan nolongin kamu’- jadi saya selalu diberi pekerjaan itu di atas porsi tugas dan kemampuan saya,” cerita Naufal mengenang.
Meski ia diberi pekerjaan di atas kapasitasnya namun tidak membuat Naufal mengeluh. Ia tetap menjalankan perintah atasannya dan mengerjakan semampu yang ia bisa.
“Saya tidak pernah mengeluh dengan pekerjaan yang dilimpahkan ke saya karena pada akhirnya saya jadi banyak tahu dan banyak bisa. Jadi kalau ada sesuatu yang baru, saya yang diminta dan diberi kesempatan. Dan saya tidak menolak setiap kali ditugaskan apapun oleh perusahaan, tentunya pekerjaan-pekerjaan yang benar, karena saya yakin dan percaya atasan atau perusahaan nggak akan menjerumuskan kita,”
Baca juga: Pernah Jualan Baju di Taman Puring, Bong Chandra Kini Sukses Jadi Bos Properti
Disiplin, kerja keras, mau mempelajari hal yang baru dan tantangan baru, menjadi prinsip yang kuat yang selalu ia terapkan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-harinya. Dan hal ini pulalah ia turunkan tidak hanya kepada anak-anaknya saja melainkan kepada staf-stafnya.
Terapkan sistim Harmonisasi dalam kepemimpinan
Perjalanan Naufal dalam meniti karir tidak hanya sampai di Antara saja, setelah berkarir selama kurang lebih delapan tahun, ia kemudian diminta untuk mengikuti seleksi Direksi di BPJS Ketenagakerjaan.
Setelah melewati beberapa proses seleksi, ia pun akhirnya terpilih dari ratusan orang yang mengajukan aplikasi untuk menempati posisi Direksi di BPJS Ketenagakerjaan. Naufal adalah satu-satunya dari direktur yang terpilih yang memiliki pengalaman panjang di bidang Human Capital.
Kiat tidak pernah mengeluh dan tidak pernah menolak untuk ditugaskan, baik itu pekerjaan atau apapun ternyata memberikan dampak besar sehingga mengantarkan Naufal hingga berada di titik saat ini.
Naufal berharap bekal yang dimiliki dari belasan tahun menapaki karirnya di Human Resource memudahkan ia dalam melakukan pengelolaan dan pengembangan SDM BPJS Ketenagakerjaan yang berjumlah lebih dari 5.000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas bagi perusahaan yang bergerak dalam public service ini, Naufal memiliki beberapa strategi jitu dalam mengemebangkan karyawannya.
Ia percaya bahwa manusia itu lebih bisa berprestasi jika dalam kondisi tenang dan relaks. Makanya ia lebih memilih untuk tidak me-pressure staf-staf-nya. Naufal pun memiliki cara sendiri yaitu memimpin dengan gaya memotivasi dan harmoni (keseimbangan).
“Kan ada orang memimpin itu dengan manajemen konflik. Kalau saya lebih bagaimana memimpin dengan harmoni. Dalam arti antara dunia pekerjaan dengan dunia sosialnya itu harus berimbang. Makanya hobi saya itu mengunjungi dan menyambangi ruang-ruang kerja karyawan, agar lebih dekat dan mengenal karyawan,” ungkapnya tegas.
Selain menerapkan harmoni dalam bekerja, Naufal pun melakukan internalisasi values untuk mewujudkan SDM menjadi Global People. Sebagai langkah dasar dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, ia dan tim menanamkan budaya organisasi yang disebut Iman ETHIKA (Iman, Ekselen, Teladan, Harmoni, Integritas, Kepedulian dan Antusias). Nilai-nilai ini ditanamkan sejak masa orientasi karyawan, sehingga sejak awal bekerja para karyawan telah memiliki paradigma yang sama.
Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Anne Avantie: Pengusaha Sukses yang hanya Lulusan SMP
“Dasar dari semua itu adalah iman dan integritas. Seseorang kalau sudah berintegritas akan taat pada aturan, orang yang berintegritas tentu beriman. Orang yang beriman akan menjalankan perilaku yang baik sesuai perintah Tuhan, selalu bersyukur dan bekerja dengan ikhlas. Ketika dia sudah beriman maka akan menjadi teladan. Selain berintegritas juga team work, jadi semua tercapai juga karena kerjasama tim,” papar pria kelahiran 09 April 1967 ini.
Tidak pernah letih ia pun tetap gencar menerapkan dan menanamkan nilai-nilai tersebut kepada karyawan BPJS Ketenagakerjaan, salah satunya melalui kegiatan morning briefing yang dilakukan setiap pagi. Melalui tatap muka tersebut mengalir story telling dari Naufal dan juga setiap karyawan yang menghadiri acara itu.
“Mereka bercerita tentang kejadian sehari-hari yang mereka temukan, melalui penuturan spontan ini, diharapkan lebih bisa menyentuh sehingga tercipta kebersamaan,” tandasnya.
Lakukan Terobosan
Pria yang tengah menyelesaikan studi Program Doktor (S3) nya di Sekolah Bisnis IPB ini sadar betul memimpin SDM di organisasi milik negara dengan ribuan karyawan itu sangatlah tidak mudah, banyak sekali tantangannya. Apalagi saat ini adanya generation gap yakni gen boomers, gen X dan gen Y. Tidak mudah menyatukan ketiga generasi ini.
Salah satu cara agar ia dapat masuk dalam generasi tersebut, Naufal pun memilih gaya kepemimpinan yang casual. Di BPJS Ketenagakerjaan sendiri memiliki kurang lebih 68% gen Y atau generasai milenials dimana karakter yang dimiliki nya itu lebih ekspresif dan lebih fasih terhadap tekhnologi. Sementara sisanya adalah gen X dan gen boomers.
“Nah sebagai pemimpin saya harus men-sinergikan dua generasi ini. Memang tidak mudah tetapi banyak cara, yang saya lakukan untuk menyatukan mereka ini salah satunya dalam acara employee gathering. Saya mengharuskan mereka untuk saling mengenal budaya generasinya satu sama lain. Yang ringan-ringan saja dulu misalnya bahas soal hobinya, budayanya, lagunya, dan lain-lain,” papar Naufal.
Agar tercipta suasana lingkungan kerja yang seru, asyik dan kondusif, berbagai terobosan fundamental pun tengah dipersiapkan. Saat ini BPJS Ketenagakerjaan telah selesai membangun dan mengoperasikan Institut BPJS Ketenagakerjaan yang akan menjadi center of excellent bagi optimalisasi pengembangan SDM khususnya di bidang jaminan sosial.
Baca juga: Mengenal Budi Yulianto, Pengusaha Sukses Asal Bangka Belitung Pemilik 29 Perusahaan
“Ya itu corporate university yang kita bangun di Bogor untuk mendidik, melatih dan mengembangkan SDM kita,”
Selain itu terobosan lainnya yang akan dilakukan oleh lembaga berbadan hukum publik ini adalah membentuk lembaga sertifikasi profesi khusus pengelola jaminan sosial ketenagakerjaan yang akan menerbitkan sertifikat salah satunya untuk personil HRD perusahaan yang mengelola BPJS ketenagakerjaan.
“Kita membentuk lembaga sertifikasi profesi ini untuk melakukan sertifikasi terhadap HRD-HRD di perusahaan. Supaya mereka paham, kalau sudah paham kita akan mudah mengurusnya,”
BPJS pun menerbitkan jurnal ilmiah tentang jaminan sosial dengan mengundang para ahli dari dalam dan luar negeri. Bahkan tahun lalau Naufal pun didukung penuh oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan membuat terobosan bekerjasama dengan beberapa universitas ternama dalam dan luar negeri untuk mengirim karyawan mereka ke luar negeri dengan bantuan beasiswa. Beberapa sinergi yang terjalin diantaranya dengan Combridge Judge Business School, United Kingdom, Melbourne University, Australia, Universitas Gajah Mada (UGM) serta Institut Pertanian Bogor (IPB).
“Terobosan-terobosan ini dilakukan untuk mewujudkan mimpi BPJS Ketenagakerjaan menjadi center of excellent dari social security system yang ada di Indonesia. Selain itu juga untuk mengelola kompetensi dan menanamkan loyalitas karyawan, serta menadi Badan Hukum Publik yang berintegritas,” pungkasnya mengakhiri.
Penulis: Kumi Lailla