Umurnya baru berusia 25 tahun, namun Tirta Mandira Hudhi kini sudah menjadi seorang pebisnis muda yang sukses. Tirta begitu akrab dia disapa, sudah bisa mengantongi pendapatan hingga jutaan rupiah setiap bulan. Jenis usaha yang dibuka pun cukup sederhana yaitu jasa pembersih sepatu.
Seperti dilansir Kompas, Kamis (9/6/2016), Tirta memulai bisnis ini di tahun 2014. Pemicunya adalah hujan abu vulkanik Gunung Kelud yang melanda Yogyakarta. Abu vulkanik membuat sepatu miliknya kotor sehingga mau tidak mau ia bersihkan.
Tidak disangka, teman-teman satu kos-nya mulai melirik keterampilan dan keuletan Tirta membersihkan sepatu. Teman-temannya tidak sungkan meminta Tirta untuk membersihkan sepatu milik mereka. Dari kejadian itu, Tirta semakin optimis, keterampilannya bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan.
Lantas setelahnya, Tirta juga semakin gencar mempromosikan jasa pembersih sepatu, salah satunya lewat media sosial. Bisnis kemudian tersebar sehingga makin banyak orang tertarik. Hasilnya, banyak permintaan sepatu kotor yang datang ke tempat kos Tirta untuk dibersihkan.
“Hujan abu vulkanik Gunung Kelud itu memudahkan rezeki bagi saya. Peristiwa tersebut benar-benar mengubah segalanya dalam usaha (jasa pembersihan sepatu) saya,” kata Tirta, pria kelahiran 30 Juli 1991.
Tirta kemudian memberikan nama usaha jasa pembersihan sepatu sepatu milknya, Shoes and Care. Pemberian nama Shoes and Care sebenarnya diakui Tirta adalah usaha yang pernah dia rintis yaitu bisnis penjualan sepatu sekitar tahun 2010-2011. Namun sayang, kala itu usahanya gagal dan bangkrut.
Setahun pasca gagalnya bisnis jualan sepatu, Tirta mengumpulkan sepatu-sepatu yang belum terjual. Sepatu-sepatu tersebut kondisinya kotor dan lusuh akibat terkena abu vulkanik. Kemudian ia mulai membersihkan dan kembali menjual sepatu-sepatu tersebut.
“Saya membeli cairan pembersih sepatu buatan Amerika Serikat dengan modal Rp 400.000,” ujarnya.
Kemudian dalam perkembangannya, pada 12 Oktober 2013 Tirta mulai menawarkan jasa pembersihan dan perawatan sepatu Shoes and Care melalui media Kaskus. Setelah itu Tirta mulai menerima permintaan jasa membersihkan sepatu sebanyak 20-30 pasang sepatu per bulan.
“Penghasilan saya waktu itu sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta tiap bulan. Cukup untuk menambah uang saku saya sebagai mahasiswa,” papar pria yang kuliah sebagai mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu.
Tirta menceritakan usaha Shoes and Care terus dikembangkan dan dipromosikan terutama menggunakan sosial media seperti Instagram, Facebook maupun Twitter. “Sejak itu banyak orang luar Yogyakarta yang mengirimkan sepatu mereka,” sebutnya.
Sedikit demi sedikit, pendapatan Tirta mulai bertambah menjadi Rp 8 juta-10 juta/bulan. Padahal saat itu, usaha promosi yang dia jalankan hanya melalui internet. Sementara pembersihan sepatu dilakukan di tempat kos-nya.
Kemudian, pada September 2014, bermodal pendapatan yang disisihkan, Tirta membuka gerai pertama Shoes and Care di sekitar alun-alun Selatan Kota Yogyakarta. Awal pertama kali dibuka gerai perdana, Tirta membuat sebuah konsep acara promo dengan tema Jogja Free Wash. Jadi sepatu warga Yogyakarta dapat dicucikan secara gratis alias tidak bayar. Acara ini yang kemudian disambut antusias oleh masyarakat Yogyakarta.
“Tiga bulan setelah pembukaan gerai, kami langsung balik modal,” katanya.
Setelah gerai pertama, Tirta berhasil menambah gerai lagi. Hingga kini, gerai Shoes and Care telah berjumlah 20 gerai. Dari jumlah itu, sebanyak 75% adalah milik pribadi Tirta, 25% lainnya dikelola dengan konsep kemitraan dengan pihak lain.
Saat ini, gerai Shoes and Care dapat ditemui dengan mudah di Jakarta, Bandung, Solo, Tangerang, Medan, Palembang, Semarang dan Depok. Bahkan ada juga gerai di Singapura. Tirta mengungkapkan bisnisnya ini mulai dilirik oleh masyarakat di luar negeri seperti Australia, Hongkong, Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.
“Mereka bisa mengirim empat atau lima pasang sepatu sekaligus. Jujur saja, ongkos pengiriman sepatu dari luar negeri lebih mahal daripada ongkos jasa kami,” tuturnya.
Tirta yang saat ini magang sebagai dokter muda di RS UGM mengungkapkan usahanya terus dikembangkan dalal bentuk inovasi yang berbeda. Tidak hanya sekedar membersihkan sepatu, Shoes and Care juga melayani jasa ‘penyembuhan’ sepatu. Seperti pembersihan, pewarnaan ulang, dan perbaikan sepatu.
Lalu produk perawatan dan perbaikan yang ditawarkan juga bertambah seperti tas, ikat pinggang dan dompet. Biaya jasanya juga cukup murah yaitu Rp 38.000 untuk pembersihan sepatu secara cepat. Usaha ini diakui Tirta menjadi pendorong usaha sejenis lainnya muncul di Kota Yogyakarta. Saat ini ada 42 jasa pembersihan sepatu dan sembilan diantaranya memiliki gerai.
Dari usahanya ini, Tirta tidak hanya mendapatkan omzet jutaan rupiah tapi juga mampu membuka lapangan pekerjaan.
“Dari 82 orang yang bekerja di Shoes and Care, ada beberapa yang dulunya anak jalanan. Saya memang ingin membantu orang-orang yang susah mendapatkan pekerjaan,” paparnya.
Kemudian, Tirta juga rutin menggelar acara berbagi ke panti asuhan di sejumlah kota. Tirta juga menegaskan, dalam membuka usaha jasa perbaikan sepatu Shoes and Care, ia hanya melayani jasa pengeleman sepatu bukan pengesolan.
“Kami hanya mau memperbaiki dengan mengelem karena tak ingin mengurangi rezeki tukang sol sepatu,” katanya.
Ke depan, Tirta tetap bercita-cita ingin menjadi dokter, tentunya di samping mengembangkan usaha Shoes and Care. Baginya kedua profesi tersebut tak bertentangan, tetapi justru menguatkan.
“Saya tidak ingin fokus cari uang dari profesi dokter karena sebagai dokter saya ingin fokus menolong orang. Makanya saya cari uang dari tempat lain,” pungkasnya.
Sumber : Harian Kompas
Editor : Wiji Nurhayat