Layaknya manusia biasa, seorang CEO kelas dunia tak pernah lepas dari kesalahan dalam hidupnya. Lalu, bagaimana cara mereka bangkit dari kesalahan hingga pada akhirnya berhasil meraih kesuksesan?
Tidak ada manusia yang sempurna, termasuk seorang CEO (Chief Executive Officer) terkenal kelas dunia sekalipun. Mereka juga pernah melakukan kesalahan dalam menjalankan bisnisnya, baik kesalahan yang terkesan sepele maupun kesalahan yang fatal. Tak hanya karir atau reputasi diri yang terancam, nasib perusahaan juga bisa menjadi taruhan akibat kesalahan yang dilakukan. Meskipun demikian, kita dapat belajar dari kesalahan tersebut agar tidak melakukan hal yang sama di masa mendatang, seperti 7 kesalahan berikut ini:
- Kesalahan Terbesar Steve Jobs yang Berkaitan dengan Apple
Steve Jobs dikenal sebagai salah satu CEO terbaik yang pernah ada di dunia. Sejak tahun 1997 sampai 2011 ia memberikan karisma yang luar biasa, mulai dari kecerdikan, inovasi, hingga gaya kepemimpinan yang berhasil membuat Apple Inc. menjadi perusahaan raksasa yang disegani dunia. Namun, tahukah Anda di awal kariernya bersama Apple, Jobs seringkali membuat keputusan yang salah dalam berbisnis.
Hal ini bermula di tahun 1977 dimana Steve Jobs menginginkan Mike Markulla tetap bertahan menjadi investor Apple. Markulla merupakan entrepreneur yang berpengalaman dan angel investor yang mengucurkan dana bagi Apple di awal bisnisnya. Setelah Markulla ditetapkan menjadi CEO Apple di tahun 1983, Jobs perlahan merasa terpinggirkan. Jobs tidak lagi menjadi decision maker tertinggi di Apple.
Steve Jobs selalu menginginkan dirinya menjadi CEO Apple, namun Board of Director seringkali berbeda pendapat dengannya, terlebih lagi di masa mudanya Jobs adalah tipe pemimpin yang memiliki temperamen tinggi. Ia juga dianggap kurang mampu memimpin rutinitas bisnis secara harian oleh para petinggi Apple waktu itu.
Jobs kemudian mengambil langkah dengan merekrut John Sculley, Sculley kemudian malah lebih memilih untuk bekerja sama dengan Markulla sehingga rivalitas antara Jobs dan Markulla semakin menjadi-jadi. Hal ini yang berujung pada pemecatan Steve Jobs pada 1985.
Kesalahan kedua yang dibuat Jobs ialah ketika Apple sudah go public pada 1980, Steve Jobs mendapatkan 7.5 juta lembar saham Apple. Ketika dipecat pada tahun 1985, ia hampir menjual semua sahamnya, namun akhirnya menyisakan beberapa supaya tetap mendapatkan laporan tahunan Apple.
Jika nilai 7.5 juta lembar saham milik Jobs direkalkulasi pada tahun 2012 saat nilai saham Apple per lembar bernilai US$ 600, jumlah kekayaan Steve Jobs seharusnya sudah berada di angka US$ 45 Milliar persis di bawah Carlos Slim yang pada tahun 2012 menjadi orang terkaya nomor satu dunia dengan nilai kekayaan US$ 49 Milliar.
Hampir tak mungkin mengkoreksi seorang Steve Jobs. Namun, yang bisa kita pelajari ialah sikap temperamental yang dimilikinya tidak baik untuk sebuah organisasi. Konflik internal adalah konsekuensi dari sikap Jobs yang single-minded individual.
- Kesalahan Tony Hayward yang Kelihatan Sepele, Namun Memberikan Dampak Besar
Masih lekat rasanya dalam ingatan kita ketika Teluk Meksiko pernah tercemari bocornya oil rig milik British Petroleum pada tahun 2010 yang lalu. Kebocoran oil rig ini dikenal dengan nama Deepwater Horizon Oil Spill. Hingga saat ini, wilayah bocornya oil rig ini masih menyimpan sisa-sisa kerusakan akibar kejadian tersebut.
Tony Hayward yang saat itu menjabat sebagai CEO British Petroleum otomatis bertanggung jawab penuh atas peristiwa bocornya oil rig di Teluk Meksiko yang mencapai 130 juta gallon ini. Karena wilayah terjadinya insiden ini masih menjadi bagian Zona Ekonomi Eksklusif Amerika Serikat, pemerintah AS pun turut campur tangan menangani masalah ini.
Saat itu Tony Hayward membuat sebuah kesalahan yang sulit untuk dilupakan publik. Ia mengatakan bahwa kebocoran tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan luas Teluk Meksiko. Hal ini membuat dirinya dikecam oleh para aktivis lingkungan hidup karena dianggap mengabaikan pencemaran lingkungan dan ekosistem. Protes juga berdatangan dari masyarakat Amerika Serikat.
Tak hanya dianggap gegabah dalam memberikan komentar kepada publik, peristiwa tersebut juga membuat British Petroleum merugi hingga US$ 40 juta. Pada tahun yang sama, tepatnya pada 27 Juli 2010, British Petroleum mengumumkan bahwa Tony Hayward akan digantikan posisinya oleh Bob Dudley. Kehati-hatian dalam berbicara menjadi hal yang perlu dipelajari dari kasus Tony Hayward ini.
Baca juga : 7 Kesalahan Public Speaker yang Bisa Merusak Reputasi Ini Harus Dihindari
- Kesalahan Besar Sir Richard Branson di Virgin Cola
Sir Richard Branson merupakan pemilik dari Virgin Group yang membawahi lebih dari 400 perusahaan. Bukan hal yang mengejutkan jika Richard Branson mengalami banyak sekali kegagalan dalam berbisnis. Hal ini dikarenakan begitu besarnya jumlah perusahaan yang berada di bawah naungan Virgin Group.
Virgin Group memiliki area bisnis yang sangat luas mulai dari perbankan, perbukuan, penerbangan komersil, penerbangan antariksa, barang-barang elektronik, film, produk kesehatan, internet, perhiasan, retail, travel, dan lain sebagainya. Salah satu kesalahan terbesar yang pernah dilakukannya ialah saat mendirikan salah satu subsidiaries Virgin Group yang bernama Virgin Cola pada tahun 1994. Produk yang diproduksi Virgin Cola hanya dijual di Virgin Cinemas dan Virgin Airlines sehingga Virgin Cola hanya mendapatkan keuntungan sebesar 0,5% dalam waktu 3 tahun.
Sebenarnya ada lebih dari 20 perusahaan subsidiaries Virgin Group yang tutup karena tidak mampu bertahan. Namun kesalahan dalam kasus Virgin Cola ini merupakan yang paling besar. Walaupun demikian, Richard Branson dianggap sebagai warga negara yang memiliki pelayanan kuat dalam bisnis oleh Kerajaan Inggris sehingga dirinya dianugerahi gelar kehormatan “Sir” di depan namanya pada tahun 2000.
Metode trial & error dalam bisnis merupakan hal yang biasa, namun hal tersebut akan sangat berbahaya jika seorang pengusaha tidak memiliki modal yang cukup banyak untuk melakukan eksperimen. Richard Branson termasuk orang yang beruntung karena dirinya bisa melakukan banyak sekali eksperimen karena modalnya begitu besar.
- Kesalahan Ronald Johnson di JC Penney
Ketika Ronald Johnson bergabung dengan JC Penney pada tahun 2011, ia mendapatkan sambutan yang begitu hangat. Hal ini dikarenakan track recordnya sebagai Senior Vice President bersama Apple Inc terbilang fantastis. Di bawah kepemimpinannya, Apple berhasil membuat memiliki lebih dari 400 store di seluruh dunia, termasuk outlet yang ada di Australia, China, Perancis, Jerman, dan negara-negara besar lainnya. Ronald Johnson juga dianggap berhasil menyulap retail store Apple yang tadinya membosankan menjadi penuh dengan gadget-gadget sehingga lebih menarik.
Kesalahan fatal yang dilakukannya bersama JC Penney adalah mencoba melakukan perubahan radikal dengan cara memutus hubungan kerja sama dengan beberapa agency iklan yang telah lama bekerja sama dengan JC Penney. Belum lagi, keputusannya untuk merumahkan 10% corporate staff dan middle manager. Hal ini membuat JC Penney tidak mampu bertahan. Setahun setelah Ronald Johnson masuk JC Penney, perusahaan tersebut mengalami kerugian sebesar 25%. Ronald Johnson akhirinya dipecat dari JC Penne di tahun 2013.
Pelajaran yang bisa kita ambil ialah dalam menjalankan sebuah organisasi, kita tidak harus merombak segala sesuatunya menjadi baru. Tidak mudah untuk melakukan perubahan dalam waktu singkat, maka tak heran apabila masa-masa awal perubahan perusahaan adalah masa paling krisis.
- Kesalahan Besar Mike Jeffries dalam Berbicara
Mike Jeffries pernah menjabat sebagai CEO Abercrombie & Fitch, perusahan retail terbesar di Amerika Serikat. Ia menjabat sebagai CEO di perusahaan tersebut sampai tanggal 9 Desember 2014 sebelum akhirnya mengundurkan diri. Ia pernah melakukan kesalahan fatal pada tahun 2006 karena pernah mengatakan bahwa toko-toko Abercrombie & Fitch hanya menginginkan wanita-wanita langsing dan cantik sebagai rekanan dalam berbelanja.
Ucapannya di tahun 2006 tersebut kemudian muncul di berbagai media online di tahun 2013. Walaupun akhirnya Mike menyatakan permintaan maafnya lewat Facebook, ia tetap tidak bisa merubah image perusahaanya di mata publik.
Pelajaran berharga yang perlu kita ambil ialah ketika seorang petinggi perusahaan memberikan pernyataan di depan media, ia harus berbicara sebagai orang yang merepresentasikan brand perusahaan. Jika ia salah bicara, bukan hanya citra si pembicara yang rusak, tetapi juga citra perusahaan.
- Kesalahan Bill Gates dalam Prediksi Bisnis Search Engine
Bill Gates telah membuktikan dirinya sebagai seorang yang visioner karena di tahun 1975 ia berhasil mendirikan Microsoft, mempionirkan Graphical User Interface di tahun 1985, serta memperkenalkan jutaan orang Amerika kepada internet pada tahun 1995. Namun, ia pernah melakukan kesalahan di tahun 2005 dalam memprediksi kesempatan bernilai miliaran dollar dalam bisnis Search Engine.
Sebenarnya Bill Gates telah meluncurkan sebuah perangkat mesin pencari pada tahun 1998, tepat disaat Larry Page dan Sergey Brin sedang merintis Google. Mesin pencari yang dimiliki Microsoft pada waktu itu ialah MSN Search. Namun, MSN Search kalah jauh tertinggal dibandingkan Google yang inovatif, cepat, dan memiliki akurasi yang tinggi dalam pencarian. Hal yang bisa kita pelajari dari kesalahan Bill Gates ialah kita tidak boleh mengabaikan kemampuan competitor walaupun mereka adalah pendatang baru sekalipun.
- Kesalahan Larry Page dalam Social Media Networking
Larry Page bersama Sergey Brin telah berhasil melakukan revolusi luar biasa dalam dunia digital dengan ditemukannya Google. Berawal dari tugas mencari kutipan ilmiah saat mereka masih berkuliah di Stanford University, mereka justru berhasil menemukan Google di sebuah garasi. Kini, Google terus berkembang dan berinovasi hingga menjadi mesin pencari raksasa tak tertandingi di awal abad ke-21.
Namun siapa yang menyangka bahwa Google yang dipimpin Larry Page tidak mampu mengembangkan Social Media Networking yang bagus seperti Facebook & Twitter. Google yang lalu pernah meluncurkan sebuah platform yang bernama Google Wave yang memungkinkan para penggunanya untuk mengkonversi email menjadi suara, lagu, atau video untuk dikirim ke pemilik akun-akun dalam bentuk aliran (wave) yang menyerupai chat room pada tahun 2009.
Lama kelamaan, orang menilai bahwa penggunaan Google Wave tidak efektif dan unuser-friendly. Hal ini disebabkan karena video tutorial Google Wave saja bisa menghabiskan waktu satu jam. Pemakaian Google Wave yang kompleks hanya membuat sedikit orang yang berminat pada platform ini sehingga pada tahun 2012 yang lalu, Google resmi menutup platform ini.
Google pada akhirnya mengeluarkan Google+ sebagai Social Media Networking terbarunya, meskipun tidak terdibilang sukses jika dilihat dari jumlah penggunanya. (leo/editor: erlin)