Bisnis start-up di Indonesia bisa dikatakan semakin hari semakin banyak diminati oleh beberapa kalangan masyarakat. Bisnis ini biasanya sangat identik dengan anak-anak muda yang masih berada di kisaran usia 26-32 tahun. Untuk masalah pendanaan dan sistem operasionalnya sendiri kebanyakan start-up lokal masih sangat membutuhkan dana dari investor-investor seperti Fenox Venture Capital, Skystar Capital, Convergence, GREE Ventures, Monk’s Hill Ventures, East Ventures, dan Cyber Agent Ventures.
Untuk menarik perhatian investor-investor tersebut tidaklah mudah. Hanya ada beberapa start-up yang akhirnya mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan para investor tersebut. Sedangkan bagi perusahaan start-up lain yang tidak mendapatkan suntikan dana dari investor seringkali terseok-seok dalam perjalanan bisnisnya.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan sebuah perusahaan start-up mengalami kegagalan dalam berbisnis. Berikut daftarnya berdasarkan 5 peringkat teratas yang dilansir oleh TechInAsia:
Tidak adanya kebutuhan pasar
Tidak adanya kebutuhan pasar adalah salah satu hal yang menyebabkan perusahaan start-up bisa menjadi gagal dalam bisnisnya. Konsep yang sangat unik hanya bisa dijalankan dengan baik apabila usaha start-up anda match dengan kebutuhan pasar yang ada di Indonesia. Hal ini sering terjadi pada sebuah perusahaan start-up yang mencoba melakukan perbedaan mencolok dari kebanyakan perusahaan start-up lainnya, namun mereka lupa untuk melakukan survey pasar.
Survey pasar akan sangat membantu perusahaan untuk mendapatkan market behavior. Untuk melakukan survey pasar, dana yang dibutuhkan lebih besar lagi, namun semuanya akan terganti saat perusahaan sudah berjalan. Tentu saja hal yang paling diincar oleh para pengusaha dengan melakukan survey pasar ialah spesifikasi pasar yang mereka tuju, kelemahan dan kelebihan pesaing, serta peluang yang akan mereka miliki jika bersaing dengan perusahaan yang sejenis.
Kehabisan modal
Sebuah perusahaan start-up bisa saja memiliki konsep yang unik, namun semuanya sangat tergantung dari modal yang dimiliki oleh pemilik usaha tersebut. Perusahaan start-up di Indonesia masih sangat mengandalkan investor dari luar negeri. Kehabisan modal sering dialami oleh perusahaan start-up karena setelah sistem operasional perusahaan berjalan, mereka gagal mendapatkan target perusahaan dalam jangka panjang sehingga modal yang digunakan sebagian besar habis untuk menombok kegiatan operasional perusahaan.
Selain karena target yang tidak tercapai, kendala kehabisan modal juga bisa dialami jika pengusaha kurang memperhitungkan faktor X di lapangan. Bisnis yang baru dibangun pertama kali akan sangat membutuhkan biaya-biaya kecil yang dapat menyebabkan pembengkakan pengeluaran, contohnya yaitu biaya listrik, biaya telepon, perbaikan peralatan elektronika seperti printer atau Air Conditioning, hingga masalah air minum.
Anda tidak mendapatkan tim yang tepat
Kendala seperti ini akan berujung pada kesalahan-kesalahan teknis di lapangan. Memang mendapatkan tim yang tepat itu tidak mudah serta membutuhkan perjuangan dan waktu. Namun lebih baik untuk mendapatkan tim dalam waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan memaksakan usaha berdiri dengan cepat, tapi persiapan sumber daya manusianya tidak matang.
Kalah Bersaing
Persaingan dalam bisnis start-up bisa dikatakan cukup ketat, namun hal yang paling esensial dan utama dalam sebuah persaingan adalah “Apa yang membedakan perusahaan start-up anda dengan perusahaan start-up orang lain?”.
Walaupun usaha tersebut memiliki sifat bisnis yang sama dengan Tokopedia misalnya, harus ditemukan apa yang menjadi ciri khas dari usaha anda. Sebagai contoh usaha tersebut pangsa pasarnya secara khusus ditujukan untuk anak-anak muda yang berusia 17 sampai 27 tahun. Dengan cara demikian, usaha anda akan mendapatkan sasaran yang lebih akurat dibandingkan dengan berusaha “mengikuti” bisnis sukses yang telah ada terlebih dahulu.
Masalah harga dan biaya
Masalah harga merupakan masalah lain yang sering menjadi hambatan berkembangnya sebuah perusahaan start-up. Perusahaan start-up juga sering mengalami kesulitan dalam menetapkan harga yang sesuai dengan kemampuan pasar. Ingat, perusahaan start-up yang sudah mapan sekalipun tidak mematok harga yang terlalu mahal terhadap klien-kliennya. Mereka tau betul bahwa bisnis start-up adalah model bisnis yang baru dan masih membutuhkan awareness dari masyarakat yang hanya bisa dicapai dengan cara kampanye yang masif. (leo)