Inspiration

Nur Handiyah Sulap Sampah Kulit Kerang Jadi Barang Mewah Bernilai Jutaan Rupiah

Semua yang kami miliki itu menjadi modal ya. Tadinya kan suami saya kontraktor tahun 2000 itu. Yang kami miliki seperti pesawat telepon, ada kendaraan mobil bak, itu semua kita manfaatkan untuk modal (bukan djual ya tapi dimanfaatkan),” tulis pemilik usaha Multi Dimensi Shell Craft, Nur Handiyah J Taguba. 

Sampah kulit kerang yang kerap kita jumpai di pinggir pantai masih dipandang sebelah mata oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Padahal tumpukan sampah kulit kerang justru dapat diubah menjadi barang-barang indah dan mewah, seperti yang dilakukan di rumah produksi Multi Dimensi Shell Craft.

Baca juga: Laku dibeli Kolektor Hingga Menteri, Gitar Bambu Adang Juga Sampai ke 12 Negara

Adalah Nur Handiyah J Taguba dan sang suami Jamie Taguba. Bagi mereka berdua, tumpukan sampah kulit kerang mampu menghasilkan uang hingga ratusan juta rupiah.

Nur yang merupakan wanita kelahiran Banyumas, Jawa Tengah bercerita bila ia mampu mengolah sampah kulit kerang menjadi berbagai macam barang pajangan antik misalnya vas bunga, lampu, piring, meja, kursi dan lain-lain. Barang-barang tersebut cocok diletakkan sebagai hiasan ruangan rumah dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Foto: Lampu bola dari kerang buatan, Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Lampu bola dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Nur menceritakan bila kisahnya ini dimulai sejak tahun 2000. Pada saat itu, Nur melihat banyak sekali tumpukan sampah kulit kerang yang ditemui di pinggir pantai. Dari situ, ia bersama sang suami berencana memanfaatkan sampah kulit kerang dan mengolahnya menjadi berbagai macam barang pajangan antik.

“Usaha saya ini berdiri dari tahun 2000 yang didirikan bersama dengan suami saya. Adalah kerajinan interior yang semuanya terbuat dari kulit kerang orang lebih memahami kerajinan kerang lah,” ungkap Nur kepada indotrading.com, Kamis (20/10/2016).

Baca juga: Jualan Furniture Dari Kayu Bekas, Andra Raup Omzet Rp 12 Miliar/Tahun

Melalui Multi Dimensi Shell Craft, Nur mulai menjalani bisnisnya ini di tahun 2000. Ia mengatakan saat memproses sampah kulit kerang terlebih dahulu dibersihkan hingga siap pakai. Kemudian fase selanjutnya adalah diolah serta didesain sesuai dengan kebutuhan. Sebagai penyangga agar barang pajangan dari kulit kerang bisa kuat, Nur menggunakan besi, alumunium sampai fiber glass.

“Tapi selain kerang sebagai supportnya kita menggunakan besi, ada fiber glass juga, ada alumunium tergantung produk yang dihasilkannya. Ada yang murni dari kerang saja tanpa disupport material lain,” jelasnya.

Foto: Kaca dan lampu dari kerang buatan, Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Memanfaatkan Sampah Kulit Kerang Dari Nelayan

Salah satu alasan khusus mengapa Nur Handiyah menekuni bisnisnya ini adalah tentu saja memanfaatkan sampah kulit kerang. Sampah kulit kerang kerap ia jumpai berserakan di kawasan pinggir pantai.

“Saya tertarik sekali ya ketika melihat sesuatu yang indah saya memang sangat menyukai sekali. Kemudian kami melihat potensi bahan baku kulit kerang Indonesia dengan lautnya yang sangat luas. Kulit kerang kan banyak yang dibuang ya,” tuturnya.

Baca juga: Jadi Miliuner, 4 Pengusaha Ini Dulunya Pernah Hidup Susah

Menurut Nur, sampah kulit kerang bisa diolah menjadi barang antik yang memiliki nilai jual. Namun sayangnya hal ini tidak dijadikan peluang oleh kebanyakan masyarakat Indonesia yang masih memandang sebelah mata.

“Cuma beberapa pengrajin saja yang memanfaatkan kulit kerang tersebut sebatas untuk gorden, manik-manikan dari kerang. Nah melihat hal itu kami pun mencoba mengaplikasikan barang-barang dengan menggunakan kulit kerang dengan sedikit knowledge yang kami pahami tentang kerang,” tuturnya.

Foto: Kaca dan lampu dari kerang buatan, Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Kaca dan lampu dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Akhirnya Nur mulai mengumpulkan sampah kulit kerang dari para nelayan di utara Jawa. Setiap ton kulit kerang dibanderol dengan harga Rp 1,5 juta. Bagi Nur, itu tambahan bagi para nelayan yang memang bukan nelayan khusus pencari kerang.

Setelah terkumpul dan dibersihkan, sampah kulit kerang tersebut lalu dikirim ke di Jalan Astapada Kavling 130, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kulit kerang lalu diolah menjadi berbagai barang pajangan rumah yang antik dan mewah.

Baca juga: Gitar Batik Buatan Guruh: Dipakai Gitaris Terkenal Sampai ‘Terbang’ ke 5 Negara

“Kalau kulit kerang ini dimasak dengan suhu sekian akan menghasilkan apa, kemudian jika dipadukan dengan bahan kimia tertentu kulit kerang itu akan menghasilkan apa,” tuturnya.

Dalam mendesain sampah kulit kerang, Nur awalnya dibantu oleh para pemuda yang ada di sekitar rumahnya. Ia sendiri mengaku tidak memiliki dasar sebagai seorang pengrajin kerang. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan Nur adalah seorang sarjana matematika dan bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan sang suami, Jamie Taguba adalah seorang mekanik dan kontraktor.

Foto: Kaca dan lampu dari kerang buatan, Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Lampu gantung dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Singkat cerita, usahanya mulai melejit setelah vas bunga dan piring yang dibuat dari kulit kerang miliknya mulai dilirik oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Cirebon. Setelah itu permintaan mulai meningkat dan Nur mulai menunjukan kemampuan lebih dalam mendesain sampah kulit kerang. Kemampuan dia dapatkan salah satunya dari masukan berbagai kalangan, termasuk dari para pembeli. Dari masukan tersebut, Nur mulai berani membuat lampu gantung sampai barang pajangan lainnya yang antik dan memiliki nilai jual cukup tinggi.

Baca juga: Resep Cap Lang Singkirkan Kompetitor Hingga Kuasai Pasar Lokal dan Internasional

“Di dalam perkembangannya kami pun bertemu dengan buyerbuyer. Yang datang dari Italia dan Prancis membawa ide-ide tentang desain interior. Mereka memberi masukan kemudian kami pun kembali memilki  mengolah kerang,” paparnya.

Alhasil bisnisnya berkembang cukup cepat. Nur dan Jamie mulai dikenal luas sebagai pengrajin sekaligus pengusaha barang pajangan antik dari sampah kulit kerang.

“Dan sebelum bisa diterima kami tentunya merevisi dulu sampai diterima oleh buyer. Nah setelah karya kami diterima itu sebagai hadiahnya atau lulusnya kami mendapatkan order dari mareka (buyer asing),” tukasnya.

Foto: Kaca dan lampu dari kerang buatan, Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Membangun Bisnis Dengan Modal Seadanya

Nur Handiyah J Taguba dan sang suami Jamie Taguba nekat membangun bisnis produksi barang pajangan dari sampah kulit kerang. Saat bisnisnya ini dimulai di tahun 2000, modal yang dikeluarkan tidak begitu besar. Nur dan suami hanya mengandalkan aset yang sudah ada.

“Semua yang kami miliki itu menjadi modal ya. Tadinya kan suami saya kontraktor tahun 2000 itu yang kami miliki seperti pesawat telepon, ada kendaraan mobil bak, itu semua kita manfaatkan untuk modal bukan djual ya tapi dimanfaatkan,” ungkap Nur.

Baca juga: Anniesa Hasibuan: Desainer Ternama yang Sempat Jualan Pulsa dan Hamburger

Agar lebih fokus untuk mengembangkan bisnisnya ini, sang suami Jamie Taguba memilih mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai kontraktor. Begitu pula dengan Nur yang memilih mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Keduanya mulai fokus dan bahu membahu membangun bisnis yang diberi nama Multi Dimensi Shell Craft.

“Iya betul. Memang harus fokus kan ya secara perlahan-lahan kami tinggalkan,” tambahnya.

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Kaca dan kursi berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Sementara itu, saat pertama kali memasarkan barang pajangan dari sampah kulit kerang, Nur memanfaatkan jaringan pertemanan yang cukup luas dari sang suami. Mereka berdua lalu menawarkan berbagai barang pajangan kulit kerang dengan harga promosi. Setelah itu, Nur dan Jamie mulai aktif mengikuti berbagai pameran untuk
memperkenalkan produk yang mereka jual.

Baca juga: Tips Mimpi Sejuta Dolar Dari Merry Riana: Percaya Diri dan Punya Komitmen!

“Termasuk dengan rekan-rekan kami, yaitu teman-teman suami saya di luar begeri apakah mereka butuh sesuatu atau apa. Selain itu rekan-rekan kami yang satu kota di Cirebon, yang di Pemda dan pemerintah setempat. Mereka bilang oh ini kulit kerang bisa diolah barang bagus dan bisa diikutkan pameran. Jadi itulah modal kami,”
tukasnya.

Rutin Ekspor ke Berbagai Negara

Nur Handiyah J Taguba mengaku setiap bulan rata-rata ia dan suami mampu mengirimkan 4 kontainer berisi barang pajangan yang dibuat dari sampah kulit kerang ke berbagai negara. Salah satu pasar terbesarnya adalah Uni Eropa seperti ke Jerman, Spanyol, Italia, Inggris, dan Prancis.

“Sebagian besar Eropa seperti Spanyol dan Prancis,” ungkapnya.

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Selain di Eropa, barang pajangan milik Nur juga dikirim ke negara-negara lain misalnya pasar Amerika Serikat (AS) hingga pasar Timur Tengah misalnya Arab Saudi, Kuwait, Irak dan Bahrain. Ia juga rutin mengirim ke negara-negara lain seperti Thailand dan Jepang sampai beberapa negara di Afrika.

“Kemudian negara-negara Amerika, ada dari Arab juga, ada Irak, ada Bahrain, ada Kuwait. Kalau ke Amerika kami ngirim rutin. Kalau di Asia kami kirim ke Thailand dan Jepang,” ucapnya.

Baca juga: Perjuangan Merry Riana Jadi Miliarder: Pernah Jadi Penyebar Brosur Sampai Pelayan Hotel

Nur dan sang suami Jaime Taguba berhasil menyulap sampah kulit kerang menjadi barang berkualitas ekspor sejak awal 2000-an. Tumpukan-tumpukan kulit kerang yang biasa menjadi sampah bagi para nelayan justru diubah menjadi barang-barang indah dan mewah di rumah produksi Multi Dimensi Shell Craft.

“Dari harga Rp 10 ribu juga ada semacam tempat perhiasan yang kotak kecil, dan kami pernah menjual suatu produk dengan harga hampir Rp 100 juta itu berupa gapura imlek. Itu untuk yang harga mahal memang customize,” imbuhnya.

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: lampu gantung dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Menurut Nur, hasilnya tampak di ruang pameran di Jalan Astapada Kavling 130, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Berbagai jenis karya berbahan dasar atau berbahan tambahan kerang ada di ruang paling depan. Memasuki ruangan itu, mata langsung berpapasan dengan lampu-lampu dan dinding berbalut kulit kerang.

Lampu-lampu itu terdiri dari berbagai bentuk, baik bundar seperti bola maupun dibentuk menyerupai buah-buahan seperti nangka dan duren. Dudukan lampu tak lepas dari kulit kerang. Demikian pula hiasan yang mengitari lampu yang menggantung pada langit-langit. Ruangan itu tampak benar-benar mewah.

Baca juga: Pernah Jualan Baju di Taman Puring, Bong Chandra Kini Sukses Jadi Bos Properti

Furnitur-furnitur pun tak lepas dari hiasan kulit kerang. Di ruang tengah, jika tak jeli, mata bisa tertipu. Di atas sebuah meja, ada sebuah vas dan bunga anggrek. Nampak seperti bunga asli, tapi sebenarnya semua terbuat dari kulit kerang, mulai daun, bunga, bahkan sampai tatakannya.

Di ruang itu pun, tampak replika beduk yang berlapis kerang serta berbagai kaca cermin yang sisi-sisinya dihiasi kulit kerang. Ada juga replika kerang mutiara tapi terbuat dari kulit kerang-kerang kecil. Tamu pun bisa menemukan barang-barang sederhana, seperti piring, bingkai foto, taplak meja, kotak tisu, dan kalung-kalung.

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Kursi duduk dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

“Kalau di Indonesia kami hanya menjual di tempat saja. Karena dulu awal-awal kami juga pernah mencoba untuk bisa berjualan di mal-mal seperti di Jakarta kemudian juga mal di Bandung dan di Cirebon. Tetapi pada saat itu tahun 2000 produk kami tidak direspon. Sadar diri mungkin produk kami tidak menarik bagi masyarakat, ya sudah kami tarik kembali dan akhirnya kami memajang di tempat kami sendiri,” tukasnya.

Pernah Mengalami Masa Sulit Hingga Kena Impas Ekonomi Global

Tidak mudah bagi Nur Handiyah J Taguba dan sang suami Jaime Tagub membangun bisnis Multi Dimensi Shell Craft atau tempat produksi pengolahan sampah kulit kerang menjadi barang pajangan bernilai jutaan rupiah. Bisnis yang dibangun di tahun 2000 ini pernah mengalami masa-masa sulit. Bahkan Nur mengaku bisnisnya juga terkena
imbas dari buruknya kondisi perekonomian global.

“Ya pada tahun 2010 dan 2011 itu boleh dibilang zaman keemasan kami para pengusaha handicraft itu memang saya rasakan sendiri. Tapi kalau ke sini usaha handicraft semakin menurun tidak hanya usaha saya saja melainkan juga usaha handicraft lainnya. Mungkin ini pengaruh dari kondisi ekonomi global,” kata Nur.

Baca juga: Ini Resep Jadi Pengusaha Sukses Ala Bong Chandra

Sebagai contoh, Nur menceritakan bila di tahun 2010 dan 2011 ia mampu mengekspor barang pajangan dari sampah kulit kerang ke berbagai negara sekitar 30 kontainer per bulannya. Tetapi hal itu tidak pernah lagi dirasakan setelah kondisi perekonomian global memburuk. Banyak negara yang mengurangi jumlah pesanan.

“Kami juga pernah dulu Spanyol biasa pesan hingga 30 kontainer lebih tiba-tiba jadi pesan 4 kontainer karena lagi krisis,” keluhnya.

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Lampu berdiri model jamur dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Selain itu Nur mengaku merintis bisnis ini susah-susah gampang. Ia harus menampilkan barang pajangan yang benar-benar sempurna agar dilirik oleh calon pelanggan. Kriterianya adalah barang pajangan memiliki tekstur halus (tidak kasar) serta ornamen atau model yang ditampilkan unik dan mewah.

“Yang pasti kami membuat produk itu sangat mengutamakan kualitas karena kalau hanya vas saja terus kemudian hasilnya kasar dan tidak rapi nanti tidak bisa menutup harga pokok produksi, jadi kepalang tanggung. Masyarakat yang mau membeli dengan hrga mahal karena mereka tahu kualitas karena proses produksinya yang lumayan mahal,” paparnya.

Baca juga: Ngeri, 3 Pengusaha Ini Sulap Kulit Ular dan Buaya Jadi Barang Mewah

Nur mengatakan pernah dikomplain oleh para pelanggannya karena barang pajangan miliknya tidak sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Dari situ, Nur belajar bagaimana ia dan 500 karyawannya harus mampu menghasilkan barang pajangan yang sempurna.

“Dari segi kualitas ya, meskipun ada barang yang hampir menyerupai atau bahkan sudah menyerupai tapi dari segi kualitas akan tetap berbeda,” tambahnya.

Di samping itu, fenomena fluktuasi mata uang rupiah terhadap dolar yang cukup cepat setelah terjadi krisis ekonomi di tahun 2000 juga ikut mengganggu kinerja bisnis Multi Dimensi Shell Craft. Akibatnya saat bisnis ini dibuka sempat mengalami masa down.

Foto: Kaca dan lampu berdiri dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

Foto: Lampu gantung dari kerang buatan Nur Handiyah J Taguba/Dok: indotrading.com

“Iya pernah, kami mengalami fase down, itu sejak memulai bisnis ini. Pada waktu itu tahun 2000 kan krisis moneter, suami saya selaku kontraktor pekerjaannya jadi tidak sebaik karena kenaikan dolar, terus usaha kami pun kena imbasnya sehingga penjualan kami selalu minus karena pergantian harga yang cepat imbas dari kenaikan dolar,” tuturnya.

Baca juga: Kisah Darwin Manurung: Dari Karyawan Pipa Toko Kini Jadi Bos Pipa

Kondisi ini sempat membuat Nur memiliki utang yang cukup besar. Tetapi utang-utang itu mulai berkurang seiring dengan membaiknya ekonomi nasional dan fluktuasi mata uang yang stabil.

“Nah karena kondisi itu kami terpaksa berhenti, kami tinggalkan pekerjaan utama kami ini. Untung saja saya masih punya gaji PNS meskipun sedikit dan punya kerja sampingan menjual kulit kerang. Itu masa-masa sulit pada waktu itu,” tutupnya.

Reporter: Kumi Laila   Penulis: Wiji Nurhayat

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top