Inspiration

Mengenal Moses Lo, CEO Xendit yang Dikira Orang Indonesia

“Jika kamu mempunyai sesuatu yang bisa kamu lakukan yang dapat merubah kamu dan memberikan hal positif bagi kamu. Lakukanlah!”

Indonesia merupakan salah satu negara pengguna ponsel terbesar di dunia. Namun sayangnya dari banyaknya pengguna ponsel, mayoritas pengguna justru tidak memiliki rekening bank atau alat instrumen perbankan lainnya, seperti kartu kredit.

Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang remaja bernama Moses Lo (28). Moses lantas membuat sebuah aplikasi digital yang bisa melayani transfer uang hingga menyimpan uang yang dinamakan Xendit. Aplikasi ini tersedia untuk perangkat Android maupun iOS.

Baca juga: Yukka Harlanda: Pebisnis Sepatu Kulit Tajir Bermodal Rp 7 Juta 

Sejak diluncurkan pertengahan tahun 2015 lalu, Xendit mulai mendapatkan tempat khusus di kalangan masyarakat. Software ini mampu mempermudah layanan pembayaran secara online seperti layanan transfer uang yang lebih aman, bersifat private hingga diklaim mengungguli layanan Venmo di Asia Tenggara.

Dengan Xendit, Moses memang menjadi salah satu pebisnis sukses di Indonesia. Tetapi kenyataannya, Moses bukanlah warga negara Indonesia melainkan berkewarganegaraan Australia.

Foto: Moses Lo/Dok: indotrading.com

Foto: Moses Lo/Dok: indotrading.com

Hal ini diungkapkan Moses saat ditemui indotrading.com di Mal Gandaria City, Jakarta, Senin (25/7/2016).

“Saya memang memiliki darah Indonesia. Ibu saya dari Bangka Belitung, ayah saya dari Melayu Singapura. Saya lahir di Singapura, study di Amerika dan sekarang berkewarganegaraan Australia,” ungkap Moses.

Meski demikian, Moses memang menjalankan bisnis hingga memiliki target untuk memasarkan Xendit di Indonesia. Alasannya adalah tentu saja pasar Indonesia yang cukup besar.

“Dan karena saya memiliki darah Indonesia, juga melihat market Indonesia yang bagus untuk berbisnis, ya kenapa tidak saya coba kembali ke Indonesia dan memberikan hal yang positif. Meskipun saya besar di USA (Amerika Serikat) tapi untuk membangun bisnis ini (Xendit) saya lebih tertarik di Indonesia,” tuturnya.

Dari Smartphone Menjadi Peluang Bisnis

Sejak diluncurkan sejak pertengahan tahun 2015, Xendit mulai banyak dikenal masyarakat Indonesia. Xendit menawarkan kemudahan layanan pembayaran secara online seperti mengirim dan menyimpan uang.

Dengan layanan transfer uang yang dimiliki Xendit, pengguna aplikasi terbaru itu bisa mengirim uang secara pribadi. Software itu juga dilengkapi fasilitas chatting dengan orang lain. Apabila Anda menyimpan uang di Xendit, Anda bisa mengirim dan meminta uang dari teman-teman Anda di layanan ini dengan nomor telepon. Lalu bagaimana latar belakang adanya Xendit?

Baca juga: Sunny Kamengmau: Lulusan SMP yang Sukses ‘Invasi’ Tas Robita ke Pasar Jepang

“Karena saya melihat di Indonesia orang-orang di bawah umur 40 tahun kehidupan sehari-harinya lebih dihabiskan menggunakan smartphone. Selain itu untuk melakukan pembayaran, ATM Banking masih general. Nah makanya saya berfikir apa solusinya untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan situasi tersebut untuk menjadi peluang bisnis,” papar CEO & Founder Xendit Moses Lo.

Kemudian Moses mencoba membuat sebuah aplikasi yang dapat menunjang seluruh kegiatan perbankan masyarakat. Dengan latar belakang yang dimiliki Moses, akhirnya Xendit benar-benar diciptakan dan beroperasi. Saat beroperasi, Perusahaan yang berbasis di San Fransisco Bay Area ini tidak hanya bekerja sama dengan bank-bank Indonesia, tetapi juga dengan sejumlah jaringan ATM dan perusahaan lainnya.

Foto: Moses Lo/Dok: Pribadi

Foto: Moses Lo (ketiga dari kanan)/Dok: Pribadi

“Ya ide awal karena saya backgroundnya adalah orang keuangan atau finance. (Mitra) Perusahaan teknologi, perbankan, startup, e-commerce,” sebutnya.

Sejak beroperasi, Moses mengatakan pengguna Xendit dapat menyimpan sejumlah uang ke Xendit. Kemudian mereka bisa mengirim atau meminta uang dari teman-temannya di layanan ini atau melalui nomor telepon.

Dengan kata lain, Xendit adalah layanan digital yang menawarkan proses pembayaran sesama rekan atau peer-to-peer payment. Moses bahkan menyebut Xendit sebagai mobile wallet untuk permudah pembayaran.

Xendit juga ingin menjadi pengganti sistem transfer antar rekening bank. Pengguna bisa menghubungkan kartu debit mereka ke Xendit, lalu mengirim maupun menagih uang dari rekan-rekannya. Dalam kasus jual-beli online lewat media sosial, penjual akan menagih biaya ke pembeli lewat Xendit. Semuanya tentu saja dalam mata uang Rupiah.

Yang menarik dari Xendit adalah layanan ini tak terbatas pada kepemilikan akun bank tertentu. Jika perlu mengirim uang ke teman yang mempunyai rekening di bank lain, Anda tetap bisa melakukannya lewat Xendit.

Baca juga: Thierry Datournay Si Kreator Sukses Cokelat Jawa Cita Rasa Belgia

Gampangnya, Xendit akan mengatur sendiri bagaimana aliran dana di balik layar dari satu bank ke bank lain. Pengguna tidak perlu khawatir akan biaya administrasi. Semuanya gratis dan segala risiko keamanan, berbagai informasi pribadi yang tersimpan telah dienkripsi hingga pengguna bisa mengaktifkan fitur two-factor authentication.

“Ya intinya untuk memberikan kemudahan dalam menyelsaikan payment (pembayaran),” tekannya.

Jadi Target Para Investor

Membangun Xendit menjadi keuntungan tersendiri bagi Moses Lo, CEO & Founder Xendit. Ia mengungkapkan sejak Xendit diluncurkan, aplikasi ini sudah banyak dilirik oleh para investor hingga menawarkan kesediaan untuk menyuntikkan modal.

“Kalau angkanya (investasi) kami tidak bisa menyebutkan berapa dan darimana. Tapi boleh dibilang investor kita datang dari yang berinvest di Facebook, dari USA (Amerika Serikat), Grab, Tokopedia, Traveloka,” sebut pria kelahiran Singapura, 15 Juli 1988.

Bahkan Xendit juga mendapatkan bantuan modal skala global dari YCombinator. Selain itu untuk menjalankan bisnis Xendit, Moses memiliki penasihat khusus alias mentor terkenal bernama Justin Kan. Justin Kan adalah seorang pengusaha dan investor internet asal Amerika. Dia dikenal sebagai Co-Founder dari platform Justin.tv dan Twitch.tv, serta aplikasi video social mobile Socialcam. Dia juga dikenal sebagai partner di firma modal ventura YCombinator.

“Pertama (modal) dari uang pribadi kemudian saya mendapatkan Co-Founder dari Amazone. Ada juga dua badan besar yang menyuntikan dana, Tapi yang menyuntikan dana lebih besar sih kita dapatkan dari investor kita boleh dibilang inkubator terbesar di USA namanya YCombinator. Kita juga mempunyai mentor namanya Justin Kan,” katanya.

Mendapatkan kepercayaan dari investor besar sekelas YCombinator bukanlah hal yang mudah. Penilaian yang dilakukan YCombinator diakui Moses cukup ketat. Namun dengan tim solid, Xendit mampu mendapatkan kepercayaan dari para investor.

Foto: Moses Lo/Dok: Pribadi

Foto: Moses Lo (tengah)/Dok: Pribadi

“Ya kami memang startup lokal Indonesia pertama yang mendapatkan invest dari YCombinator. Tidak mudah bagi kami mendapatkan invest dari mereka, karena YCombinator boleh dibilang inkubator terbesar di USA, jadi penilaiannya sangat selektif. Banyak hambatan kami menuju dealing, faktor utamanya adalah tim karena mereka ingin sebuah tim yang kuat untuk menjalankan bisnis (Xendit) ini. Tapi kami tak gentar kami terus mempresentasikan bahwa peluang bisnis untuk Xendit itu besar terutama di indonesia, dan itu terbukti saat kami meluncurkan, marketnya cukup bagus, itulah yang akhirnya membuat mereka mau invest dananya di Xendit,” kenang Moses.

Masuk Catatan Forbes dan Fokus Garap Pasar Indonesia

Xendit benar-benar membawa Moses Lo menjadi seorang pebisnis terkenal. Dengan sebuah aplikasi digital yang bisa melayani transfer uang hingga menyimpan uang itu, Moses pernah masuk ke dalam daftar Forbes.

Moses Lo, Pendiri dan CEO Xendit ditulis oleh Forbes sebagai orang Indonesia. Nama Moses sendiri masuk dalam kategori Finance & Venture Capital ‘Forbes 30 Under 30 Asia’. Padahal kewarganegaraan Moses Lo bukanlah Indonesia tetapi Australia, meski diakuinya memiliki garis keturunan Indonesia.

“Saya memang memiliki darah Indonesia,” tekan Moses.

Masuk catatan Forbes, Xendit dinilai sukses sebagai salah satu layanan mobile payment peer to peer yang memfokuskan bisnisnya di kawasan Asia Tenggara. Lantaran layanan Xendit juga beroperasi di Indonesia, Moses pun tak segan menyebut jika mereka adalah startup lokal.

“Ya kami memang startup lokal Indonesia,” sebutnya.

Baca juga: Mengenal Budi Yulianto, Pengusaha Sukses Asal Bangka Belitung Pemilik 29 Perusahaan 

Dengan keberhasilan tersebut, Xendit tetap membidik Indonesia sebagai pasar utama mereka. Moses menilai setiap tahun pengguna Xendit di Indonesia tumbuh cukup signifikan.

“Untuk saat ini kita fokus dulu di Indonesia. Baru setelah semuanya stabil dan berjalan lancar baru deh kita kepakan sayap lebih jauh lagi. Respon pasar di Indonesia untuk Xendit cukup bagus dengan tumbuh 25% setiap waktunya itu sudah membuktikan kalau Xendit diterima di pasar Indonesia,” jelasnya.

Memiliki perusahaan hingga mendapatkan suntikan dana dari perusahaan internasional dan masuk catatan Forbes adalah sederet prestasi yang telah diraih Moses. Moses menegaskan prestasi tersebut diraihnya karena ia cerdas menebak peluang.

Foto: Moses Lo (kanan)/Dok: Pribadi

Foto: Moses Lo (kanan)/Dok: Pribadi

“Ya pertama saya melihat basic saya, kemudian saya melihat apa yang masyarakat butuhkan lalu saya combine dengan keahlian saya dan saya pelajari. Memang resiko untuk pebisnis yang masih muda cukup riskan, tapi apa kita harus menunggu tua dulu untuk memulai bisnis? Kalau kita bisa di usia muda ya kenapa tidak?,” kata Moses.

Ia mengingatkan kepada calon pengusaha di Indonesia bila ingin sukses agar tidak pantang menyerah dan harus mau mencoba sesuatu yang baru dalam membangun usaha. Kemudian menanamkan mental pebisnis yang kuat dan tahan banting hingga fokus pada bisnis.

“Fokus pada misi dan visi, the right people, the right mindset,” tegasnya.

Kemudian ia juga tidak segan memberikan masukan kepada pemerintah. Ia meminta agar pemerintah juga lebih memperhatikan sektor usaha startup. Moses menilai sektor usaha ini bakal menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang.

“Memang sih pemerintah open banget terhadap bisnis termasuk bisnis startup. Harapannya selalu open terhadap perusahaan-perusahaan startup. Membuat regulasi dan kebijakan yang tidak labil, yang lebih memudahkan masyarakat khususnya teknologi untuk payment,” tutupnya.

Reporter  : Kumi Laila   Penulis  : Wiji Nurhayat

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top